☆"Lu gak berpikir ini terlalu cepet, Yal?"
Beberapa menit sebelumnya, lelaki pelukis itu dibuat terkejut dengan tindakan Yale yang tanpa adanya hitungan detik merebut lisan yang akan ia ucapkan dengan menabrakkan sebuah kecupan kebahagiaan untuknya. Entah mengapa hal yang menjadi kebiasaan keduanya untuk meluapkan keegoisan tersebut kini terasa begitu layak untuk dirindukan. Berakhirnya kecupan yang diberikan, berakhir pula bagi Bevano untuk berdiri di ambang pintu apartment sang starboy, karena setelahnya pergelangan tangan yang dihiasi urat itu ditarik masuk oleh lelaki bertato bintang disana.
Menutup pintu dengan rapat, Yale kini menepis jarak diantara Bevano dengan pintu, membuat punggung tamunya menempel pada benda tersebut. Melontarkan pertanyaan pada kedua manik monolid yang tengah berbinar itu, tetapi sayangnya sinyal yang Bevano salurkan terhalang oleh kondisi Yale yang kini tengah mengekspresikan bahwa dirinya sedang berada diatas bulan. Senyuman yang dilakukan oleh lelaki brengsek itu, bahkan membuat hati yang menolak untuk sembuh di dalam tubuhnya menerima ketulusan yang tersirat dibalik netra Yale.
Bahkan kalimat Yale sebelumnya masih belum dapat ia cerna hingga saat ini. Apa ini? Yale berkeinginan untuk kembali padanya? Meskipun begitu, Bevano masih berpikir bahwa semua yang Yale lakukan hanya karena sebuah taruhan. Ia tak ingin jatuh untuk yang kedua kalinya. Dengan susah payah ia mencari pelarian, bahkan membiarkan tubuh itu menderita secara fisik, agar rasa sakit hati yang ia miliki terkubur dengan dalam.
"Don't be too hard to your feelings. Lu berhak dapet permohonan maaf dari gua, Van. Lu berhak balas dendam ke gua, tapi gua harap kali ini lu mau nerima gua di hidup lu lagi," masih dengan binar manik yang tak kian redup, lelaki itu hanya berdiri di hadapannya, menjawab pertanyaan yang Bevano lontarkan sebelumnya.
"Gua kayak gini juga karena lu, Yal. Pernah gak kelintas di pikiran lu kalo gua seacuh ini sama perasaan yang gua punya buat lu, karena gua gak mau sakit lebih jauh lagi."
"Gua gak pernah nyangka kalo gua bisa jatuh cinta sama lu. Sepanjang perjalanan hidup gua, gak pernah sekalipun gua berpikir gua bakal ngambil keputusan salah cuma karena masalah cinta."
Sesungguhnya, kata demi kata yang Bevano ujarkan pada Yale, membuat tekanan di dadanya meningkat akan rasa bersalah pada lelaki yang menyimpan lirihan kecewa di tiap nafasnya saat ini. Senyuman sukacita yang Yale maksudkan untuk Bevano kini memudar terbawa angin kekecewaan dari lisan Alendra.
"Kenapa lu harus dateng di hidup gua, Yal?" Tak hanya lisannya, kini netra bulat cantik disana pula tengah bercerita dengan kepunyaan Yale, menceritakan betapa banyak rasa yang tersimpan untuk lelaki yang lebih tinggi darinya tersebut.
"Dan sekarang lu dengan gampangnya bilang gini?seakan lu gak ngasih jeda buat rasa sakit yang lu kasih ke gua."
Begitu banyak hal yang ingin lelaki bernama belakang Alendra itu katakan, hingga hari ini, ia dapat mengungkapkannya dengan lantang pada lelaki yang berhasil mencuri hatinya tersebut.
Hembusan nafas yang saling berderu, dengan kontak mata yang menyerobot ke dalam kalbu, mengatakan secara tersirat pesan tersembunyi pada masing-masing mereka.
"I just...I don't wanna lose you...gua mikir gimana caranya biar gua bisa buat lu disini, deket dari gua, balik sama gua lagi," tak dapat membantu apapun, pandangan yang lelaki bintang itu berikan kini melemah.
"Kenapa? Hal apa yang gua punya sampe lu bisa mikir gitu?"
Sejenak, Yale hanya terdiam tanpa melepaskan sorot matanya untuk sang pujaan hati. Memikirkan pula mengapa dirinya begitu membutuhkan kehadiran seorang mahasiswa yang menggemari bidang seni tersebut untuk menjadi pasangan hidupnya lebih lama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARBOY
FanfictionYEONGYU lokal AU They love each other (are they?) Alur cerita si narsistik dan si anti-sosial, yang nyatanya dilandasi hubungan sebatas taruhan. ⚠️CONTENT WARNING ⚠️ bxb content harshwords everywhere mature content ⚠️TRIGGER WARNING⚠️ mentioning anx...