Hair Cut

187 16 0
                                    

(Ketika pagi yang tenang, berubah mendebarkan)

Minggu pagi, waktu yang tepat untuk berbenah sekaligus membersihkan rumah. Setidaknya itulah yang di pegang teguh oleh Kim Seokjin, anak sulung keluarga ini. Dengan sangat cekatan, namja berusia 25 Tahun tersebut melakukan seluruh pekerjaan rumah sedari Matahari belum memancarkan sinarnya.

Berselang beberapa jam nampak seorang namja lain yang masih terlihat berantak. Sekiranya namja itu belum mencapai kadar kesadaran maksimumnya.

"Pagi Taehyung-a!" Sapa Kakaknya yang saat ini bergelut dengan bahan masakan.

"Pagi Hyung!" Sahut si bungsu sembari mengucek matanya. Sedetik kemudian namja itu membulatkan mata indahnya sembari menatap sosok di dapur. 'Hyung?' Gumamnya, lalu mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan di rumah itu, semuanya telah tertata bersih dan rapi. Taehyung semakin melebarkan indera pengelihatannya saat teringat akan sesuatu.

Tangan serta matanya kini tengah berkoordinasi untuk menemukan benda yang ia yakini tertinggal di sofa ruang keluarga semalam.

"Apa yang kau cari Taehyung-a?" Tanya Seokjin yang heran melihat tingkah adiknya.

"Ah, ani." Jawab Taehyung, jelas bahwa anak itu sedang berbohong. "Hyung! Apakah Hyung yang membersihkan semua ini?" - Bukankah itu pertanyaan yang bodoh? Sejak kemarin mereka hanya tinggal berdua, sedangkan orang tua mereka dalam perjalanan dinas ke Hongkong. Jadi tentu saja jawabannya, Seokjinlah yang membersihkan rumah pagi ini. Lalu Taehyung hanya terdiam saat melihat ekspresi kakaknya yang menganggukkan kepala.

"Sepertinya otakmu belum bekerja dengan baik, pergilah mencuci muka dulu!" Suruh sang Kakak. Dan tanpa banyak bicara Taehyungpun mematuhinya.

"Apa Hyung yang menemukannya? Atau bahkan Hyung juga yang membuangnya? Ah tidak! Jika itu Hyung, dia pasti langsung memarahiku saat menemukannya. Lalu kemana perginya benda itu?" Gumam Taehyung saat memasuki kamar mandi, ia pun mengacak - acak rambutnya dengan kesal sebagai tanda frustasi.

.

.

Selepas membersihkan dirinya, kini Taehyung sudah duduk manis di kursi yang berada di ruang makan. Sambil menunggu hidangan yang masih dalam proses, dia mencoba mengedarkan lagi pandangannya mencoba menemukan sesuatu yang akan mempersulit dirinya jikalau Hyung-nya yang menemukan terlebih dahulu.

"Huh?" Ia pun terperanjat saat melihat 'sesuatu' itu. 'eotteokke?' Pikirnya, kini Taehyung hanya bisa menelan ludah serta bercucuran keringat dingin. Ia mencoba memikirkan cara untuk bisa mengambil benda itu dari Kakaknya. Dan seketika itu juga dia tertarik pada deretan pisau dapur koleksi ibu mereka.

'Bagaimana bisa benda itu ada pada Hyung? Pasti tak sengaja terbawa, buktinya jika Hyung sadar akan sesuatu di kepalanya itu dia tak akan setenang ini. Huh? Jangan - jangan Hyung juga belum pergi ke kamar mandi hingga tak melihat benda itu?!' Gumam Taehyung seraya melangkahkan kaki mendekati dapur.

"Sekarang apa lagi yang kau cari?" Tanya Seokjin yang kesal lantaran adiknya kini berada di dapur bersamanya.

"I kkeo." Ujar Taehyung lalu berbalik badan menghadap ke arah Seokjin.

"Omo!" Sontak Seokjin terkejut begitu melihat adiknya sedang membawa pisau super besar di tangan kirinya. "Hya! Apa yang akan kau lakukan dengan pisau daging itu Taehyung-a!" Bentak Seokjin.

"Ah Jeosonghabnida." Ujar Taehyung lalu menaruh kembali benda mengerikan itu karena ia pikir terlampau besar untuk digunakan. Namun kini namja usil itu beralih pada pisau yang jauh lebih kecil. "Ini? Ani! Kalau yang ini? Ani! Ini juga bukan!" Gumam anak tersebut sambil memilih benda tajam di hadapannya.

"Sebenarnya kau ini sedang apa?" Ungkap Seokjin bergidik ngeri ketika Taehyung mendekat kearahnya dengan beberapa pisau di kedua tangannya.

"Hyung, diantara semua ini mana yang paling tajam?" Tanya Taehyung dengan tatapan aneh.

"Nado Molla!" Sahut Seokjin sekenanya.

"Kalau begitu, dimana Hyung menyimpan gunting?" Lanjut Taehyung masih sama antusias dengan benda - benda tajam lainnya.

"Disana! Dilaci nomor dua." Seru Seokjin sembari menunjuk almari di belakangnya. "Aissh jinca! Hanya mencari gunting saja harus seheboh ini." Namja itu kini meretuki sikap aneh si adik. "Apa sudah ketemu?" imbuhnya kepada Taehyung.

"Hehehe." Bukannya jawaban yang diberikan untuk sang kakak, pemuda itu justru menyeringai dan terkekeh aneh.

"Waeyeo?" Kini perasaan takut melanda hati Seokjin, saat Taehyung semakin mendekatkan diri disertai gunting pada tangan kanannya.

"Jamkkanman Hyung!" Gertak Taehyung yang membuat Seokjin berhenti melangkah mundur serta mematung lantaran kaget. Kemudian dengan cepat namja berusia 22 Tahun itu melakukan tujuan awalnya.

Kkkkrrraaaakkk

"Hya! Apa yang kau..." Seokjin terdiam sejenak saat Taehyung menunjukkan sebuah permen karet yang berselimutkan rambutnya.

"Wah, bagaimana bisa benda ini berada di rambutmu Hyung?" Gumam Taehyung berlagak tak bersalah.

"Kau benar, bagaimana bisa permen karet itu menempel di kepalaku?" Gerutu Seokjin "Seolma?" Mata pemuda itu terbelalak seketika. "Hya! Kim Taehyung! Kau yang meletakkan permen karet ini di sofa bukan?" Bentak Seokjin namun terlambat, karena sang adik sudah lebih dulu kabur keluar rumah.

"Mianhae Hyung! Jinca mianhae! Saranghaeyo!" Teriak Taehyung dari halaman rumah mereka.

"Aish Jinca! Ah eotteokke? Rambutku?" Dengus Seokjin sangat kesal saat melihat pantulan dirinya pada cermin di kamar mandi. Kini potongan rambutnya tak lagi rapi seperti beberapa jam yang lalu atau sering disebut juga dengan 'pitak' (Potongan rambut yang tidak beraturan).

"Kim Taehyuuuuuuuungggg!" Akhirnya teriakan penuh emosi itupun melengking juga, menggambarkan kekacauan yang terjadi di pagi yang indah ini.

-FIN-

[FF Freelance] Hair CutWhere stories live. Discover now