Setelah kepulangan yati tadi. Salsa langsung bergegas masuk kamar tanpa nunggu lian lebih dulu. Ia mulai bersih-bersih dan mengganti pakaian nya yang lebih santai untuk di rumah.Setelahnya, salsa memasuki kamar anaknya. Salsa mulai membuka satu per satu barang yang telah ia beli bersama lian di mall tadi. Salsa mengeluarkan pakaian bayi yang harus dicuci dulu sebelum di pakai, menata beberapa barang pada tempat yang sudah dipersiapkan. Semuanya salsa lakukan seorang diri, ia enggan menunggu sang suami yang saat ini mungkin masih berada di bawah.
Ceklek
Pintu kamar bayi ini terbuka sangat lebar. Salsa sudah bisa menebak kalau yang membuka itu pasti suaminya.
"Sayanggg, mas cariin ternyata kamu ada disini. Mas mau nagih janji, tadi katanya ada yang mau kiss kalau sudah di rumah" ucap lian sambil mendekat ke arah salsa yang sibuk merapikan beberapa printilan bayi.
Salsa sama sekali tidak merespon lian, ia hanya diam sambil terus fokus pada kegiatannya. Bahkan saat lian memeluknya dari belakang seperti sekarang ini, salsa hanya diam dan malah terlihat cuek.
Lian belum merasakan ada perubahan sikap istrinya. Bahkan ia tidak ambil hati soal permintaan kiss nya yang di abaikan. Lian malah kembali bertanya hal lain."Kok gak nunggu mas sih beberes nya? Emang kamu gak capek, pulang dari mall langsung mau di tata semua barang ini? Hm?"
"Biasa aja" hanya ini yang salsa keluarkan dari mulutnya.
"Mas bantu ya"
"Gak perlu" tolak salsa cepat.
Lian menegakkan tubuhnya, terpaksa ia melepaskan pelukannya karena tubuh salsa yang sekarang seakan menolak untuk di peluk. "Loh, kenapa? Kan biar cepat selesai, dan kamu juga bisa langsung istirahat. Dari tadi kamu jalan terus loh sayang, berdiri seharian di mall, terus sekarang masa harus beberes beginian lagi" ucap lian.
"Kamu duduk aja ya, istirahat. Biar mas yang selesaikan ini" lanjutnya sambil mengambil ambil kegiatan salsa tadi. Tapi salsa langsung menolak nya, ia bahkan menepis tangan lian yang ingin membantunya.
"Salsa bilang gak usah mas!"
Lian yang mendapatkan penolakan terus menerus jadi mulai terasa, ada yang berbeda dari sikap istrinya. "Sayang kamu kenapa?"
"Emang salsa kenapa?!!" tanya salsa balik yang kini menatap lian tak santai.
"Kok tiba-tiba cuek? Mas ada salah?" tanya lian.
"Engga!" ucap salsa kembali mengalihkan tatapan nya dari lian. Ia enggan menatap lian karena suaminya itu ternyata tidak sadar dengan kesalahan nya.
"Terus kenapa cuek? Tiba-tiba banget mas dicuekin?"
"Kan salsa sudah bilang gak papa. Ya berarti gak papa!" balas salsa masih enggan menatap lian.
Mendengar nada bicara salsa yang sudah sudah meninggi, ada rasa sedikit kesal di diri lian. "Aneh kamu!" ucapnya.
Seketika salsa langung menoleh saat lian mengatainya aneh. Tidak terima salsa saat lian mengatakan itu. "Mas yang aneh! Plin-plan, gak konsisten sama omongan sendiri!" kesal salsa.
"Plin-plan apa? Ucapan mas yang mana yang gak konsisten?"
"Gurita bayi!!!" jawab salsa cepat.
Terjawab sudah perubahan sikap dan kemarahan salsa ternyata karena sebuah kain gurita itu. "Astaga, soal itu? Hanya karena gurita bayi makanya kamu jadi marah gak jelas gini sama mas?"
"Mas bilang salsa gak jelas??" Salsa mengerutkan keningnya, menatap lian tak percaya.
"Itu bukan soal 'hanya karena' mas, itu soal yang besar untuk anak kita. Kan kita sudah buat kesepakatan dari awal, mas lupa sama omongan mas sendiri. Kita sepakat merawat anak dengan perkembangan jaman yang ada, bukan ngikutin gaya orang tua jaman dulu!" Ucap salsa.
"Tapi kenapa sekarang malah plin-plan. Percuma aja tadi kita beli face cream kalau ujung-ujungnya anaknya di pakein bedak!" Lanjutnya.
"Sayang, kamu ini salah paham. Maksud mas cuma mau menghargai pemberian bunda. Biar bunda ngerasa senang dan tidak merasa semakin gak dianggap sama kita. Makanya mas tadi nyuruh kamu minta maaf, supaya bunda senang aja. Karena nanti kalau di tolak, pasti akan panjang lagi urusan nya" balas lian yang berusaha untuk tetap berbicara lembut.
"Ya harusnya tadi mas kasih pengertian dong ke bunda! Bukan nya malah biarin bunda dengan pemikiran nya yang masih kolot itu. Salsa yakin setelah ini pasti ada aja barang-barang aneh lain lagi yang di beli sama bunda buat mas bayi. Kalau gak mas tegur, bunda akan semakin menjadi-jadi. Dan anak kita bisa-bisa kenapa-napa nanti!" ucap salsa.
"Kenapa kamu ngomong nya gitu sih sayang? Kesan nya kok kaya bunda jahat banget disini. Maksud bunda itu baik loh, dia hanya ingin yang terbaik untuk cucu nya. Toh gurita itu bisa kamu buang habis ini, yang penting diterima aja dulu sebagai menghargai pemberian nya bunda tadi. Lagipula bunda kan sudah tua, harusnya kita yang harus bisa mengerti" balas lian yang terlihat sudah mulai terbawa emosi karena menurutnya salsa terlalu berlebihan dan tidak mengerti point yang ia maksud.
"Apa? Kita yang harus ngerti bunda? Mas gak salah?! Dimana-mana orang tua yang harus mengerti anaknya. Apalagi untuk jaman sekarang ini, di luaran sana banyak ibu mertua yang sudah percaya sepenuhnya sama anaknya sendiri untuk mengurus bayi mereka mas. Bahkan mertuanya gak pernah ikut campur tentang urusan anak ataupun parenting, apalagi soal rumah tangga" ucap salsa.
"Salsa udah coba sabar dari beberapa waktu belakang ya mas. Sikap ibu mas itu malah semakin menjadi-jadi. Salsa harus selalu mengerti bunda, salsa harus nuruti bunda dan salsa juga harus minta maaf untuk kesalahan yang gak pernah salsa lakukan. Salsa kurang sabar gimana lagi buat harus ngertiin semua yang bunda lakukan?!!" Lanjutnya.
"Bukannya kamu sendiri yang kemarin bilang untuk terus mengumpulkan stock sabar buat bunda. Sampai bunda benar-benar mau menerima kamu lagi!" ucap lian.
"Mas! Stock sabar yang salsa maksud itu bukan soal ini. Hal yang kita bicarakan ini berbeda sama soal keluarga salsa. Kalau bunda menaruh benci dan dendam ke salsa gak papa, salsa coba terima dan coba tetap sabar seperti yang udah salsa bilang kemarin" balas salsa.
"Tapi yang salsa permasalahan disini sikap bunda yang 'aneh' gak cuma buat salsa, tapi buat mas bayi, buat anak kita. Bunda itu berprilaku seakan dia gak sayang sama cucu nya. Mana ada seorang mertua yang tega menuduh menantunya sendiri yang lagi mengandung cucu nya. Bahkan bunda sudah nuduh salsa beberapa kali, seolah ingin buat salsa kepikiran dan jadi setres. Mana ada seorang mertua yang menantunya lagi ngadain acara tujuh bulanan tapi dia malah memilih di dapur terus sampai acara selesai, tidak ada mendoakan calon cucu nya sama sekali untuk tetap sehat. Dan tadi, bunda kasih salsa gurita bayi buat anak kita. Salsa rasa bunda bukan orang yang beneran kolot soal mengurus anak. Apalagi teman-teman bunda juga sudah pada punya cucu kan, teman-teman arisan bunda juga orangnya pada modern dan gaul-gaul semua, tidak ada yang berasal dari kampung. Jadi salsa rasa bunda sebenarnya tau soal bahaya nya kain gurita ini sama bedak yang dia kasih. Tapi bunda malah seolah sengaja pengen mencelakai anak kita" ucap salsa panjang lebar dengan emosi.
"Kalau mas masih mau belain bunda terus, yang ada anak kita bakalan kena-napa. Mas harus tegur bunda supaya gak aneh-aneh lagi sikap nya ke salsa sama mas bayi" lanjut salsa.
"Omongan kamu gak jelas. Omongan kamu malah merembet kemana-mana. Lagian mana mungkin bunda mau mencelakai cucu nya sendiri, sa"
"Tapi fakta nya berbicara seperti itu mas. Memang cara kerja bunda itu tidak terlihat di penglihatan mas lian, tapi di sini salsa yang bisa lihat dan rasain. Karena yang mengalami salsa, salsa yang mengandung dan salsa yang selalu di jahatin sama bunda"