Bab IV: Kutukan Itu

10 0 0
                                    

Selubung mendung menyelimuti langit, sinar bulan sabit tak begitu kentara. Mata tajam Nippy mencekam , wajahnya pucat pasi, bibirnya biru membeku, Dia seperti mayat hidup. Dia harus melewati malam yang menyiksa, ini bukan takdir yang diinginkannya, ini hanya sebuah kutukan yang harus diterima atas kesalahan yang tidak dia lakukan.

Takdir itu memaksanya menjadi seorang pembunuh. Bukan darah yang dia cari namun ada bagian lain yang diinginkannya dari manusia. Di sisi lain dia sesungguhnya adalah manusia dan ini selalu membuatnya menderita atas segala yang dia jalani. Baginya mati lebih baik namun dia tak tau bagaimana caranya untuk mati. Kutukan itu selalu datang ketika selubung mendung menyelimuti langit dan hujan menyentuh bumi. Dia tak pernah dapat mengendalikan iblis dalam jiwanya.

Malam itu Nippy berlari melintasi hutan belantara. Mencari sebuah bukit dimana di situ ada sebuah gua yang menjadi tempat persemayaman para makhluk sepertinya namun makhluk yang sesungguhnya bukan kutukan.

Dalam keremangan malam, dengan cahaya bulan sabit yang tersamar awan hitam Nippy masih bisa melihat dengan jelas dan menemukan bukit itu. Dia memasuki bukit itu dengan penuh amarah.
"Hey teman mudaku, ada apa kau datang ke sini?" kepala suku menyambut kedatangannya
"Lepaskan kutukanku dan jika kau tak bisa melakukannya maka bunuhlah aku, aku sudah lelah"
"Maafkan aku sobat, aku tentu tak bisa melepaskan kutukanmu karena bukan aku yang mengutukmu. Aku juga tak bisa membunuhmu. Suatu saat kematian sendiri yang akan menjemputmu jika...."
"Jika apa?"
"Entahlah aku kurang yakin"
"Katakan saja"
"Kau hanya bisa di bunuh oleh seseorang yang memiliki hubungan darah denganmu"
"Kau tau aku tak pernah tau keluargaku"
"Kau sendiri yang harus mencarinya, temukalah"
"Yeah, jika itu yang harus kulakukan" Nippy diam sesaat
"Aku pergi sekarang" Sambungnya dengan nada dingin

Nippy membalikan badan dan melangkah menuju pintu gua itu, beberapa detik dia menoleh sebentar, tampak para pengawal yang lebih mengerikan dari dirinya. Kaku membeku, seolah tempat itu sarang mayat hidup dengan jubah hitam.

Dunia Tanpa SenyumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang