Hari minggu ini aku berniat menjenguk Urel. Tentunya ditemani Bagas. Tadinya aku tidak mau pergi bareng dia, tapi dia memaksa. Padahal aku tidak membutuhkannya, aku juga sudah tau angkot berapa saja yang dapat mengantarkanku ke rumah Urel.
Bagas Pamungkas
Cholen, aku udah didepan rumah kamu. Ayo cepet keluar, hampir 15 menit aku nungguin kamu -,-Sabar napa, namanya juga cewek. Kamu masuk aja ke rumah, udah dibukain pintu kan??
Bagas Pamungkas
Aku ngga pernah nganggap kamu cewek. Aku kira kamu bencong. Udah, tapi aku ngga enak sama mamah kamu.Njir kamu, Gas. Yaudah, Kamu jangan bls sms aku lagi. Aku jadi susah buru-buru --"
Aku langsung bergegas keluar kamar. Ku lihat Bagas sedang duduk diruang tamu sambil mengobrol ria dengan Mamah. Aku menghampiri mereka, lalu izin pamit sama mamah.
"Kamu lama banget, sih."Bagas menyalakan mesin motornya.
"Ih, aku dandan tau."
"Kamu dandan atau ngga sama aja, kok."
"Njir, banyak komen bgt, sih."cibirku.
"Abis kamu dandan lama banget. Kamu kira aku tukang ojek mu?!"bentaknya.
"Aku ngga minta kamu anterin, kok."aku mulai emosi."lagian aku juga ngga butuh kamu, kamu yang maksa!"Kali ini aku benar-benar emosi. Setan apa yang berani merasukiku hingga aku mampu menyemburkan kata-kata yang menurutku agak menyakitkan itu.
Aku berbalik meninggalkannya. Bukan karena aku tak tau diri, tapi tiba-tiba aku merasa tidak enak. Terlalu sulit untuk mengatakan maaf dari pada menyemburkan kata-kata pedas bagiku.
"Kamu mau kemana?"
"Aku mau pergi ke rumah Urel."kataku tanpa berbalik menghadapnya.
"Aku anterin. Soal tadi kita lupain aja."
"Ngga usah. Aku ngga mau."
"Tapi kan dari awal kita udah berencana ke rumah Urel barengan. Apa ini gara-gara tadi?"
"Udah lah, Aku bisa sendiri kesana. Kalau kamu mau, kamu duluan aja. Aku naik angkot."
"Kamu marah?"
"Berisik,"aku melepaskan tangan Bagas dengan kasar."Aku duluan."Aku berlalu. Demi para hewan-hewan menggonggong, aku benar-benar menyebalkan. Ternyata begini sifatku kalau sudah kesal pada seseorang. Menjadi setengah ketus, setengah judes, setengah tidak tau diri, setengah berlaga.
Aku naik ke dalam angkot yang berhenti di depanku. Aku tak menyangka kalau Bagas juga menyusulku. Dia duduk disampingku.
"Ngapain kamu ngikut naik angkot?"
"Takut kamu kenapa-kenapa."jawab Bagas.
"Aku bisa jaga diri."
"Kamu nyebelin, yak. Kamu jangan sok mandiri."
"Ini ditempat umum, jangan buat aku emosi."
"Kamu itu udah kaya adek aku sendiri. Kalau kamu kenapa-kenapa, aku khawatir."Bagas menyentil keningku pelan.
"Dih, kamu aja baru kenal aku seminggu."
"Iya, itu tergantung. Kamu ceroboh, sih."
"Apa?? Ceroboh? Kapan aku ceroboh??"
"Tadi, mamah kamu cerita. Katanya kamu ceroboh."
"Apaa??? Mamah aku bilang apa ke kamu??"tanyaku heboh. Seketika rasa kesalku hilang.
"Hmm.."Bagas pura-pura mengingat."Kata mamah kamu, kamu sering banget jatuh, nabrak tembok, kepleset, padahal ngga ada angin ngga ada orang."
"Njir, itu bo'ong."aku mengelak.
"Sayangnya aku lebih percaya mamah kamu dari pada kamu."Bagas meledekku.
"Kamu percaya sama aku, dong. Ih, mamah nyebelin."
"Percaya sama kamu musyrik."
"Bukan itu maksudku, pe'a."aku mendengus bete.Lucu. Bisa-bisanya dia ngebuat aku jadi tidak marah lagi. Beruntung sekali jika aku mempunyai kakak seperti dia. Kalau seandainya reinkarnasi memang ada, aku berharap menjadi adiknya.
"Kamu jangan berharap jadi adekku."kata Bagas tiba-tiba.
"Eh? Kenapa emang?"
"Kalau kamu jadi adekku, aku ngga akan seperti ini."
"Idih, dasar kakak kurang ajar."candaku.
"Aku serius, loh. Kalau kamu jadi adekku, kamu bakal kena sembur mulu."
"Dih."Aku cuma bisa geleng-geleng kepala."Aku bakal jadi adek yang nyembur kakaknya duluan."Akhirnya perjalanan kami tak terasa. Cukup 3 kali naik angkot, kami sudah tiba dirumah Urel. Bagaimana kah kondisinya? Aku khawatir sekali sama dia.
Semoga Urel cepat sembuh, Tuhan.
**
YOU ARE READING
ALL IN LOVE..
Teen FictionCinta membuat mu merasakan segalanya, dari segi manapun. Apapun yang kamu rasakan, jadikan pelajaran. Karena cinta tidak sesimple itu.