Sunyi

31 3 0
                                    


Koper yang sudah di isi dengan baju itu pun terlihat rapi bersama tas ransel yang terisi penuh di pojok kamar, Indah sudah berkemas untuk pergi ke Jogja besok. Terlihat Indah gelisah dari tadi dia mondar-mandir di dalam kamar sambil memegang hape nya.

Merangkai-rangkai kata yang ingin dikirimnya dari tadi.

"Rio apa kabar? Lagi sibuk gak? Aku cuma mau ngasih tau besok jam 10.00 aku berangkat naik kereta ke jogja," pesan yang akhirnya dikirim oleh Indah.

•••
Terlihat ibu penjual kue yang sedang duduk menunggu jualannya, beberapa petugas yang sibuk mengatur antrian tiket dan seseorang yang terus melihat jam tangan sambil menunggu kereta yang tak kunjung datang bersama para penumpang yang lain. Rio terus mencari-cari sosok yang ingin dia temui, bersama Kiki dan Tama yang menemani nya .

"Emang dia berangkat jam berapa?" tanya Tama.

"Jam 10.00 pagi Indah berangkat dari stasiun gambir ke Jogja", jawab Rio yang terus mencari tanpa menoleh ke hadapan Tama.

"Ini baru jam sembilan nyet...." sahut Kiki melihatkan jam tangannya ke Rio.

Akhirnya mereka hanya menunggu Indah datang, duduk bersama penumpang lain yang sedang menunggu kereta. Kereta yang akan berangkat ke Jogja sudah datang.

Tak lama kemudian terlihat seorang perempuan yang membawa koper serta tas ransel yang sudah didukung nya itu sedang mencari-cari tempat duduk.

"Rio itu kayak Indah deh?" tanya Tama sambil menunjuk perempuan itu.

Tanpa menjawab pertanyaan Tama tadi Rio langsung berlari menghampiri perempuan yang di maksud Tama.

"Ehh... tungguin nyet," sahut Kiki yang ingin mengikuti Rio, tapi terhenti karena Tama.

"Jangan Ki, biarin Rio aja," saran Tama.

Rio yang hampir sampai ke tempat duduk perempuan itu pun bertabrakan dengan orang yang sedang berlari menuju kereta. Dan ternyata itu Indah.

"Indah...," tanya Rio kaget.

Indah hanya tertawa, "Kayak dejavu aja ya...," kata Indah mengigat kejadian yang membuat dia dan Rio jadi teman dekat.

"Iya," jawab Rio dengan malu, "Tapi sayang kali ini gak bisa traktir lo makan deh," lanjutnya.

Lalu mereka terdiam sampai bel kereta memecah kebisuan mereka.

"Kereta lo udah mau berangkat tuh Ndah," kata Rio mengigatkan Indah.
"Yaudah gue pergi dulu ya," jawab Indah pelan.

Rio hanya bisa melihat Indah berjalan membelakangi nya dan berharap kali ini Indah berbalik lagi seperti waktu itu. Dan Indah berharap kali ini Rio lah yang menghampiri dia untuk mengucapkan ucapan selamat tinggal.

"Aku sayang kamu Indah," gumam Rio dalam hati.

"Aku sayang kamu Rio," gumam Indah dalam hati.

Kereta yang membawa Indah ke perlahan menghilang dari pandangan Rio yang tetap berdiri di tempatnya tadi. Kiki dan Tama pun menghampirinya yang seakan sudah sangat tau bagaimana perasaan yang Rio alami saat ini.

"Sunyi."

•••
Sinar pagi hari menyambut hangat Nadia yang baru membuka jendela kamarnya.

"Indahnya pagi ini," kata Nadia menyambut pagi yang cerah itu.

Pagi itu Nadia sangat bersemangat untuk masa orientasinya di sekolah baru. Semua perlengkapan sudah ia siapakan dan terlihat sangat cantik karena Nadia sendiri yang membuatnya dengan segala macam pernak-pernik yang ia miliki.

Topi kerucut yang berwarna merah muda itu telah di sulap Nadia bagaikan mahkota seorang putri belum lagi kalung pete yang menggantung di lehernya itu sedikit di hiasi beberapan permen, dan tali sepatu yang ia pakai berwarna-warni membuat Nadia tambah manis.

"Okeee cantik," kata Nadia yang melihat dirinya di depan kaca dan sudah lengkap memakai perlengkapan MOS nya.

"Sayang sudah siap," sahut ayah Nadia yang baru memasuki kamarnya.

"Sudah kok Pa...," jawab Nadia dengan senyum kelinci nya.

Nadia pun di antarkan oleh ayahnya menujuh sekolah barunya dengan menggunakan mobil. Nadia tak berhenti bicara didalam perjalan menujuh sekolah, dia begitu semangat untuk bertemu dengan teman-teman baru nya.

Terlihat banyak sekali orang yang memakai kostum yang aneh-aneh. Tanpa sadar ternyata Nadia sudah sampai di sekolah baru.

"Baik-baik ya sayang," ujar ayah Nadia sambil memberikan kecupan ke kening Nadia.

Nadia sangat tau ayahnya begitu sayang terhadap dirinya.

"Doain ya pa," Nadia pun langsung keluar dari mobil, "Ehh... ada yang lupa," lanjutnya.

Nadia pun berbalik dan mencium pipi ayahnya.

"Dahh pa...," Nadia kembali memperlihatkan senyum kelincinya.

Ayah Nadia sangat senang melihat senyuman itu, memperhatikan betapa senangnya memiliki seorang putri yang sudah beranjak dewasa. Nadia anak kedua dari dua bersaudara, kakak Nadia berada di luar kota bersama ibunya, sedangkan Nadia bersama ayahnya. Itulah mangapa ayahnya sangat menyayangi Nadia.

"Kamana dulu," kata Nadia yang baru memasuki halaman sekolah.

"Nyasar?" tiba-tiba seseorang yang bicara itu sudah berada di belakang Nadia.

Nadia menoleh pelan, ah itu ternyata kakak kelas yang kamarin, yang di perhatikan Nadia bersama temannya di depan kantor sekolah setelah menanyakan no hape dan pin BBM, pikir Nadia setelah memperhatian muka orang itu.

"Iya kak," jawab Nadia malu.

"Kalau mau MOS acaranya di aula sebelah dek," sahut kakak itu. Dan seperti biasa pergi tanpa memberitahukan namanya.

"Terima kasih ya kak!" teriak Nadia melihat kakak itu sudah menjauh.



---------------
Kritik dan sarannya guys :)
Perlu banget soalnya buat bisa koreksi dmn aja yang kurang pas.

Okee lanjut besok update lagii
Heheheh :D

The Coffe and Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang