Jun POV
Aku terbangun di pagi itu. Menatap sisi kiriku yang kosong dan tersenyum lalu bangkit dan menuju ke tempat dimana dia pasti berada tiap pagi.
Aku melangkah keluar kamar. Melihatnya mengangkat sesuatu dari oven dan meletakkannya di meja dapur. Aku bergegas menyusulnya dan mendekap pinggangnya dari belakang.
"Pagi!" Ucapku lalu membenamkan wajahku di lehernya. Ia terkikik geli lalu berbalik dan menyuapkan sesuatu padaku.
"Bagaimana?" Tanyanya.
Aku mengunyah makananku dan menelannya. "Enak. Tapi akan lebih enak jika dimakan dengan madu dan buah!" Jawabku.
"Begitu ya? Kalau begitu akan mengambil buah-buahan di kulkas." Jawabnya lalu menju kulkas.
Dia lalu memotong buah. Aku kembali menggelayutkan tanganku di pinggangnya. Dia mulai menata buah-buahan itu diatas dutch baby pancake*nya dan menyiramkan madu diatasnya.
"Ah jadi juga!" Ucapnya. Dia lalu melepaskan pelukanku dan membawanya ke meja makan.
~~~~
Kami menyantap sarapan kami dengan lahap. Berbincang-bincang mengenai apa saja saat itu.
"Hey!" Panggilnya.
"Hm?"
"Kita bahkan sudah 2 minggu dan kau sama sekali belum mengajakku kencan. Benar-benar tidak romantis." Ucapnya. Aku menatapnya.
"Dan tetap memanggilku 'Shachou' selama 2 minggu pacaran apa itu juga disebut romantis?" Jawabku. Dia berdecak.
"Bagaimanapun juga kau itu atasanku! Syukur-syukur gak kupanggil om!"
"Tapi aku tidak pernah menganggapmu bawahanku."
"Ck! Terserah!"
Kami lalu melanjutkan makan dalam diam.
"Malam ini sibuk?" Tanyanya. Aku menggeleng. Dia tersenyum cerah.
"Kalau begitu, ayo malam ini saja! Mumpung hari Sabtu kan?" Ajaknya. Aku tertawa.
"Lihat saja nanti!" Jawabku. Dia merengut.
"Ini bahkan hari Sabtu dan kau masih tak punya waktu untukku. Kejamnya! Kau tak ingin menghabiskan waktu bersamaku?" Jawabnya. Aku mengusap rambutnya.
"Aku ingin! Tapi kita berdua sama-sama sibuk. Kau tahu itu! Aku sibuk dengan urusanku dan kau sibuk mempersiapkan konser dan album barumu kan?" Jawabku. Dia merengut.
"Hm. Mau bagaimana lagi." Jawabnya lemah. Aku mennyentuh dagunya untuk mengangkat wajahnya.
"Jangan cemberut gitu dong. Nanti imutnya luntur." Ucapku. Dia tersenyum.
"Nah gitu dong. Itu baru kesayanganku!" Ucapku lalu menyentuh hidungnya dengan jariku. Dia tersenyum. Aku lalu menatap jam dinding.
"Ah! Sepertinya aku harus segera bersiap-siap!" Ucapku. Aku lalu meninggalkannya dan bergegas mandi.
~~~~
Satoshi POV
Aku mengantarnya sampai ke depan pintu. Dia tersenyum.
"Aku pergi dulu ya!" Ucapnya lalu menciumku.
"Pulangnya jangan lama-lama ya." Jawabku. Dia tersenyum lalu mengusap rambutku.
"Hm. Sampai jumpa!" Ucapnya lalu menghilang dari balik pintu.
Aku mendesah. Seandainya saja...sekali saja...
Aku lalu berbalik dan mulai mengerjakan apa yang harus kulakukan.
~~~~
Aku sedang membersihkan apartemen saat itu. Tiba-tiba handphoneku berdering. Matsumoto shachou!
Aku lalu mematikan penyedot debu dan mengangkat telepon.
"Halo?"
"Sayang, kau sedang apa?"
Aku tersenyum. "Membersihkan apartemenmu. Kenapa?"
"Berkemaslah sekarang! Nanti akan ada menjemputmu satu jam dari sekarang!"
Berkemas? Ada apa?
"Kok buru-buru sekali? Ada apa?"
"Pokoknya berkemas saja! Bawa tas yang agak besar untuk barang-barangku dan barangmu. Nanti akan ada yang menjemputmu ke bandara. Tenang saja!"
"Bandara?"
"Ck. Kau akan tahu jawabannya nanti. Sudah cukup bertanyanya. Sekarang turuti saja permintaanku. Waktumu cuma tersisa 45 menit lagi!"
"Tapi..."
Ah sial! Malah putus! -_-"
Aku lalu meletakkan handphoneku di saku celana. Berpikir keras.
Sebenarnya ada apa?
Aku lalu merapikan ruangan dan bergegas mengemasi barangku dan barangnya.
~~~~
Jun POV
Aku memutar-mutar kursi kerjaku dengan gelisah.
"Kita bahkan sudah 2 minggu dan kau sama sekali belum mengajakku kencan. Benar-benar tidak romantis."
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Yah kalo dipikir-pikir, aku ini memang payah! Aku bahkan belum pernah mengajaknya berkencan sekalipun!
"Ini bahkan hari Sabtu dan kau masih tak punya waktu untukku. Kejamnya! Kau tak ingin menghabiskan waktu bersamaku?"
Duh...wajah sedihnya kembali muncul di pikiranku.
Kenapa aku tidak pernah kepikiran ambil cuti ya? Gobloknyaaaa! :(Derit halus membuyarkan lamunanku.
"Permisi!"
Ah! Ternyata Sakurai!
"Kenapa kau terlihat resah begitu?" Tanyanya dengan wajah yang terlihat heran.
Aku menopangkan daguku. "Ini masalah Satonyan."
"Ah! Seperti dugaanku! Ada apa?"
"Sepertinya...dia marah padaku."
"Marah? Kenapa?"
Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya.
"Karena...aku tidak pernah mengajaknya berkencan." Jawabku lemah. Dia tertawa terbahak-bahak. Aku melemparnya dengan bola bisbol pajangan di meja kerjaku.
"Ya kali! Pantesan aja dia marah! Ibarat kata mah, itu sama aja kayak lo berdua udah nikah...tapi lo berdua ga pernah ngewe!"
Aku melotot memandangnya. Njir, analoginya mesum abis! -_-""
"Jancuk!" Umpatku. Dia masih tertawa terbahak-bahak.
"Masalah gue ga tau date kayak apa yang dia suka! Ada ide nggak?"
Dia tampak berpikir. "Ah! Kalo soal begituan mah lebih baik tanyakan saja pada orang yang dekat padanya!" Jawabnya.
Aku sejenak berpikir. Aha! Sebersit ide muncul di benakku.