Liam dan Max

86 5 0
                                    

Selesai bertanding, Liam dibawa ke ruang perawatan untuk dilihat telinganya. Ternyata disitu masih ada Max. Kata dokter tulang kaki Max ada yang retak, jadi harus menggunakan kruk untuk berjalan. Sedangkan Liam sedang dicek telinganya. Ternyata tidak ada apa - apa dengannya. Telinganya hanya kemasukan pasir sedikit. Pasir itu tadinya menempel ke bola, tapi lalu telinganya terkena bola, dan beberapa butir pasir masuk kedalamanya. Mengeluarkannya cukup mudah, dan tidak memakan waktu lama. Tapi Liam pun harus bisa menahan rasa sakit saat pasir - pasir itu dikeluarkan. Memang rasanya sangat sakit, lebih sakit daripada sebelumnya! Liam berteriak keras saat sang dokter berusaha mengeluarkan pasir itu dari telinganya. Liam berpikir bahwa mungkin sebebtar lagi dia akan pingsan menahan rasa sakit. Tapi Kenzo datang dan membisikkan sesuatu ke telinganya, tepatnya berbunyi, "Bertahanlah sedikit Li!" Liam tersenyum kembali mendengar bisikan itu. Kenzo memang anak yang baik hati dan juga ramah. Setelah Kenzo mundur, dokter kembali mengutak - atik telinga Liam. Makin sakit saja! Ini lebih sakit daripada ynag sebelumnya! Liam tidak bisa menahan rasa sakit itu! Dia berteriak sekeras - kerasnya. Tapi itu saja belum puas. Memang menyakitkan sekali! Liam belum pernah merasakan sakit seperti ini di seluruh hidupnya.

Akhirnya sang dokter selesai membersihkan telinga Liam, tapi di telinganya masih terasa berdenyuy - denyut. Ternyata yang masuk banyak juga, dan masuknya agak dalam. Itulah kenapa rasanya sakit sekali, karena dokter harus mengorek sampai di dalam. Kata dokter juga, seharusnya tadi dia tidak memaksakan diri untuk bermain terus. Karena pasir - pasir itu bisa masuk makin dalam, dan mungkin ada pasir yang masuk lagi! Tapi Liam sama sekali tidak menyesal karena menolak tawaran pak Rizky untuk digantikan. Dia tetap senang telah berjuang untuk timnya.

Sekarang waktunya melakukan sesuatu untuk Max. Max sudah sadarkan diri lagi setelah selesai dioperasi. Semua rekan timnya berusaha menghibur Max. Liam berkata, "Max, kamu harus cepat sembuh, supaya bisa main bersama kita lagi." Max mengangguk pelan. "Sayangnya butuh 3 bulan untuk menyembuhkan yang ini. Benar - benar menyebalkan! Andai 1 menit lagi aku sudah bisa berjalan dengan normal lagi!" Max tampak kesal sekali. "Ayolah Max! Bergiranglah! Kami akan mendoakanmu senantiasa. Siapa tau ada mujizat dari Tuhan yang Maha Esa."kata Kenzo ikut maju. Max terlihat sedikit terhibur. Setelah mengobrol cukup lama, rekan tim lainnya pergi untuk makan siang. Max jadi kesal lagi, karena yang lain bisa makan dengan enak di ruang makan yang indah, sedangkan dia? Dia hanya bisa makan sambil terduduk di kasur!

Pikiran Liam terus terarah kepada Max. Dia berpikir betapa kasihan si Max, yang sudah membantunya berlatih menjadi kiper yang hebart, sekarang kakinya roboh. Dia sering melamun memikirkan hal itu, sampai temannya harus menjawilnya dulu. Hanya Kenzo yang mengerti perasaan Liam. Dia menghampiri Liam dan berkata, "Ayolah Li! Kamu kan sudah berjuang keras untuk tim dengan sakit telingamu itu. Kenapa harus bersedih?" "Aku hanya tidak bisa berhenti memikirkan Max. Jasanya kan sangat besar bagi tim kita. Dia pemain andalan tim kita, dialah kaptennya. Kenapa harus cedera?"jawab Liam. "Semua yang terjadi kan pasti kehendak Allah. Percayalah, ada rencana baik dibalik ini."jawab Kenzo lagi. Liam tidak begitu yakin dengan kalimat itu, tapi dia mengangguk.

Malam itu, Liam tidak bisa tidur, padahal seisi rumahnya sudah tertidur pulas. Air mata Liam terus keluar mengaliri pipinya tanpa henti.

UNSTOPPABLE Liam PayneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang