Part 8 *Dinner*

2.8K 374 36
                                    

#Choi Da Eun POV#

"Kau berhutang nyawa padaku, Choi Da Eun" dia seolah-olah berkata bahwa aku akan mati begitu saja jika dia tidak menolongku di waktu yang tepat.

Kali ini aku mendorong tanganku lebih kuat dari sebelumnya. Berdiri dan segera berlari ke arah jatuhnya high heels yang super duper sangat amat mahal ini. Dua di antara permata penghiasnya terlepas dari tempatnya sehingga membuatku frustasi.

"Eotteohge~~??" tuturku putus asa.

Aku dapat merasakan ketua berjalan mendekatiku sambil menahan rasa sakit. Dia tidak menjerit, maksudku, itu bukan sesuatu yang harus di lakukan oleh seorang pria.

"Gwenchana?" dia bertanya.

"Heels nya.. Apa yang harus ku lakukan?"

"Kau!" dia agak keras memanggilku dengan kau dalam tanda petik.

"Kau mengkhawatirkan heels itu sekarang?" dia melanjutkan.

"Bagaimana tidak? Ini bahkan lebih mahal daripada aku sendiri! Aku akan di pecat!" aku menjawabnya.

Dia menyambar tanganku dengan keras sehingga membuatku menjerit pelan. Wajahnya terlihat marah walaupun aku tidak tahu apa penyebabnya.

"Kau bodoh? Apa kau mati rasa?" dia bertanya sehingga membuatku mengernyitkan alis.

Kami baru saja mengenal satu sama lain untuk beberapa hari ini. Dan apa yang dia lakukan? Memarahiku seperti dia sudah mengenalku bertahun-tahun? Aku tidak menjawabnya dan sebagai ganti aku melepaskan tangannya. Kembali berjongkok untuk melihat keadaan heels tersebut. Dia kembali menyambar tanganku, kali ini lebih keras.

"Sakit!!" aku memarahinya.

"Sakit? Tentu saja sakit" tuturnya.

"Kau terluka"

#Jeon Jungkook POV#

Dia menatapku penuh arti setelah dia sadar bahwa tangannya terluka. Salah satu karyawan depan meneriaki nama gadis di depanku serta berjalan masuk sambil mengumpat. Setelah melihatku bersama Da Eun, dia segera membungkuk 90 derajat dan kembali berjalan keluar.

"Ttarawa"

Aku membawanya ke ruanganku.

"Ruangan sajangnim lagi?" dia membuka mulut.

Aku mengoleskan beberapa obat oles di permukaan lengannya yang lebam sambil berfikir apa yang harus ku jawab.

"Aku mengenal sajangnim lebih baik dari siapapun" aku menjawabnya sembari menidurkan papan nama yang bertuliskan 전정국 (Jeon Jungkook) di atas mejaku.

"Jeongmalyo?"

Aku mengangguk, meyakinkannya.

"Kau boleh memakai banmal kalau kau mau. Lagian, kita hanya beda dua tahun" aku membuka topik lain.

Dia menggelengkan kepala.

"Apa yang akan di pikirkan oleh karyawan lain jika begitu?" dia bertanya.

"Bilang saja kau punya hubungan istimewa denganku"

"NE??" ujarnya.

"Memangnya tidak?" aku menjadi-jadi.

"Memangnya iya?"

"Kita memang punya hubungan istimewa" aku menjawabnya.

"Seperti?"

"Uhm.. Oh, kau adalah yeoja pertama yang pernah menjadi GPS ku. Lalu, kau adalah yeoja pertama yang pernah menghabiskan hampir 24 jam di dalam apartemenku. Terus, kau juga sudah berhutang nyawa padaku. Mwo, itu tidak cukup istimewa?"

Dia terdiam.

"Mungkin sedikit" tuturnya.

"Mwo? Sedikit? Apa aku.." aku melanjutkan kata-kataku sambil mendekatkan wajahku padanya.

"harus melakukan ini untuk membuat kita benar-benar memiliki hubungan istimewa?"

Dia menyampingkan wajahnya, agak salah tingkah.

#Choi Da Eun POV#

Dia masih belum menjauhkan wajahnya dariku walaupun aku sudah membuang wajahku ke samping. Dia tersenyum dan barisan gigi-gigi putihnya dapat ku lihat secara tidak langsung. Aku segera meraba dadaku yang tiba-tiba berdetak aneh. Kalian mengerti kan? Perasaan aneh tapi menyenangkan ini sedang melandaku. Sekarang!! Aku benar-benar sangat menyukai raut senyumannya.

"Eoh? Apa yang terjadi dengan tanganmu?" dia bertanya dan mulai mempelajari lenganku.

"Apa maksudmu? Itu kan bekas luka tadi" aku menjawab.

"Bukan. Tapi ini"

Aku menarik tanganku menjauh dari tatapan dan pegangan ketua. Dia telah melihat bekas lukaku yang di sebabkan oleh sinar matahari pagi ini.

"Ketua, kau tidak terluka kan?" aku bertanya sebagai gantinya.

"Tidak terluka? Apa maksudmu menanyaiku seperti itu? Kau tidak bisa membayangkan seorang namja yang menolong yeoja dari ketinggian 8 meter? Aku mempertaruhkan nyawaku!" dia membuka mulut seperti memarahiku. Tangannya tiba-tiba memijit-mijit bagian leher dan punggungnya. Seperti memberi sinyal padaku untuk membantunya.

"Kau terlalu kekanak-kanakan" aku membuka mulut.

"Lagian, aku tidak menyuruhmu untuk menolongku" aku melanjutkan.

Dia berhenti menatapku drngan memfokuskan kedua matanya di jam dinding digital atas pintu. Kurasa dia agak kecewa mendengar kata-kataku.

"Gomawo" aku mengucapkannya sambil melihat matanya yang akhirnya melihatku.

"Aku memberimu hari libur untuk hari ini. Pulanglah ke rumah dan beristirahat"

#Kim Tae Hyung POV#

"Ne" aku merespon ketika seseorang mengetuk pintuku.

Aku tahu dia berjalan mendekatiku, tapi aku belum sempat melihatnya karena tugasku yang hampir selesai.

"Gamdongnim" dia membuka pembicaraan.

Penku terhenti. Aku mendongak dan melepas kacamata. Aku mengenal suara gadis ini.

"Maaf sebelumnya karena tidak mengenalmu" lanjutnya.

"Ehm.. Daripada makan siang, kenapa tidak makan malam saja? Lagian, aku memiliki sesuatu untuk dibicarakan denganmu" lagi-lagi aku mendengarnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Bagaimana kalau sekarang?" aku bertanya.

"Ne?" kedengarannya dia terkejut.

Aku menggabungkan semua jariku di atas meja dan mengangkat alis kananku ke atas.

"Makan malam"

"Denganku"

"Sekarang"

A.N

Sebelum itu, author ingin ucapkan maaf dulu nih kepada reader yeorobun karena update fanfic ini lama banget. Bukan hanya kehabisan ide, tapi author juga kehabisan waktu. Author is being busy these days. Hehe

Geundae, author bakalan update terus kok. Author ga bakal stop di tengah-tengah untuk ngecewain loyal reader fanfic ini.

Amdeun, untuk yang membaca part ini, gomawo yah. Jangan lupa di vomment ^^

Baca juga fanfic baru author dengan judul Geojitmal - Lies. Jangan lupa vomment yah ^^

Muah muah *tebarkan ciuman*

Vampire Disease (Jungkook BTS FanFiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang