09; Thriller
~
"Masuk! 23-24!"
Musa terlihat semangat dalam posisinya menjadi seorang wasit Bola Voli perempuan. Pria yang dibalutkan kaus putih dengan celana training sekolah Pasopati itu kini sedang duduk di atas kursi dengan satu tangan memegang toa suara, sudah seperti pengkritik acara olahraga saja. Selain pria itu dapat dikatakan sebagai lelaki yang bawel, tetapi ia juga yang menghidupkan suasana.
Keempat perempuan itu kini mewakili kelasnya untuk bermain kompetisi Bola Voli; Yaitu tak lain dari Merda, Sani, Arum dan Devin-Melawan anak kelas 12-4. Hari ini memang hari pertama kompetisi acara olahraga dimulai, berlangsung selama 3 hari. Angkatan di sekolah Pasopati juga tak menyangka, perempuan seperti Devin lumayan juga bermain Bola Voli seperti ini. Bagaimana cara ia dapat melakukan berbagai macam tiper Service.
Kalau dilihat, memang tim mereka memang sempurna. Dengan Devin yang handal dalam Service, Sani dalam posisi Blocking, karena tubuhnya tinggi; Merda dalam posisi Smash, karena kuat, dan Arum dalam posisi Passing, karena kelincahannya.
"AYO SEBELAS SATU SEMANGAAAAAT!" Sorak sorai dari Musa melalui toa suara yang ia pegang, lelaki itu terlihat girang menjadi Wasit acara itu.
Keempat perempuan itu kini masih ngos-ngosan, dengan seluruh tubuhnya seperti dibanjiri oleh keringat. Merda naruh kedua tangannya dilutut, dengan celana training sekolah juga kaus putih yang sama dengan Musa, kini terlihat agak basah. Ia menoleh sedikit ke arah Musa, dan menajamkan pandangannya.
"Banyak bacot lo!" Balasnya, kesal.
Musa hanya memimikkan wajah yang barusan Merda pasang, dan bergumamkan, "Banyak bacot lo~"
Kemudian Devin menggulung sebelah baju lengannya sembari memandangi kedua orang barusan yang sedang beradu mulut dengan tatapan heran, satu tepukan di bahu membuatnya menoleh, itu Sani.
"Satu poin lagi, tim kita bakalan menang lagi." Sani tersenyum lebar, lalu ia menengok pada seorang gadis pendek dengan rambut keritingnya, Arum.
Arum masih memandangi lawan-lawan mereka; Kakak kelas, dengan tatapan menantang. Karena memang para kakak kelas itu seperti tak terima melihat poin dari kelas 11-1. Yah, memang yang mendapat poin lebih tinggi, tim-nya Devin, mau bagaimana.
Permainan kembali dimulai.
Waktu menunjukkan pukul 11 lewat 16 menit, terlihat dari jam dinding besar di lapangan Indoor sekolah. Musa sesekali melirik ke jam tersebut, dan kembali memperhatikan lapangan; Kemudian ia meniup peluitnya.
Bola dari lawan pun dilayangkan, disambut pas oleh Arum-Dan dibalas lagi oleh lawan, Musa masih melotot menatap bola itu melayang ke kanan lalu ke kiri, seperti itu saja bolak-balik. Sampai seketika saat Merda meng-Smash bola ke lawan, dan masuk ke wilayah lawan pun Musa langsung bersorak sorai melalui toa suaranya.
"YAAAAAAA END OF GAMEEEEEE!"
Mata Musa terbelalak ketika menemukan Merda kini terduduk di lapangan dengan satu tangan menggenggam betisnya, dan kepalanya menunduk, seperti menahan rasa sakit. Devin sudah berjongkok di sampingnya, dengan Sani di hadapannya dan Arum membungkuk di belakang Merda. Musa pun turun dari kursi, lalu menghampiri keempat perempuan itu.
Seisi penonton masih bersorak sorai karena heboh dengan kemenangan kelas 11-1; Kelas 12-4? Mereka hanya masa bodoh, dan langsung pergi dari sana tanpa mengatakan apapun.
"Coba sini diliat dulu." Perintah Arum, dan hanya disambut oleh gelengan kepala dari Merda.
Sani mendecak, "Ah, ribet."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dumb Dumb
Teen FictionDevin Kurniawan; Seorang cewek biasa yang punya trauma lekat sama yang namanya cowok. Dia berusaha menghindari apapun itu yang berhubungan dengan 'cowok', sampai-sampai ia punya alergi kalau ia bersentuhan sama lawan jenis. Ardianto Suri; Cowok pre...