Chapter 5 : Kisah keluarga Toy

12 3 30
                                    

Semua orang iri pada Toy dan kakaknya sewaktu kecil lantaran mereka yang dipenuhi oleh keluarga bahagia dan lengkap, bahkan orang-orang mengira mereka telah terhubung pada negara Zeria. Nyatanya, tidak.

"Aku janji, akan segera kembali," tutur yang paling tua, Mark. Kepada omega tercintanya, Ford. Ford hanya mengangguk saat kepalanya dielus lembut, matanya telah berkaca-kaca sejak malam tadi, namun rasanya ia tak dapat menangis. Sang suami memang bertugas sebagai keamanan yang ditugaskan pemerintah untuk ikut membantu dalam perang di negara lain, sebagai simbol eratnya persahabatan antarnegara.

"Ayah ...." Serra, kakak perempuan paling tua tersebut menangis dengan keras, tubuhnya yang kecil di peluk oleh Mark, mengelus punggung putri tercintanya.

"Ayah akan kembali, Serra percaya sama ayah, kan?" Serra mengangguk, tetapi tangisnya tak kunjung berhenti, Mark mencium kening Serra begitu lama, sebenarnya ada rasa tak rela untuk meninggalkan.

Setelahnya, Mark lihat dari kejauhan, Toy yang bersembunyi dibalik sepeda kuda yang ia punya, "kemari."

Toy berjalan dengan perlahan dan saat dirinya sampai di depan sosok ayahnya, ia menangis dengan keras, bagaikan bayi yang ditinggal seorang, "ayah jahat!"

Mark yang melihat hanya terkekeh, ia memeluk anak bungsunya dengan penuh cinta, Toy baru berusia 7 tahun dan seharusnya esok ia bisa mengantar Toy masuk ke Sekolah Dasar.

"Maafkan ayah."

Bohong sekali rasanya jika Mark rela meninggalkan keluarga kecilnya, dirinya akan segera naik ke mobil tentara yang memang dikhususkan untuk menjemput seluruh anggota. Kaki Mark ditahan oleh anak sulung dan juga bungsunya, Mark terkekeh, dia melihat ke arah Ford.

Ford dengan segera mencoba melepaskan pelukan erat Serra dan Toy di kedua kaki milik Mark, "ayo, lepaskan, ayah akan segera jalan."

Tetapi, kedua anak tersebut menggeleng membuat Ford kewalahan, akhirnya Mark meminta waktu sebentar untuk mengurus anak-anaknya, untung saja ia diberikan waktu oleh sang senior.

Mark menggendong Serra dan Toy bersamaan, mereka masih menangis, Mark tersenyum kepada mereka berdua.

"Tahu, tidak? Ayah pergi karena apa? Serra dan Toy bilang kalau sering menangis karena melihat anak-anak di Manay terlibat menjadi korban perang. Nah, ayah ingin pergi ke sana, membantu mereka."

"Apa .... Apa ayah akan jadi pahlawan?" Tanya Toy sembari mengelap ingusnya.

"Mungkin." Setelahnya, Serra dan Toy diturunkan dan tos-an terakhir dilakukan, Mark berdiri dan menatap Ford, dia mencium bibir Ford cukup lama, hanya menempelkan saja. Mark mengendus feromon Ford dengan seksama, dia pasti akan rindu pada wanginya, dia gigit dimana titik feromon berada membuat Ford mengaduh kesakitan.

"Kamu tahu tanda apa itu?" Ford mengangguk, Serra dan Toy yang tahu, pun, hanya terkekeh dan dengan inisiatif sendiri masuk ke dalam rumah.

Kini, Ford juga mengigit titik feromon Mark berada, Mark bukan merasa kesakitan, malah nikmat katanya.

7 tahun telah berlalu, seharusnya semua baik-baik saja, bukan? Negara Manay juga sudah selesai berperang, membuat keluarga tersebut bertanya-tanya, dimana Mark sekarang? Dimana ayah mereka?

Serra dihasut oleh berita-berita yang tersiar televisi dan juga rekaman temannya serta foto-foto yang dikirim entah oleh siapa saat sang ayah berselingkuh dengan omega lain, tentu saja, Serra marah, Serra benci. Ford telah berbicara pada Serra beribu-ribu kali bahwa yang ia Serra lihat dan dengar bukanlah sebuah kenyataan, ini zaman AI dan teknologi, semua dapat menjadi rekayasa.

Tetapi, kenyataannya, Serra hampir saja membuat heboh, awalnya ia berbicara santai dengan orang yang ia rasa familiar.

"Jadi, siapa orang yang kamu bilang memuaskan dirimu itu? Kasih tahu aku nama panjangnya."

Pria dengan senyum manis dan lesung pipi tersebut, pun, bernostalgia, "Mark Pakin."

Plak ....

Bugh ....

"Kakak!" Toy menahan tubuh sang kakak yang akan menghajar habis-habisan pria tersebut. Serra memberontak, untungnya kekuatan Toy dapat menahannya.

Tetapi, Tilan adalah negara individual, mereka tidak peduli dengan masalah masing-masing kecuali memang merugikan publik.

"Jalang!" Mata Serra menatap tajam pada pria yang tersungkur dengan banyak luka di wajahnya. Toy yang merasa malu akan hal itu, ia segera menarik Serra untuk keluar.

"Lepas!" Saat mereka sudah berada diluar, cengkraman tangan Toy ditepis dengan kasar membuat Toy sendiri merasa ngeri.

Serra mengacak rambutnya frustasi, dia seakan ingin berteriak sekarang, ingin menghantam dan menendang semua orang. Sang ayah berjanji akan pulang setelah bertugas 3 tahun, bohong! Kini, sudah 7 tahun berlalu. Serra tak suka kebohongan.

Malam harinya, Serra dan Toy berlari kencang di koridor rumah sakit, mereka menemui Ford yang sempat pingsan di kantor, Serra memakai uang pribadinya untuk merawat sang papa selama beberapa hari.

Ford menatap anak bungsunya yang sedang sibuk mengupas buah apel untuk dirinya, "apa lagi yang kakak kamu lakukan?"

"Hanya menonjok orang." Kemudian, Ford tertawa. Entah kenapa, Serra menjadi begitu sensitif akhir-akhir ini.

"Toy .... Kamu percaya kakakmu itu alpha?" Toy yang ditanya hanya mengangguk, hasil test yang ditunjukkan oleh kakaknya adalah 'Alpha'.

Ford menatap langit-langit kamar, dua hari yang lalu, dia menemukan scent blocker¹ di kamar milik Serra dan juga obat penenang untuk omega.

Kini, giliran Serra yang menjaga, Serra terduduk di sofa sembari mengerjakan tugas laporannya. Ford menatap Serra begitu lekat membuat Serra merasa sedikit tak nyaman.

"Ada apa, pa?"

Ford menggeleng, jika anaknya adalah omega, mengapa harus disembunyikan? Ford mengingat bahwa efek samping menyembuhkan status second gender sangatlah berat. Ford hanya berharap bahwa anak sulungnya tak akan melakukan hal semacam itu.

Hingga, sebuah kejadian membuat perang dingin yang terjadi di rumah. Ford sudah menangis saat mengetahui bahwa hasil test sesungguhnya dari Serra adalah 'omega'. Ford baru tahu saat Serra dirawat inap selama sebulan karena keracunan obat-obatan.

"Katakan pada papa, apa alasanmu?"

"Aku benci akan berpasangan dengan Alpha." Setelahnya, tubuh Serra di dekap erat. Apakah Ford gagal menjadi orangtua?

Toy yang melihat hanya dapat terdiam, ia sering kali melihat kakaknya menangis sembari bercerita pada foto Ayah yang ia simpan dan sembunyikan di kamarnya. Toy yakin, kakaknya, Serra. Dia masih mencintai ayah, mereka masih mencintai sosok ayah, Mark.

TilanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang