Aku tidak pernah memikirkan hal hal lain saat pertama kali aku dan ibuku datang ke panti asuhan di Wales dan membawa pulang seorang gadis. Umurnya 2 tahun lebih tua dariku. Tapi ia tidak ingin dipanggil secara formal olehku. Ia akan memohon untuk memanggilnya dengan namanya. Felicity .
Kami tinggal bersama dipinggiran kota London. Ibuku seorang pengacara yang sibuk. Ayahku petugas kepolisian. Aku tinggal sendiri dan bersekolah sendiri. Semenjak kehadiran Felicity semua berubah. Semua hal yang aku perlukan bergantung padanya. Ia mempunyai wajah yang cantik dan rambut coklat panjang. Matanya berwarna abu keperakan dan sendu. Ia tidak pernah berbicara keras keras atau berteriak apalagi membentakku ketika aku pulang malam dari club. Ia adalah pengganti ayah dan ibuku.
Kami tiggal cukup lama bersama hingga aku berumur 16. Dan Felicity mulai sibuk kuliah. Kami tetap dekat meskipun jarang berbicara karena tugas tugas kami banyak. Kami mengerjakan tugas di basement atau di atap. Ia selalu membuatkanku kopi vanilla atau teh hangat. Bergitulah hingga aku tidak sadar kami tinggal sudah lebih dari 4 tahun.
Hingga suatu hari kami pergi ke Cornwall dimana ada sekolah asrama perempuan. Aku terkejut aku kira kami berdua akan disekolahkan di sekolah asrama. Tapi ternyata Ayah bertugas disana dan kami bisa berlibur di Cornwall. Tebing tebing Cornwall bernar benar curam, angin lebih kencang dari pada Wales bahkan airnya dingin. Tapi dengan Felicity segalanya seolah olah sempurna. Ia membuatkanku coklat panas dan menghangatkan air.
Prestasi Felicity tidak pernah mengecewakan ia bahkan sangat pintar, lebih pintar dariku tentunya. Ayah benar benar menyayanginya, begitu juga ibuku. Aku tidak pernah merasa iri dengan hal hal seperti itu. Hingga Cornwall memberiku gambaran gambaran jelas siapa Felicity.
Hari itu selesai berenang kami membuat beberapa barbeque. Ibu sibuk menyiapkan makanan. Ia membiarkan Felicity mengerjakan tugas liburan. Kami bersenang senang awalnya. Ibu pergi menjemput ayahku di London. Ayah tidak membawa mobil karena sedang diperbaiki.
Sore itu kami menghabiskan waktu bersama. Felicity menghampiriku dan minum bersama. Wajahnya terlihat lelah. Kami berbicara banyak hal dan tertawa terlalu banyak. Hingga aku menumpahkan jus ke kertas kertasnya. Aku menatap kertas itu dan ingin menangis. Aku mencoba mengeringkannya tapi sari sari jus mengotorinya hingga aku malah membuat kertasnya robek. Awalnya Felicity hanya menatap kertas itu dan menarik nafas dalam dalam. Ia terdiam, dan bangkit dari tempat duduknya dan berdiri disampingku. Tiba tiba ia menarikku dengan kencang. Aku hampir tersentak kebelakang. Tangaku terputar hingga aku menjerit.
"Anak sialan!" ia menamparku berkali kali dan menari rambutku. Aku berteriak dan melawan mencakar cakar wajahnya. Aku terkejut dan menangis hebat.
"Apa- apan ini!! Dasar Jalang!" aku melepaskan tanganku dan berteriak. Mata felicity merah dan wajahku menakutkan. Ia benar benar berbeda dari sebelumnya. Aku bahkan tidak bisa mengenalinya. Aku maju selangkah dan menamparnya. Aku kira ia sadar sekarang tapi ia merenggut daguku hingga rahangku sakit.
"Beraninya kau! Kau fikir mudah membuat ini?! Suara berisikmu bahkan membuat telingaku hampir pecah. Kau! Kau benar benar orang idiot, bayi kecil ingusan yang selalu meminta minta! Gadis sialan!" ia melepaskanku.
Tanganku bergetar, dan menatapnya. Air mataku jatuh. Aku tidak tahu harus marah atau apa. Tapi kekecewaanku menganga dan membentuk dinding beku dalam hatiku. Aku ketakutan ketika ia mulai menatapku dengan mata merahnya dan menedekatiku dengan nafas tersegal segal
"Aku akan memberi tahu Ayah dan Ibu bahwa kau Clubbing, bahwa sebenarnya nilai nilaimu sangat buruk. Bahwa kau sangat bodoh. Kecuali kau tutp mulut tentangku. Anak bodoh!" ia mendobrak bahuku hingga aku hampir terjatuh. Ia membereskan kertas.
aku menghabiskan selamalaman di kamar dengan ketakutan berharap ayah dan ibuku pulang secapatnya. Hingga mereka sampai dan Felicity membuka pintu saat aku sampai di ruang tamu. Mereka membawa makanan ringan dan kami duduk bersama untuk menonton, seperti biasa. Tapi hatiku sangat sakit sehingga aku bahkan tidak bicara atau tersenyum.
Aku bahkan tidak bisa melihat apapun dengan jelas. Semuanya seakan akan aku melihat tipuan dan akting luar biasa. Aku seperti melihat luka, penyesalan, ketakutan, kebingungan, dan rasa bersalah pada orang tuaku.
Ibu memberiku coklat panas. Ia melihat perubahan sikapku.
"ada apa dengan dagumu, itu bengkak" ibu memegang daguku dan mulai khawatir. Dan aku malah menangis aku benar benar gementar hebat. Felicity menatapku tajam dan mendekatiku.
"aku tidak melihat ini sebelumnya Mom, apa kau baik baik saja?" Ia menyetuh daguku dengan halus. Tapi itu malah membuatku semakin terluka. Ibuku menatapku bingung karena aku menangis terus.
"aku jatuh dari kamar mandi" ucapku akhirnya. Ayah melihat lukaku dan membawa obat.
"umurmu sudah 17 sayang. Berlajarlah untuk kuat" ia menyerahkan obat kepada ibuku. Ibu mengobatiku sedangkan Felicity seperti orang bodoh yang khawatir. Ia benar benar hebat dalam hal ini.
"Apa kau benar benar baik baik saja?" Ibu melihat lukaku yang sekarang ditutupi plester. Aku masih diam dan mencoba mengatur suaraku agar tidak bergetar.
"Ya" ucapku saat mataku dan Felicity bertemu dan ia tersenyum membawa coklat panas untukku.
Malam itu aku menghabiskan waktu dikamar. Aku menonton banyak film dan menghabiskan waktu berlama lama di tempat tidur. Aku merasa semuanya hancur sekarang. Ini semua kesalahanku. Aku yang memaksa kedua orang tuaku untuk memberiku seseorang karena mereka terlalu sibuk. Tapi aku mulai khawatir tentang geladi geladi kotor yang bisa saja terjadi pada mereka.
Seseorang membuka pintu kamarku. Itu Felicity ia membawa novel novelnya dan duduk disamping tempat tidurku. Aku merinding, wajahnya benar benar seperti penipu sialan.
"Kau tidak akan membaca di atas?" ia menatapku, ada sesuatu yang ganjal saat aku menatapnya dan membuatku takut padanya, dan hal hal itu jelas sekarang. Aku tidak menjawab dan menyalakan tv.
"Apa kau tidak menjawabku sayang ?" ia menarik tangaku keras sehingga aku tersentak ke tempat tidur.
"Aku bisa melakukan apapun kan?" ia berdiri dan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DARKNESS OF DREAM
Mystery / ThrillerPlease give advice and your opinion about The Darkness Of Dream Thank you so much... Mungkin cara satu satunya untuk menghindari gadis itu adalah melupakannya. Aku tidak mau orang orang berbicara banyak tentang geladi kotor yang terjadi pada keluarg...