Risa
Aku pingsan untuk kedua kalinya dari beberapa minggu lalu saat Rosuli masih tertidur. Rasanya aneh, kepalaku sering pusing dan entah sejak kapan pula aku mabuk jika naik mobil. Sejak Rosuli bangun dan berumur tujuh belas kurasakan stressku berkurang, tapi gejalanya masih dan sepertinya makin parah. Kali ini aku sendirian di rumah sakit, MiniMax sibuk mempersiapkan keperluan untuk kembali ke Amerika dua minggu lagi. Dokter yang memeriksaku sama dengan yang dulu, jadi kami seolah saling kenal. Darinya juga kudengar sebuah pernyataan luar biasa seumur hidup.
"Usia kandugannya sudah memasuki minggu kesembilan, Ibu Risa mohon tidak terlalu banyak beraktivitas yang berat. Perbanyak istirahat, tekanan darahnya rendah ini. Banyak makan sayur dan buah ya, Bu".
Ya kan? Kalo bukan luar biasa trus mesti aku sebut apa ucapan barusan? Dokter muda ini bilang aku hamil sembilan minggu, itu artinya tiga bulan. Gila! Dia pasti ngawur, mana mungkin aku hamil. Pertemuanku dengan Rosuli saja baru dua bulan lewat, nggak mungkin kan aku hamil tiga bulan? Mungkin karena terlalu syok aku cuma diam dan tidak bereaksi banyak. Tapi, tunggu. Kalau aku dua kali dirawat dokter yang sama, harusnya dia sudah tahu aku hamil waktu pertama pingsan. Nyatanya dia hanya bilang kalo tekanan darahku rendah dan kecapekan.
Ada yang aneh dan mengganjal dengan pernyataan tadi. Si dokter juga seolah tahu aku hamil sebelum hari ini, tapi kenapa justru aku yang tidak tahu? Sampai di rumah kucari hasil pemeriksaan dulu, kutanyakan pada MiniMax barangkali mereka tahu. Sekilas mereka seperti bertukar pandang sebelum memberitahuku, dan yang tertulis disana memang ada janin berusia enam minggu dalam rahimku. Tidak mungkin. Kalau bukan Rosuli, anak siapa ini?
"Mom, maaf kita nggak kasih tahu waktu itu. Kami pikir Mom capek karena Dad lama tidur tanpa sebab, jadi kami ulur dulu dan akhirnya kelupaan deh", Minnie merangkulkan dua lengannya di leherku sebagai permintaan maaf. Nah, bukannya udah keterlaluan namanya kalo orang lain tahu aku hamil tapi malah aku yang tidak tahu?
"Tapi, Minnie, ini mustahil. Harusnya Mom nggak hamil".
"Kan Mom sama Dad pernah...".
"Indeed, ya, kami pernah tidur. Tapi itu baru dua bulan lewat, bukan tiga bulan".
"Jangan-jangan, Mom lupa abis tidur sama siapa aja?"
Astaga! Kenapa dia punya pikiran begitu? Apa baginya aku ini wanita murahan? Asal dia tahu saja, sudah setahun aku tidak pernah lagi berkencan dengan pria manapun. Jadi kemungkinanku hamil dengan pria lain juga sudah pasti nol persen. Lain cerita kalo tiga bulan lalu aku bertemu Rosuli, nyatanya itu terjadi sekitar tujuh minggu lalu. Bukan sembilan seperti kata dokter.
"Eh, Mom. Emang Mom tahu cara menghitung usia kehamilan?".
Hah? Kenapa dia tanya aku yang seorang desainer interior ini, bukannya dokter?
"Minnie pernah baca artikel, kalo cara menghitung usia kehamilan itu bukan dari waktu terakhir berhubungan, tapi dari waktu hari pertama haid terakhir. Mom tahu nggak?"
Hari pertama haid terakhirku? Sebentar, biar kulihat kalender dulu. Aku bertemu Rosuli sekitar tujuh minggu lalu. Jika usia kehamilanku dihitung seperti kata Minnie, berarti... Benar juga. Pas sembilan minggu, tepat apa kata dokter. Pantas dulu aku pernah ditanya kapan hari pertamaku haid terakhir, kupikir dia lancang sekali tanya hal pribadi. Begitu ya? Sedikit lega, tapi perasaan yang berikutnya menyergapku adalah bingung dan menyesal.
Aku harus bilang apa ke Rosuli? Kami bukan lagi suami istri sejak sepuluh tahun silam, hubungan pun tak ada. Korelasi antara aku dan Rosuli terbilang nol. Kami tidak sedang berkencan atau pacaran, rasanya aku serba salah. Aku takut, entah sebab apa. Kuakui aku tidak bahagia sama sekali, sejak dokter menyatakan aku hamil. Stressku pasti makin parah saat ini. Rasa bersalah, bingung, takut seolah siap memelukku erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMMORTAL LOVE SONG
RomanceSemua berawal dariku. Aku yang meminta cerai darinya, dia mengiakan, kami resmi bercerai, kami pisah rumah, dan aku menggila dua minggu terakhir. Siklus yang abnormal, mestinya aku bahagia setelah bercerai, kan? Aku yang ingin berpisah darinya, tapi...