Semalaman Mas Dony, Kak Gita dan Rizki nungguin gue."Saya Gita, kakaknya Radit."
"Rizki kak."
"Dony!"
"Rizki."
"Rizki kuliah di Arsitek juga?"
"Saya di FKG Mas. Kalau Kakak sama Mas?"
"Di Teknik Kimia...kita berdua sama."
"Kos?"
"Engga Mas...di apartment daerah Mrican."
"Asal?"
"Denpasar."
Lama-lama gue ketiduran.zzzzzz...
"Heyyy....pagi sayaaang. Ayok sarapan dulu."
Gue lihat Rizki disamping gue, dia tersenyum.
"Kak Gita ma Mas Dony mana?"
"Gue suruh pulang dulu gantian nanti siang. Makan dulu ya? Gue suapin!"
Nadanya tadinya lembut jadi tegas, parah...jadi perawat kok galak.
"Gue jatuh cinta sama lo, Dit."
Idiiiih...sambil nyuapin pakai acara nembak.
"Lo udah tahu khan gue punya bf?"
"Gue ga peduli...ayok aaaak lagi..!"
"Terus dikemanain bf gue? Padahal dia udah banyak berkorban buat gue, gue juga udah cinta mati."
"Aaak....mmm...dikunyah dong. Gue ga peduli gue jadi keberapanya lo.
Gue cuma punya cinta yang ternyata hanya buat lo. Gue ga peduli kalau itu sakit buat gue.""Drama ih...."
"Engga...gue jatuh cinta juga baru tadi malam di Rumah Sakit ini. Ayok aaak lagi."
"Issh...lo mau jadiin gue bf juga setelah lo ngentot gue. Pake bilang di Rumah Sakit."
"Iyaaa..itu karena gue lagi single. Gue pikir yaaah jalanin dulu, gue cuma tertarik secara fisik lo aja."
"Hmm...terus yang semalam?"
"Lo ternyata bukan gay biasa. Lo ga lembek. Dikeroyok tiga orang pakai senjata, lo bisa lumpuhin dua orang dengan tangan kosong. Gue tadinya pikir lo cuma anak orang kaya yang manja. Ternyata lo keras kepala dan tangguh."
"Hahaha....hanya itu? Lagian emang yakin gue bisa kasih cinta ke lo?"
"Udah dibilang, gue ga peduli sakitnya nanti. Perkara lo sakitin gue, lo ga cinta gue, lo mau apa aja...terserah lo. Hak gue kasih cinta ke orang yang layak menurut gue! Eh...tinggal satu suapan lagi...!Aaak...."
"Mmm...lo terlalu naif."
"Engga...gue kagum lo sampai mikirin abangnya bf lo. Lo belain keluarga bf lo. Lo berani mati. Gue harus gambarin gimana?
Lo istimewa, maskulin, ga mentingin gaya, jauh dari kesan sok cantik kaya gay lain yang suka pamer fashion dan yang utama lo punya otak dan hati.""Hmm...gue harus bilang apa? Gue pikir dulu."
"Mau agar-agar?"
Gue mengangguk.
"Aaaak...pinter!!"
"Radiiiiit....kenapa bisaaaa..!"
Tiba-tiba muncul Vira disusul Maya, Elena dan Reza. Vira menangis di sebelah gue. Seakan ga peduli kalau tindakannya menggusur Rizki.
Dan gue juga lihat Maya dan Elena juga terisak-isak. Ebuset, gue jadi ga enak.
"Vira....I'm OK...don't worry. Kalian ga kuliah? Masa gara-gara gue, kalian bolos kuliah."
Vira tetap terisak hingga suaranya serak.
Yaudah, gue diam dulu. Sampai cewe-cewe ini puas nangisnya.Rizki sudah menyiapkan teh hangat buat mereka berempat.
"Ayok, duduk di sofa dulu. Gue udah bikinin teh anget nih. Awas jangan sampai didiemin, gue marah nanti."
Gue mau ketawa, tadi udah baik - baik ngelayani tamu, terakhirnya pake ngancam.
Rizki, badannya terlihat kurus kalau pakai baju. Tapi kemarin pas renang, badannya terbentuk sempurna. Mukanya tirus, bibir dan alisnya sexy.
Ganteng udah pasti, half Chinese half Javanese. Pake anting sebelah kanan, tatto lengan kiri dan kanan bergambar ular. Muka dan sikapnya bad boy habis.Hanya Vira yang bertahan di samping gue. Saat dikasih teh hangat, mau ga mau Vira nerima. Soalnya cara ngasihnya tegas banget.
Di ruang itu semuanya terdiam.Gue sampai mikir, ini mereka kaya ngadepin mayat. Orang gue juga masih hidup, masih bisa makan.
"Radit mau minum apa?" tanya Vira
Gue lihat Rizki yang melipat tangan didepan pintu, mukanya memerah.
"Apa aja Vira."
"Susu mau khan?"
Gue mengangguk. Vira memegang gelas susu.
"Masih panas Radit. Aku suapin aja pakai sendok ya?"
Gue mengangguk.
Dengan telaten Vira menyuapi susu ke gue. Hingga setengah gelas.
"Udah Vira...makasih." Gue senyum.
Ya ampun, dia juga masih pakai tampang serius. Ini kenapa sih orang? Nengok gue semua pakai tampang serius.
Ga lama dua orang Polisi diikuti Mas Dony masuk. Seperti biasa, kepowati ikutan nimbrung dengar.
Setelah memperkenalkan diri dan menanyakan keadaan gue, mereka menunjukkan tiga foto pelaku kejadian di Jakarta dan dua foto pelaku di Jogja.
Karena yang seorang lagi adalah pelaku yang sama dengan di Jakarta."Pak...saya tidak mengenal pelaku satupun. Kejadian di Jakarta juga karena saya membela orang yang dikeroyok. Bagi saya itu ga fair satu orang dikeroyok. Jadi saya membelanya walau saya ga tahu masalahnya."
Kemudian Polisi yang satu lagi menunjukkan foto.
"Adek mengenal orang ini?"
Deggg.....
"Kenapa Pak dengan orang ini?"
"Adek mengenal orang ini? ulangnya
"Bang Awang...saya baru jumpa dua kali. Pertama waktu menolong korban, kedua kalinya bertemu saat menjenguk korban."
Kedua Polisi saling berpandangan.
"Dia sebenarnya otak dari semua kejadian."
Gue shock dong, sahabat Mas Angga loh.
Polisi mengeluarkan foto satu lagi.
"Adek mengenal orang ini?"
"Ya Pak...Bang Rommy, kenapa lagi orang itu?"
"Jadi korban A, pernah memergoki Awang mengedarkan narkoba kepada tamu Bar. Korban A mengingatkan Awang untuk berhenti, atau akan melaporkan kepada kepolisian. Kejadian di Jakarta itu upaya Awang mengancam korban A, tetapi anda menolong korban A. Ancaman itu belum tersampaikan sehingga korban A tidak menyadari kalau itu perintah Awang."