"Jangan lihat kebelakang. Atau nanti kamu akan terpuruk lagi, didepan"
-Alia Hannada-
........................................................................
"Jadi, kamu udah jadian sama Aditya?" Arka memainkan rambut Alia sambil memandang lurus kedepan. Lalu pria itu menerima anggukan sebagai jawaban dari pertanyaannya.Bukan Arka namanya jika tiba-tiba meminta Alia datang dan tiba-tiba lagi membuat Alia berperan seperti ibunya. Tapi Alia menerimanya, Alia itu adalah seorang gadis yang akan luluh dan akan menurut ketika sebuah permintaan disertai dengan bayaran makanan. Dan jadilah sekarang Alia menyerahkan dirinya untuk disandari oleh tubuh tegap milik Arka.
"Kamu?"
"Kenapa?"
"Udah jadian dengan Nara?"
Arka mengangkat kepalanya lalu menatap dalam pada manik milik Alia.
"Kamu pikir aku seperti kamu dan Adit? Bahkan kalian belum kenal dua bulan, sekalinya ditembak langsung diterima" lalu di akhiri dengan dengusan.
Alia terkikik lalu membenarkan posisi kepala Arka di pundaknya, sesekali memandang kearah ponselnya berharap ada pesan dari seseorang yang ditunggu-tunggu. Seakan teringat sesuatu, Alia kembali bersuara, namun kali ini sedikit pelan.
"Mama ehm..." ia seakan teringat sesuatu lalu membenarkan kalimatnya "Tante apa kabar?"
Arka mengangkat kepalanya dan memandang wajah Alia dengan ekspresi tidak suka "Sejak kapan kamu memutuskan merubah panggilan kamu ke mama?"
Alia tersenyum "Sejak kamu marah dan larang aku memanggil tante dengan panggilan mama"
Arka mendengus lalu menggenggam kedua pundak Alia "Itu terjadi beberapa tahun yang lalu. Dan setelah itu siapa lagi yang melarang kamu manggil mamaku dengan sebutan mama, hm?"
"Mama kamu?" Jawaban Alia terdengar seperti cicitan dengan diberikan ekspresi luka dimatanya. Arka tidak bisa melihat wajah terluka itu.
Arka melepaskan genggamannya pada pundak Alia lalu kembali menyandar pada pundak gadis itu. Sesekali ia menenggelamkan wajahnya pada leher Alia lalu menghirup aroma rambut gadis itu.
"Aku kangen kamu, Al" bisik pria itu.
"Aku disini Arka. Aku nggak pernah pergi"
Seakan tidak mendengar jawaban Alia, pria itu kembali bergumam "Aku kangen kita memanggil mama bersamaan"
Alia diam. Tak seharusnya ia memikirkan masa lalunya bersama keluarga Arka. Dan tak seharusnya ia memikirkan kesalahan antara keduanya.
"Al?"
"Hm?"
"Kamu mau kan, maafkan mama?"
"Kenapa aku harus maafin tante?"
"Jadi kamu nggak.."
"Tante nggak punya salah apa-apa ke aku, Arka. Semuanya sudah digariskan oleh tuhan dan kita tinggal terima aja"
Mendengar kalimat Alia barusan, Arka diam dan tak ingin membuka luka lama lagi. Ia tahu, seperti apapun dirinya terluka, Alia lebih terluka disini.
Kenyataan bahwa ibunya yang tak lagi menyukai Alia adalah sebuah pukulan untuk Arka dan Azka. Namun bukan Arka namanya ketika ia tidak membantah perkataan ibunya agar menjauhi gadis itu. Dan bagaimana dengan perasaan Alia ketika menyadari seseorang yang pada awalnya sangat menyayanginya itu tiba-tiba membencinya walaupun itu bukan karna kesalahannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSENCE
Teen Fiction"Adalah Alia, gadis sok pintar yang tidak pernah berkenalan dengan rasa cintanya sendiri. Adalah Arka, pria gila yang kesulitan dalam berpura-pura tidak mencintai. Keduanya saling menyakiti satu sama lain dengan perasaan yang mereka miliki" CERITA...