prolog

38.9K 1K 22
                                    

Aditya Atma Winata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aditya Atma Winata

Pemuda itu menatap tajam pada pria di depannya. Rahangnya mengeras ketika pria tersebut baru saja mengatakan sesuatu hal yang sangat mengejutkan. Ia tidak pernah berpikir kalau ayahnya sampai mempunyai keputusan seperti itu.

“Ayah yakin dengan pernyataan itu? Bukankah ayah tau apa yang sedang ku fokuskan sekarang?” tekan pemuda itu kepada ayahnya yang memandangnya santai.

“Tentu aku yakin dengan apa yang aku sampaikan padamu. Menurut ayah, menikah tidak akan mengganggu proses pendidikan mu. Dan ini sudah keputusan mutlak dariku.”

Tangannya terkepal mendengar penuturan sang ayah yang terdengar sangat sepihak. Mengapa ayahnya berubah? Bukankah ayahnya tidak pernah mempermasalahkan dia yang memang sedang ingin menikmati kesendiriannya? Mematangkan planning untuknya di masa depan.

“Ayah, jangan bercanda! Ini terlalu tiba-tiba, aku tidak ingin perempuan itu kecewa karena aku yang memang belum waktunya untuk membuka hati.”

“Ayah percaya padamu, sekeras-kerasnya kamu, pasti pantang menyakiti hati seorang perempuan. Karena kau mewarisi gen ku dalam hal ini.” Pria yang kini sudah berusia setengah abad itu mulai beranjak dari kursi kebesarannya. Menatap sendu putra tunggalnya yang selama 10 tahun ia sendiri yang mengasuhnya, sejak meninggalnya isterinya.

"Aku menyiksa diriku sendiri, dengan cara membuat orang lain bahagia? Buruk sekali!"

“Maafkan Ayah, jika keputusan ini terkesan menyakiti dan mengkhianatimu. Tapi, ini yang terbaik untukmu. Bagaimana pun, ayah tidak akan menjerumuskan putranya, semua yang aku lakukan hanyalah untuk kebaikanmu. Mungkin saat ini kamu belum bisa mengerti, tetapi suatu saat pasti akan mengerti.” Ia menepuk halus bahu tegap putranya.

“Siapa perempuan yang akan menikah denganku?”

__

Di sebuah club malam, gadis itu menatap takut pada tiga orang teman-temannya yang kini berada dalam satu meja dengannya. Menyodorkan gelas kecil yang ia ketahui berisi vodka di dalamnya. Jujur, ini kali pertama ia terdampar di tempat gelap itu. Dentuman music tak jelas, dan suara berisik yang mengganggu indera pendengarannya, semua baru ia rasakan malam ini. Ditambah, ia harus menahan malu karena melihat hal-hal tak senonoh antara wanita sexy dan pria hidung belang.

“Hei, kekasihmu datang! Lihatlah!” salah satu dari teman perempuannya menunjuk pada pria yang baru saja melewati pintu masih dan membalas lambaian tangan dari teman perempuannya yang benarma Jesie itu.

“Sudah lama?” tanya pria itu pada mereka.

“Lumayan. Kalau begitu, kami tinggal dulu ya.” Balas Jesie dengan kerlingan matanya. Kemudian dua teman lainnya mengikuti Jesie yang pergi meninggalkan pria itu bersama kekasihnya.

“Rey, aku ingin pulang.” Cicit gadis itu kepada pria disebelahnya, kekasihnya.

“Pulang?” pria itu menaikan sebelah alisnya, dipandangnya segelas vodka yang masih penuh di meja, dan ia yakin gadis itu belum meminumnya. “Kau bahkan belum meminumnya.” Dia menggerakan dagunya pada vodka yang hanya di tatap sekilas oleh gadis di sampingnya.

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang