Warning : Typo(s) bertebaran...
"Bundaaaaaaa..." panggilku setengah berteriak ketika sampai rumah. Bunda sedang duduk di sofa sambil menonton televisi yang aku yakin malah televisi yang nontonin Bunda.
"Kenapa?" Tanya Bunda panik.
"Pokoknya Tyas gak mau pergi sama Calum lagi." Aku memeluk Bunda dan pura-pura menangis agar Calum di marahi.
Bunda mengelus puncak kepalaku dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Memangnya kenapa sih sama Calum?"
"Masa sepanjang jalan aku di ejek terus. Kan nyebelin, Bun."
"Siapa suruh salah masuk mobil," celetuk Calum yang entah sejak kapan masuk ke rumah dan mengembalikan kunci mobil ke Bunda.
Alis Bunda bertaut mendengar ucapan Calum. Pasti saat ini Bunda lagi tertawa dalam hati, dan Calum tersenyum puas. Dasar tukang ngadu.
"Gimana hasil pemeriksaan hari ini?" Tanya Bunda mengalihkan pembicaraan. Ada senyum kecil di wajahnya.
"Seperti biasa, Bun, tidak ada yang istimewa. Hehe..." jawabku sembari mencomot keripik kentang yang berada di meja.
"Ada yang istimewa," celetuk Calum. Aku dan Bunda menatap penasaran padanya, ada yang istimewa, tapi apa? Apa tuh bocah baru kenalan lagi sama cewek pas di rumah sakit. Dasar playboy cap minyak telon.
"Yang istimewa adalah...." Calum memberi jeda ucapannya, membuatku semakin penasaran. "Hari ini Tyas di suntik pake suntik gajah."
Bunda yang sedang minum kopi tiba-tiba menyembur ke arahku.
"Eww... Bundaaaa...." Calum terkekeh geli melihat dress putih yang aku gunakan menjadi hitam karena semburan kopi Bunda.
Bunda medelikkan mata ke arah Calum, membuatnya mengangkat jari tengah dan telunjuk ke atas sambil berkata peace.
"Balik dulu ya, Tante. Mom Joy minta jemput di mall." Calum mencium telapak tangan Bunda dan berlalu begitu saja tanpa pamit padaku. Nyebelin.
"Yaudah balik sana. Jangan datang-datang lagi." Bumda mencubit kecil perutku, membuat Calum tersenyum mengejek.
"Jangan lupa peralatan buat ikutan MOS besok," ucap Calum yang sudah berada di balik pintu. Aku hanya mengangguk pelan.
Oh iya, mulai besok aku sudah mengenakan seragam putih abu-abu, dan beruntungnya aku bisa masuk salah satu sekolah favorit di kota.
~~~
Aku menggeliat di ranjang--kebisaan-- ketika sinar matahari masuk melalui celah gorden biru kesukaanku. Sekilas aku melirik jam weker berbentuk doraemon di atas nakas yang berada di samping ranjang. Masih terlalu awal untuk bangun, jadi ku putuskan untuk memejamkan mata lagi.
"Bangun hooii... niat sekolah gak sih? Hoi... bangun. Dasar kebo."
Sialan, suara cempreng dari anak cowok berumur sepuluh tahun mengganggu tidurku. Gak tau apa orang lagi mimpi enaena sama anggota 5 Second Of Summer.
"Apaan sih, Nanda? Orang lagi tidur gangguin aja," gumamku sambil menutupi wajah dengan bantal.
"Yasudah, kalau di hukum kakak kelas waktu Mos jangan salahin orang rumah loh."
What? Gimana aku bisa lupa kalau hari ini pertama masuk sekolah. Udah jam berapa ini? Bisa-bisa di sate sama kakak kelas nanti. Mereka pasti nyeremin kalau lagi ngerjain anak baru sepertiku. Aku menarik handuk yang berada di gantungan pintu. Aku meringis ketika handuk kesayanganku itu robek di bagian bokong. Bergegas menuju kamar mandi, niatnya mau mandi sih, tapi gosok gigi dan cuci muka aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(Bow) Wish
RandomApa kau percaya pada cinta sejati? Cinta yang rela mati demi seseorang yang ia cintai. Aku tidak percaya, menurutku itu hanya kebodohan seseorang yang melepaskan nyawanya demi orang lain. Tuhan menunjukkan, dan secepatnya pula Tuhan menyembunyikan...