Lorong dengan dominasi warna merah dan hitam, hening dan dingin tanpa ada setitikpun kehangatan. Kakiku melangkah pelan ke sebuah ruangan di sudut rumah. Aku menarik napas sebelum membuka kenop pintu ruangan itu. Lelaki dengan baju kaos putih ketat yang menampakkan lelukan tubuhnya yang indah berdiri menghadap jendela besar. Menatap bulan purnama dengan mata coklatnya. Aku melangkah pelan, berdiri persis disampingnya sesaat ikut terlarut dalam keheningan bulan purnama yang ia ciptakan sebelum lelaki ini bersuara "Ada apa, Justin ?"
Aku memandang wajahnya, ia tak berpaling sedikitpun dari cahaya bulan purnama.
"Hanya ingin berkunjung, sudah lama sekali rasanya tidak memasuki kamarmu." Jawabku santai. Ia berdehem, dan mengalihkan pandangannya ke mataku.
"Aku tau maksudmu, Justin. Kau lupa aku bisa membaca pikiran semua makhluk ?" decaknya. Justin mendesah pelan, melangkah ke sofa di sudut ruangan itu.
"Apakah menurutmu aku benar-benar jatuh cinta padanya ?"
Matanya menatap ku tajam, ia hampir saja bersuara sebelum pintu tiba-tiba terbuka dan menampakkan wanita bermata biru dengan gaun merah yang indah.
"Ya Justin, kau jatuh cinta padanya. Ku rasa usaha mu dan Lena tak sia-sia" ucap wanita itu.
Aku menatapnya sesaat, lalu berpaling pada Lelaki bermata coklat disampingnya.
"Benarkah perkataan Rowena itu Christian ?"
Christian mengangguk pelan dan berjalan dengan pelan ke arahku.
"Jangan mengungkirinya lagi, takdir telah bekerja sekarang"
"Dan kurasa, kau harus menghapus semua kenanganmu dan membiarkan Lena masuk kedalamnya" tambah Christian.
Aku menatap mata coklatnya mencoba mencari kebohongan disana dan tidak ada. Lelaki ini jujur, aku benar-benar jatuh cinta.
"Apakah kau harus selalu bertanya pada Christian ? Kau bisa memutuskan sendiri, apakah kau jatuh cinta atau tidak" desis Rowena.
Christian terkekeh pelan, dan mulai merangkul pinggang ramping wanitanya itu.
"Sepertinya aku harus keluar sekarang. Dan kau Rowena, berhenti berbicara tajam padaku. Kau kira aku takut, eh ?"
Rowena tertawa pelan, jarinya yang lentik dan putih pucat ia gerakkan lembut didada Christian.
"Tentu saja tidak, Justin. Atau kau takut aku akan menghasut Lena untuk membenci mu ?" Ucap Rowena tajam.
"Apa?" Teriak Justin kesal.
"Bingo"
Dan pintu ruangan terdengar terbanting keras, kedua pasang kekasih ini berbinar dan tersenyum tulus.
"Kisah mereka dimulai, Christian. Kisah mereka"
-------
Aku menggeliat pelan saat tanga lentik itu terus menerus menggoyangkan tubuhku. Selimut berwarna merah darah yang menyelimutiku tadi malam sekarang hilang entah kemana, membiarkan kedinginan memelukku makin dalam.
"Lena Bieber, bangunlah. Entah berapa ratus kali aku harus berteriak seperti ini" teriaknya.
Aku mulai bangkit dari tidurku, dan bertanya dengan suara khas bangun tidur "Ada apa?"
Rowena duduk di tepi kasur, lalu membelai rambut coklat keemasanku lembut.
"Kau masih mengantuk ?" Tanyanya.
Aku mengangguk pelan, mengembalikan kepalaku ke bantal yang nyaman.
"Sayang sekali, padahal aku ingin mengajakmu berbelanja baju musim dingin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lena Lee
VampireLena tak pernah tahu surat dari ibunya adalah kunci gerbang kehidupannya yang baru. Kehidupan dimana makhluk yang paling ia takuti menjadi pemeran utama. Mimpi, perjodohan dan segala hal yang ia lalui membawa Lena ke dalam suatu peristiwa penting y...