Chapter 5

2.9K 315 25
                                    

"Mengapa kalian berdua memanggil kami kemari?"

Aku menoleh ke arah Niall yang terlihat sekali wajahnya yang malas. Aku dan Harry memang menelepon Niall, Liam, dan Louis. Aku dan Harry baru saja mengalami hal yang cukup aneh. Sesaat setelah Harry kejatuhan permainan itu, kami mendengar beberapa piring berjatuhan. Begitu kami cek, dapurku sudah berantakan. Aku ketakutan dan kemudian Harry menelepon semua temannya termasuk memanggil Gigi dan Zayn.

"Baiklah. Aku tidak mengerti apa yang terjadi dengan apartement ini. Apa kau bisa menjelaskan sesuatu, Gi?" tanya Harry pada Gigi.

Gigi menggidikan bahunya tidak tahu. "Aku juga tidak tahu. Aku baru 6 hari disini. Mungkin Zayn tahu."

"Tidak. Aku juga tidak tahu."

Aku menghembuskan nafas pasrah. Jadi, aku harus membersihkan semua ini? Sungguh malangnya nasibku.

"Ada yang ingin mencoba permainanku?" Aku berbisik sambil menunduk dan melirik ke arah kanan dan kiri berharap semua orang akan tertarik dengan permainan baru yang kubeli. Meskipun cara bermainnya tidak aku tahu tetapi aku mencoba membuatnya dengan caraku sendiri.

"Siapa yang tahu apa yang ada di otakmu sekarang juga? Kau memiliki segudang ide brilian dan menarik untuk dijadikan sebuah permainan. Aku ikut. Ayo dimulai!" Teriak Louis penuh antusias di tengah keheningan dan kecanggungan di antara kami.

Aku mendongak dan melihat Louis terlihat kebingungan. Aku pun mengeluarkan permainan yang baru kubeli ini. Ini memang sudah sore dan menjelang malam, tetapi semangat bermain tetaplah tidak hilang.

"Apa? Permainan ini lagi? Karena permainan ini, dapurmu hancur seperti kapal Titanic yang tenggelam. Aku tidak ikut. Aku juga tidak suka bermain."

Liam mendengus. "Ayolah, Harr. Aku mulai penasaran dengan permainan yang satu ini. Sepertinya tidak membosankan. Bagaimana cara bermainnya?" tanya Liam antusias ingin mengetahuinya. Tapi aku tidak yakin. "Ayolah. Tidak perlu memikirkan Harry. Dia hanya pembohong besar. Buktinya, dia senang bermain Truth Or Dare dan Black Jack. Apa namanya itu jika bukan permainan?"

"Baiklah. Akan aku jelas—"

"Aku tidak ikut."

"Kan...." Bisiku karena ucapanku yang belum selesai sudah di potong oleh Harry.

Niall pun kini mulai bersuara karena melihat ketegangan diantara kami. "Aku lapar. Tidak adakah makanan?"

Aku menggeleng dan dia mendengus. "Jadi, apa kalian masih minat untuk memainkan permainan ini?" Semua mengangguk kecuali Harry yang membuang muka. "Baiklah, jadi kalian hanya akan mengocok dadu ini lalu keluarlah angka. Kalian semua tahu bahwa aku senang dengan permainan kocok karena matematika yang mengajarkanku tentang peluang. Kembali ke topik, jika sudah di kocok maka kalian harus jalankan ini sesuai dengan angka yang keluar. Seperti monopoli saja. Hanya bedanya, papan ini ada lingkaran tengah. Masing-masing dari kita harus membuat kocokan tersebut tepat untuk sampai ke lingkaran. Jika lebih, maka dia harus mundur sesuai dengan sisa hitungan. Setiap kotak akan mengambil kartu. Mengerti?"

"Sedikit membingungkan tetapi aku ingin coba terlebih dahulu." Louis kemudian mengambil dadu dan memasukan kedalam ember. "Dimulai darimana?"

"Di sebelah sini." Aku menunjuk tempat bertuliskan start. "Ingin memulainya?"

Louis langsung mengocok dan munculah angka 5. Dia menjalankan ke kanan. Kita harus berputar untuk satu lingkaran terlebih dahulu barulah setelah itu kita boleh masuk dan berjalan ke papan yang berjumlah lima menuju lingkaran tengah.

Munculah kartu dan Louis mengambilnya kemudian membacanya. "Janganlah melihat kebelakang? Apa maksudnya ini?"

Aku menggeleng dan menggidikan bahu. "Louis, apa yang kau lakukan?"

"Menoleh ke belakang." Louis pun menoleh kebelakang kemudian dia melihatku lagi dan terkekeh geli. "Tidak ada apa-apa. Baiklah, siapa selanjutnya?"

Liam merebut ember dan memasukan dadunya. "Giliranku. Lihat, apa yang kita dapat?"

Munculah kartu dan Liam membelalakan matanya

SHORT UPDATE

The GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang