Bab 7 ~ Aku Cemburu Pada Tamayo

56 19 0
                                    

Dilarang keras menjiplak karya ini. Ketahuan menjiplak atau copy paste? Karma otw for you!

Happy reading

.

.

.

.

.

Y/n berdiri tepat di depan rumah bordil. Iya, kalian tidak salah. Rumah bordil. Rumah di mana perempuan bekerja sebagai pelacur. Y/n merasa orang seperti Muzan tidak akan tau jadi dia ke sini. Toh pria sasimo itu juga tidak akan ke sini. Buat apa?

Dengan perasaan gugup, diketuknyalah pintu kayu itu. Tak butuh waktu lama, seorang wanita membukakan pintu untuk y/n. Dari riasannya sepertinya wanita itu merupakan mucikari di sini. Stylenya sangat elegan dan riasannya mencolok.

"Selamat malam nona manis. Ada yang bisa saya bantu?", tanyanya ramah. Senyumnya tersunggih, tapi menyiratkan maksud tertentu.

"S-saya ingin bekerja di sini", jawab y/n gugup.

Wanita itu tertawa seolah apa yang dikatakan y/n itu salah. Ya memang salah sih, tapi y/n harus berpura-pura menjadi pelacur dulu untuk sementara waktu. Dia harus mengumpulkan uang agar bisa pergi dari daerah ini.

"Rumah ini selalu terbuka untukmu sayang, asalkan kamu siap menanggung resikonya. Kamu cantik dan berpotensi untuk menjadi geisha", tangan wanita itu memainkan rambut y/n.

"Saya siap nyonya."

"Baiklah kalau begitu. Panggil saya, Nyonya Ayasa."

"Baik Nyonya Ayasa."

Malam itu y/n resmi bekerja sebagai wanita malam. Tapi, gadis itu tidak langsung bekerja. Nyonya Ayasa menyuruh y/n untuk istirahat terlebih dahulu. Gadis itu tidak bisa tidur. Ia memikirkan nasib Muzan. Perasaannya tidak enak seolah mengatakan telah terjadi sesuatu pada sang pujaan hati.

"Tidak, tidak, tidak. Aku harus melupakan pria itu. Biarlah dia bahagia dengan Tamayo. Toh dia kuat. Dia pasti baik-baik saja."

Fajar menyingsing. Sinar matahari masuk dan mengenai mata y/n yang terpejam tenang. Gadis itu terbangun. Tiba-tiba pintunya diketuk oleh seseorang.

"Permisi Nona Y/n, saya Kirai yang akan membantu nona selama di sini. Bolehkah saya masuk?"

"Masuklah Kirai", y/n mempersilahkan.

Kirai pun membantu y/n bebersih dan mengajarkan tata krama saat menyambut "pelanggan". Y/n hanya manggut-manggut, tapi pikirannya ke mana-mana. Gadis itu masih memikirkan Muzan, hingga Kirai menepuk pundaknya.

"Apakah Nona Y/n baik-baik saja?"

Y/n gelagapan, "ah iyaaa aku baik-baik saja kok."

"Hanya saja...."

"Apakah nona merasa terpaksa bekerja di sini?"

"Sebenarnya aku melarikan diri dari orang yang kucintai. Aku tidak tau harus pergi ke mana. Aku meninggalkan daerah asalku demi dia dan kini aku menyesal", y/n tertunduk.

"Tenanglah Nona Y/n, upah dari bekerja di sini cukup untuk nona pulang ke desa nona", jawab Kirai sambil memijat lembut kepala y/n.

"Tapi ini bukan hanya sekedar pulang Kirai..."

♡♡♡

Malam harinya y/n merasa tidak tenang. Ia harus melayani tamu malam ini. Dia masih perawan dan minim pengalaman. Usianya juga terlampau muda.

Tiba-tiba Kirai datang dan menggenggam tangan y/n, "apakah nona baik-baik saja?"

"Eh iyaa aku baik-baik saja kok."

"Kirai, bawa y/n keluar untuk ditunjukkan kepada pelanggan", titah Nyonya Ayasa.

"Mari nona", dengan terpaksa y/n mengikuti Kirai yang menggandengnya.

Y/n berdiri dengan wanita-wanita lain yang sudah dirias serupa dengannya. Lebih tepatnya y/n yang seperti mereka. Tiga pria tengah berdiskusi akan mengambil wanita yang mana. Y/n berdoa semoga saja bukan dia yang pilih. Sialnya, salah satu dari mereka yang bertubuh gendut, memilih y/n.

"Aku ingin kau melayaniku malam ini", tunjuknya pada y/n.

Mata y/n terbelalak.

"Tidak boleh."

Satu suara berhasil membuat semua kepala yang ada di ruangan itu, menoleh kepadanya. Pria itu bermata merah sama seperti Muzan, tapi wajahnya berbeda. 

"He? aku lebih dulu memilih dia, cecunguk sialan. Kau pilih wanita lain saja. Toh sama cantiknya", ucap pria gendut itu tak terima.

"Dia milikku. Hanya aku yang boleh menyentuhnya."

"Heh berani kau melawanku?", pria gendut itu mengcengkram kerah si pria bermata merah, tapi pria bermata merah tidak mengubris. Tak pakai lama, si pria gendut itu tiba-tiba melepaskannya dan tersungkur. Dirinya terbatuk seolah dicekik oleh sesuatu.

"Gawat itu Muzan!"

Y/n gemetaran saat mata merah itu menatapnya. "Aku yang menggantikan dia malam ini. Kamu layani aku."

Tangan kekarnya langsung mencengkram y/n dan membawa gadis itu pergi. Y/n menatap Kirai meminta pertolongan, tapi Kirai hanya bisa menatap y/n sedih.

Wajah pria itu berubah menjadi wajah Muzan ketika tiba di kamar. Didorongnya tubuh y/n yang lebih pendek dan kecil darinya.

"Kenapa kau lari dariku?"

Y/n memalingkan wajah karena takut, tapi Muzan langsung menggesernya sehingga mata mereka kini bertatapan.

"Jawab aku, kenapa kau lari dariku Bashira Y/n?"

"Apakah kau berubah pikiran dan tidak ingin menjadi iblis sepertiku?"

"JAWAB!"

Y/n tersentak. Muzan mengurung y/n di bawahnya. "Aku sudah cukup baik tidak membunuhmu bahkan tidak menjadikan kau iblis. Ku rasa sia-sia baik kepadamu. Memang manusia tidak pantas untuk dibaiki!"

"AKU CEMBURU PADA TAMAYO!"

"Kau selalu memprioritaskan Tamayo. Apa-apa Tamayo. Aku juga ingin diperhatikan olehmu Muzan!"

"Semenjak ada wanita itu, kau lebih perhatian padanya"

"Kau salah paham y/n. Aku melakukan itu semua agar dia tetap berada di bawah pengaruhku. Aku ingin memanfaatkannya untuk mencari blue spider lily. Itu semua demi kau! aku ingin kita hidup abadi."

"AKU TIDAK BUTUH HIDUP ABADI. AKU HANYA INGIN KAU MUZAAAAANNN"

"Aku mencintaimu, tapi kau tidak menghargai perasaanku", dada y/n terasa sakit dan sesak.

"Sudah lah, lebih baik aku pergi saja. Percuma bertahan denganmu hanya membuatku sakit", y/n bangkit dari tidurnya dan mencoba melepaskan kungkungan Muzan.

"Kamu tidak boleh pergi."

"Tidak mau! Aku ingin pergi lepaskan aku!", y/n memberontak tapi tenaganya jauh dari Muzan.

"Jika kamu nekat pergi, aku akan membuatmu terus berada di sisiku dengan paksa!"


27, Desember 2024, Pandeglang

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First Boyfriend (Muzan x Reader) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang