chapter 2

67 37 15
                                    

"Di dunia ini, yang paling kuat bukan yang paling cerdas, tapi yang paling bisa menyembunyikan luka."

-𝘚𝘩𝘦𝘳𝘨𝘪𝘢 𝘛𝘩𝘢𝘭𝘦𝘵𝘵𝘩𝘢 𝘚𝘮𝘪𝘵𝘩-

Happy Reading!

***

Hari ini adalah ujian seleksi masuk Cristalball, Shergia, gadis itu berjalan memasuki ruangan yang akan ia pakai untuk tes nanti, sudah ada beberapa siswa ada yang sedang belajar dan ada juga yang sedang mengobrol.

Seorang gadis menatap datar Shergia yang sedang berjalan mencari kursinya, dia adalah 𝐀𝐮𝐫𝐨𝐫𝐚 𝐂𝐥𝐞𝐨 𝐄𝐦𝐢𝐥𝐢𝐚𝐧𝐨, si peringkat ke 9, gadis dengan bandana merah itu berjalan mendekati Shergia.

"Hei!" Serunya.

"Ya?"

"Jangan duduk! Ada lem disitu," Shergia melirik ke kursi yang akan di dudukinya tadi, dan ternyata benar ada lem yang sengaja di oleskan di kursinya.

"Siapa yang lakuin ini?" Tanya Shergia menatap dingin orang-orang disana.

"Gw, kenapa lo ga suka?" Seorang gadis dengan make up tebal itu tampak mengejek Shergia.

"Asal lo tau orang songong kayak lo itu pantes dapet ini, ya walaupun belum seberapa ini masih hal kecil." Gadis itu adalah Amora.

Amora memiliki dendam kepada Shergia hanya karena Shergia seperti seorang yang sombong padahal itu memang sifat seorang Shergia.

"Ya, gw akui gw emang songong ga kayak lo," balas Shergia tersenyum sinis.

"Lo-"

"Hei kalian berdua sedang apa?!" Ucap seorang pria berbadan tegap.

"Segera duduk, tes akan segera dimulai!"

"Urusan kita belum selesai." bisiknya tepat di telinga Shergia.

Shergia hanya tersenyum sinis, lalu duduk di kursi kosong yang memang pemiliknya mengundurkan diri.

"Baik tes akan segera dimulai, caranya masih sama seperti kemarin lalu untuk soal masih sama tetapi waktu akan dikurangi yaitu hanya 140 menit saja, silahkan kerjakan dengan baik."

Para siswa mulai mengerjakan soalnya masing-masing, ada yang kebingungan ada juga yang biasa saja dalam mengerjakan.

Kini waktu 140 menit telah berlalu, para siswa dikumpulkan di aula untuk mendapatkan sedikit informasi.

𝑇𝑒𝑠𝑠.. 𝑇𝑒𝑠𝑠.. 𝑇𝑒𝑠𝑠..

"Selamat siang anak-anak, bagaimana keadaan kalian, pasti soal soal tadi telah menguras tenaga kalian, tapi tidak apa, saya akan memberitahukan sedikit saja, bahwa pengumuman hasil tes tadi akan keluar 3 hari lagi," ucap kepala sekolah sambil tersenyum.

Para siswa hanya mengangguk-anggukan kepala.

"Berhubung semuanya telah selesai, kalian boleh pulang, hati-hati di jalan terimakasih."

***

2 hari berlalu dengan sangat cepat, Shergia tengah berada dibalkon kamarnya, menatap langit malam yang cukup tenang.

"Shergia sayang."

"Iya bund ada apa?"

"Maafin Bunda ya sayang," Shergia menatap heran Bundanya.

"Untuk apa?"

"Untuk bunda yang tidak punya waktu buat kamu,"

"Gapapa, Shergia ngerti ko." Shergia tersenyum simpul.

          

"Maaf sekali lagi, oh ya, selamat ya atas prestasi kamu, bunda bangga sama kamu."

"Terimakasih."

***

Sinar matahari masuk lewat celah tirai kamar, membentuk garis-garis cahaya di lantai kayu. Udara pagi masih terasa sejuk, menyisakan sisa dingin dari malam sebelumnya. Dari luar, terdengar suara burung berkicau dan langkah-langkah kecil orang-orang yang mulai beraktivitas.

Di meja dekat jendela, segelas air yang belum habis dibiarkan begitu saja, meninggalkan bekas embun di permukaannya. Jam dinding berdetak perlahan, menunjukkan waktu yang terus berjalan tanpa menunggu siapa pun.

Dapur mulai terdengar ramai dengan suara panci dan piring yang bersentuhan, pertanda seseorang sudah bangun lebih dulu. Aroma roti panggang dan kopi mulai menyebar, membaur dengan udara pagi yang segar.

Suasana tenang, tapi ada sesuatu yang terasa menggantung di udara—seperti pagi yang menyimpan rahasia.

Shergia tengah berada di meja makan, Valencia juga sedang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, hari ini dirinya tidak terlalu sibuk jadi sengaja menyempatkan diri untuk menyiapkan sarapan.

Suara sendok beradu dengan piring terdengar pelan di tengah suasana pagi yang tenang. Aroma roti panggang yang baru matang masih tercium di udara, bercampur dengan wangi teh hangat dari cangkir di meja.

Shergia duduk dengan tangan menopang kepalanya, menatap kosong ke dalam mangkuk sereal yang belum disentuh. Di seberangnya, bundanya sedang membaca koran, sesekali menyeruput tehnya dengan tenang.

“kamu tidak makan?” tanya bundanya tanpa mengalihkan pandangan dari halaman koran.

Shergia mengaduk serealnya pelan. “Nanti.”

Bundanya melipat korannya dan menatapnya sejenak. “Kamu keliatan lelah. Tidur kamu tidak nyenyak?”

Shergia menghela napas, lalu mengangkat bahu. “Hanya terbangun beberapa kali.”

Bundanya tidak langsung menjawab, hanya mengamati putrinya sebelum akhirnya berkata, “Kalau kamu butuh istirahat, jangan terlalu memaksakan diri.”

Shergia mengangguk kecil, lalu akhirnya mengambil sendoknya dan mulai makan, meskipun pikirannya masih melayang entah ke mana.

***

Shergia terduduk diam dimeja belajarnya sambil menunggu pengumuman kelulusan, tinggal beberapa menit lagi, dan tepat saat pukul 09:00, dengan cekatan ia mulai mengetik nama juga nomor ujiannya lalu setelah itu ia mengeklik tombol cari, dan sebuah pemberitahuan muncul, bibirnya tersenyum sempurna.

                                   𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭
                         𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐝𝐢𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐥𝐮𝐬

"Nice."

𝐂𝐄𝐊𝐋𝐄𝐊..

"Gimana? Kamu lulus?"

Shergia mengangguk, lalu menggeser tubuhnya sedikit.

"Kamu emang pintar, lagi-lagi kamu dapat nilai sempurna," puji sang bunda.

"Terimakasih bunda."

"Kamu mau apa sayang?"

"Nggak ada bunda, aku gamau apa-apa dari bunda."

"Serius?"

Shergia mengangguk pelan.

"Bunda udah kasih segalanya buat aku, dan menurut aku itu udah cukup," Shergia tersenyum simpul.

SECREET CRISTALBALL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang