Sometime

676 67 0
                                    

Satu tahun kemudian...

Nadya sedang berdiri di depan sebuah etalase toko kue. Dia sedang memilih beberapa kue yang ada di etalase tersebut.

"Mbak, saya mau yang itu ya." Kata Nadya sambil menunjuk sebuah kue bertopping coklat dan krim strawberry.

Saat sedang menunggu kuenya, Nadya mengedarkan pandangannya keseliling toko kue ini.

Ternyata masih sama, pikir Nadya.

Toko ini adalah toko favoritnya bersama dengan Satria. Ya, Satria. Mantan calon suaminya.

Mungkin, sebagian wanita akan menghindari datang ke tempat-tempat yang akan mengingatkannya pada mantan. Tapi tidak bagi Nadya. Nadya bukanlah orang yang sentimentil. Harus diakui, pernikahan yang batal memang menyakitkan dan Nadya pun hanya manusia biasa yang pasti merasakan sakit hati. Namun Nadya tidak ingin terpuruk terlalu dalam. Pernikahannya memang gagal tapi hidupnya belum berakhir kan?

Nadya hendak melangkah, namun langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang sangat familiar baginya.

"Dani?" Kata Nadya memastikan kalau dia tidak salah orang.

Dani yang mendengar seseorang memanggilnya, langsung terkejut saat mengetahui bahwa orang itu adalah Nadya.

"Oh, hei Nad. Long time no see ya?"

Nadya tersenyum mendengar kata-kata Dani. Tapi jujur, bukan karena itu Nadya tersenyum. Nadya merasa kalau pertemuannya dengan Dani adalah kesempatan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Satria. Karena Dani merupakan satu-satunya jalan bagi Nadya setelah seluruh keluarga Satria seolah menyembunyikan Satria.

"Hmmm, iya ya kira-kira udah setahun kita gak bertemu Dan."

"Jadi, kamu apa kabar Nad?" Tanya Dani.

"Baik, kamu sendiri?"

Nadya ingin sekali menunjukkan kepada satu-satunya sahabat terdekat Satria kalau dirinya baik-baik saja. Karena, siapa tahu Dania akan bercerita tentang dirinya pada Satria.

"Aku juga baik, sibuk sih." Jawab Dani sambil tertawa.

"Oh ya, ada waktu gak? Mungkin kita bisa ngobrol sambil ngopi?"

"Waduh, sorry banget Nad. Aku gak bisa kataknya. Soalnya lagi ngumpul sama teman-teman."

"Oh, gitu ya? Yaudah, lain kali mungkin?"

"Ya, maybe next time."

Setelah itu tak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Nadya kembali melangkahkan kakinya menuju pintu keluar toko ini. Dan Dani, kembali duduk bersama rekan-rekannya di sebuah meja dekat jendela.


***



Nadya menatap cincin bertahtakan berlian dengan model yang sangat sederhana di jari manisnya. Ini adalah cincin yang diberikan oleh Satria saat dia melamar Nadya.

Sebuah senyum terlukis saat Nadya mengingat cara melamar Satria yang bisa dibilang konyol. Namun, senyum tersebut digantikan oleh butiran-butiran bening yang mulai menetes di kedua pipinya.

Ah, aku menangis lagi. Gumam Nadya.

Sebuah ketukan membuat Nadya harus segera menghapus air matanya. Karena siapapun yang datang ke kamarnya, pasti tidak suka saat melihat Nadya menangis lagi.

"Masuk aja," kata Nadya.

Dan, munculah Sabrina.

"Teh, Teteh gak makan malam? Tadi Ibu sama Bapak nanyain Teteh. Mereka khawatir kalau—"

Sebelum Sabrina dapat melanjutkan perkataannya. Nadya buru-buru memotongnya.

"Kalau Teteh melamun lagi? Haduh, kalian tenang aja. Teteh gak kenapa-napa kok."

"Teteh bohong kan?" Kata Sabrina sambil menyentuk pipi Nadya yang masih basah karena air mata.

"Teteh pasti habis nangis, nih buktinya."

Nadya tak menanggapi perkataan Sabrina, karena apa yang Sabrina bilang memang benar. Dia habis menangis. Menangisi Satria, lagi.

"Gak mudah untuk melupakan semuanya dalam waktu satu tahun Sa. Kami, aku dan Satria memiliki begitu banyak kenangan dan mimpi-mimpi. Satria selalu bilang, apapun yang terjadi nanti, aku harus tetap percaya kalau dia sangat mencintai aku. Dan—"

"Dan Teteh percaya?"

Nadya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Tapi kenapa?"

"Aku gak tahu Sa. Entah kenapa hati aku selalu percaya sama kata-kata Satria. Aku tahu dia telah menjadi seorang pengecut. Membatalkan pernikahan kami secara sepihak. Tapi aku yakin, Satria punya maksud lain. Akhirnya Satria pasti selalu ingin aku bahagia."

"Tapi akhirnya Teteh gak bahagia kan?"

"Bukan tidak Sa, tapi belum. Dan aku yakin, semua ini belum berakhir. Masih ada sesuatu yang harus aku selesaikan dengan Satria."

————————————————





Somewhere, Sometime, Someday (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang