Rumah mungil milik Kim dan Prilly sudah disulap dengan dekorasi yang sangat indah. Nuansa warna putih, bunga mawar putih dan merah serta bunga lily dan bunga-bunga yang lainnya menghiasi dekorasi pernikahan pada pagi hari itu. Prilly sendiri sedang sibuk mengatur bangku-bangku untuk tamu yang disusun menghadap meja akad nikah. Prilly tidak sendirian, Ibu juga sedang sibuk mengatur kesiapan catering. Bapak mengatur kedatangan tamu. Sedangkan Al, Andoy, dan Iqbaal sibuk mengatur lighting untuk dokumentasi pernikahan. Meski berada di tempat yang sama, Prilly dan Al tidak saling berbicara. Mereka hanya saling melempar senyum tatkala Al datang mengetuk rumah untuk mempersiapkan keperluan foto dan video. Tanpa kata-kata, tanpa basa basi, Prilly hanya mempersilakan masuk, setelah itu dia kembali sibuk dengan pekerjaannya.Om Fedi, adik dari almarhumah Mama, sudah siap dan nampak tampan dengan jas dan peci warna hitam. Dia akan menjadi wali dari Kim.
Di tengah kesibukan keluarga Kim, Al dan Andoy berniat menghampiri si calon pengantin wanita. Mereka pun mengetuk pintu kamar Kim.
"Kim? Kita boleh masuk nggak? Mau ambil foto lo pas di makeup,"
"Boleh, Al, tapi langsung tutup lagi ya!"
Bersama Andoy, Al langsung membuka pintu kamar.
"Woooooww!" Andoy terkesima begitu melihat Kim yang tampak sangat cantik dengan balutan gaun muslim dan hijab bertahtakan mahkota bunga dan tiara.
"Eh, mana Kim?" tanya Al iseng.
"Nggak usah resek, ini gue,"
"Super cuantik, aseliiii! gue baru tahu kalo lo bisa secantik ini, Kim! Masya Allaaah," puji Andoy berdecak kagun.
"Aaaaa..., terima kasih Andoooy, it means a lot, nggak kayak si kutu kupret satu ini, muji aja nggak!"
"Kayak bukan elo," ujar Al enteng tapi tetap mengarahkan kamera pada wajah Kim untuk mengambil gambar.
"Ya iyalah ini namanya teknik makeup bikin jadi pangling, emosi deh,"
"Nah, bagus kan hasilnya?" Al memperlihatkan hasil foto dengan muka berkerut Kim yang sedang marah-marah.
"Reseeek,"
"Hehe. You look super gorgeous. I wonder, how Prilly will looks like kalau dia didandanin kayak gini pas nikah sama gue nanti," Al masih memainkan kameranya memotret Kim.
"Hahahaa, aamiin aja deh Al!" jawab Kim diikuti tawa Andoy.
"Jadi, gimana perasaannya sekarang?" tanya Al.
"Deg-degan,"
"Kalau soal malam pertama, sudah siap?" tanya Al lagi.
Mba yang sedang merias Kim langsung tersenyum geli.
"Gue udah beli pemulas, biar lancar masuknya, puas lo?"
"Nggak perlu beli begitu kalii.. kalau lo nikmatin dan pas klimaks juga, masuknya gampang, kan nanti keluar cairan," ujar Andoy.
"Nah kan nah kan, kalau yang paham banget jawabannya kayak gitu tuh, iih ilfil ah!"
"Ilfil atau nggak mau ngebayangin? Coba bayanginnya yang awal awal aja dulu, misal, ciuman. Udah pernah ciuman kan?" Al bertanya dengan cool.
"Mendingan lo semua keluar deh kalau cuma buat ngeledekin gue doang,"
"Ciuman doang sih pasti udah lah ya sama Coach Jevin, duda begitu nggak mungkin belum icip icip bibir lo," ledek Andoy.
"Hrrr,,"
"Malam pertama nanti kuncinya cuma satu, nikmatin aja. Lagipula suami kan udah expert, dia bakal menuntun lo ke jalan yang benar," Al tertawa. Masih sambil memotret Kim. Lalu bergantian memotret Andoy, lalu mereka berdua.
YOU ARE READING
Snow In Copenhagen
FanfictionTernyata.. Mengharapkan salju turun di Copenhagen Tidaklah selama seperti aku menunggumu