Gimana sama cover baru nya? Bagus nggak?? (ㆁωㆁ)
ԅ✧GENG DREAM✧ԅ
Jika sebelumnya Carel yang terluka, maka sekarang Rizan lah yang terluka. Sepulang kuliah, para member dikejutkan dengan kedatangan Rizan yang lecet-lecet di sekitar lutut dan siku.
Ketika ditanya penyebabnya, Rizan menjawab bahwa ia menyelamatkan seorang anak kecil yang hampir ditabrak pengendara bermotor.
Meskipun luka nya tidak parah, tapi yang namanya luka pasti sakit dan harus segera diobati, mau itu luka kecil atau luka besar.
Tampaknya luka-luka itu cukup berpengaruh bagi Rizan karena mampu membuat tangan dan kaki Rizan kaku, sehingga susah untuk digerakkan.
Untungnya 2 hari yang lalu Nathan dan Wendy sudah pulang ke Surabaya kalau tidak pasti mereka akan heboh karena anak semata wayang mereka terluka.
Dan sekarang orang-orang di villa menjadi lebih perhatian kepada Rizan, dia seperti mendapatkan hak istimewa.
Terlebih lagi ketika Jafin membuka laci meja belajar Rizan dan menemukan banyak sekali obat tidur yang disertai surat dokter dari beberapa rumah sakit.
Mereka semua menjadi sangat perhatian kepada Rizan dan memanjakannya seperti bayi.
Seperti saat ini, Rizan tidak diperbolehkan untuk memasak dengan alasan tidak mau dia kecapekan dan harus perbanyak istirahat.
Padahal kalau sekedar memasak, Rizan bisa melakukannya meskipun sedikit kesusahan karena tangan dan kakinya masih lumayan sakit jika digerakkan.
“Udaah, lo duduk anteng aja, biar gue sama Haikal yang masak.” Ucap Jemian yang menegur Rizan saat melihat temannya itu sudah mondar-mandir di dapur.
“Kenapa sih? Gue nggak selemah itu ya!” Protes Rizan dengan kerutan di dahinya.
Haikal menggelengkan kepalanya dan memegang kedua bahu Rizan dengan pelan, ia berbicara, “Bukan gitu maksudnya Nana, Riz. Iya lo nggak lemah tapi lo itu butuh istirahat, tangan dan kaki lo masih sakit. Kita cuma takut lo kenapa-kenapa kalo banyak gerak, kita nggak mau luka lo makin parah.”
Rizan mencebikkan bibirnya, sial, begini saja dia sudah luluh.
Haikal jarang sekali menunjukkan sisi perhatiannya yang seperti ini, apalagi tatapan mata dan nada bicaranya yang berubah menjadi lembut saat menuturkan kalimat-kalimat itu kepadanya.
“Terserah!” Pada akhirnya Rizan hanya mengucapkan kata itu sebagai balasan.
Setelahnya Rizan melenggang pergi meninggalkan Haikal dan Jemian yang menggelengkan kepalanya.
“Tumben lo perhatian, Kal?” Celetuk Jemian.
“Dari dulu gue emang perhatian, Na.” Sahut Haikal sambil tersenyum miring yang dibalas decihan Jemian.
“Belagu amat lo.”
“Emang.”
“Malah ngaku nih anak.”
Sementara itu Rizan sudah sampai di ruang tengah dan Mada yang melihat kehadiran Rizan langsung menyuruh temannya itu untuk duduk di sebelahnya.
Jafin dan Jihan yang berada di sana juga mengkode Rizan untuk segera mendekat dan duduk di sofa.
Sedangkan Carel sendiri lagi mandi.
“Our baby.” Ucap Mada sambil merangkul pundak Rizan yang baru duduk di sebelahnya.
Jafin yang tadinya duduk lesehan di karpet langsung naik ke sofa dan duduk di sebelah Rizan, tangannya bergerak merangkul pinggang Rizan.
“Kalian ngapain anjir? Lepas nggak!” Omel Rizan, dia berusaha melepaskan rangkulannya ketua dan kapten geng Dream.
Mada membiarkan rangkulannya dilepas, sedangkan Jafin masih kukuh merangkul pinggang Rizan, tidak mau dilepas atau dilonggarkan sedikit pun.
“Kakak mau jelly?” Tawar Jihan pada Rizan, jari telunjuknya menunjuk meja yang terdapat bungkus besar berwarna ungu yang belum dibuka.
Rizan mengangguk dan menjawab, “Mau.”
Jihan mengambil bungkusan itu dan membukanya dengan cara digunting lalu diberikan pada Rizan.
Rizan menerimanya, “Kalian nggak mau?” Tanyanya pada teman-temannya.
Mada, Jafin dan Jihan kompak menggelengkan kepala mereka.
“Semuanya buat Kakak.” Ucap Jihan.
“Beneran?”
“Iya, itu buat Kakak.”
Jafin langsung menyahut, “Gue nggak dikasih?”
“Gak.”
Jihan mengedipkan matanya beberapa kali untuk mengkode Jafin supaya diam dan Jafin langsung paham lalu diam-diam mengangguk.
“Gue belum pernah liat bungkus jelly yang kayak gini, lo beli dimana?” Tanya Rizan sambil memperhatikan bungkus jelly itu.
“Di online shop, jelly nya manis.” Jawab Jihan yang diangguki Rizan.
“Beneran buat gue semua ini?” Tanya Rizan memastikan.
“Iyaa, Kak.” Jawab Jihan.
Setelah benar-benar memastikan kalau semua jelly nya untuknya, Rizan langsung mengambil satu dan membuka bungkusnya lalu memakannya.
“Enak?” Tanya Mada.
Rizan menjawab sembari menganggukkan kepalanya, “Manis.”
Lalu Rizan ambil lagi jelly nya dan dimakan, habis, ambil lagi, makan, begitu terus sampai Rizan memakan 10 jelly.
Saat Rizan hendak mengambil lagi, bungkus jelly nya sudah direbut duluan oleh Jihan.
“Jangan banyak-banyak, nanti giginya sakit.” Ucap Jihan menegur Rizan.
“Jelly nya manis.” Ucap Rizan tidak sinkron.
Jihan mengangguk saja.
“RIZAAANN!” Panggilan dari dapur kepada Rizan membuat sang empu menoleh.
“RIZAN SINI!”
Rizan mendengus dan berdiri dari duduknya lalu pergi ke dapur untuk menghampiri Jemian yang berteriak memanggilnya.
Baru saja Rizan menghilang dari balik pintu, Carel sudah datang dari tangga dan menghampiri mereka bertiga, matanya tidak sengaja melihat bungkus jelly di pangkuan Jihan.
“Itu jelly ya? Mau dong.” Ucap Carel sambil menunjuk bungkus jelly nya.
Jihan mengangguk, tangannya mengambil empat buah jelly dari dalam bungkus dan diberikan kepada Carel yang langsung menerimanya dan memakannya.
“Enak?” Tanya Mada seperti yang dia tanyakan tadi pada Rizan.
Carel mengangguk dan menjawab, “Enak.”
Carel langsung menghabiskan keempat jelly nya dan pergi ke dapur karena mendengar namanya dipanggil oleh Haikal.
Setelah Carel pergi, Jafin langsung bertanya, “Itu jelly apa? Kenapa gue nggak boleh makan, tapi Carel boleh?”
“Ini jelly penambah nafsu makan.” Jawab Jihan.
“Ngapain lo beli itu? Kemarin, kan udah dikasih vitamin dan madu penambah nafsu makan sama Ayah Nathan.” Ucap Mada.