1. Overture

2.1K 64 17
                                    

Pada sebuah green roof  gedung sekolah yang dikelilingi pemandangan kota, siswa berseragam lusuh berdiri menatap ke kejauhan dengan pandangan kosong. Lamunannya tampak begitu dalam hingga ia tidak menyadari seorang pemuda yang mengenakan kaos bertangan panjang yang jauh lebih  lusuh menghampiri lalu duduk tidak jauh darinya. Pakaian dan wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ia seorang siswa maupun guru bahkan seorang pesuruh pun tidak berpenampilan seenaknya seperti itu.

“Hei...boleh aku minta bantuanmu?”

Siswa berseragam lusuh terbangun dari lamunannya dan dengan menatap penuh keterkejutan, cukup lama sang siswa tersebut terdiam dalam keterkejutannya sebelum akhirnya ia mencoba untuk mengeluarkan sebuah kata.

 “eh?”

 Pria misterius tersebut tersenyum. Ia berdiri dan membersihkan bagian celananya yang kotor dengan cara menepuknya lalu kembali menatap siswa didepannya dengan penuh senyum. Ia menunjuk pada sebuah gedung.

 “Lihat disana itu.., bangunan pemerintah daerah disana. Tempat para pejabat mencoba memperbaiki kehidupan masyarakat agar lebih baik...apa yang sebaiknya dewa lakukan pada bangunan tersebut?”

“Siapa kau...?! Bagaimana kau bisa berada disini dan berbicara padaku?” Ucap siswa tersebut penuh curiga dan mulai menatap si pemuda dengan tatapan tajam

Si pemuda  diam tak bergeming. Tatapannya menjadi serius namun dengan mimik mengharapkan sesuatu dari sang siswa.

“Menurutmu apa yang sebaiknya dewa lakukan?”

Ucapan tersebut menimbulkan tekanan yang kuat dan membuat siswa tersebut panik untuk sesaat. Siswa tersebut menarik napas panjang dan menghembuskannya dari mulut dalam sekali tiupan.

“Ledakkan ribuan berlian dari dalam bumi pada bangunan tersebut. Mereka selalu menginginkan harta, berikanlah mereka harta tersebut....sekarang jawab pertanyaanku dulu!”

“Aah...ide yang aneh tapi menarik...permintaanmu menyulitkan juga ya...tapi dewa pasti dapat melakukannya..ia dapat melakukan apapun yang ia mau...”

Pemuda tersebut mendekati siswa didepannya dan berdiri disampingnya.

“Ahaha, senang rasanya melihat ekspresi wajahmu yang penasaran ini saat melihatku. Biasanya orang-orang menunjukkan wajah takutnya saat melihatku, aku bosan melihatnya. Kau pasti sangat ingin tahu siapa aku bukan, Arka..?”

Siswa tersebut tidak bergeming, tetap menatap sang pemuda dengan penuh ketidak percayaan.

“Siapa kau sebenarnya? Darimana kau tahu namaku?”

“Aku...dewa”

Nafas Arka terhenti, bukan hanya karena perkataan sang pemuda tersebut tetapi juga karena ia melihat sebuah berlian berbentuk kristal raksasa tiba-tiba muncul dari dalam bumi, menghancurkan bangunan pemerintah yang dibicarakan sebelumnya. Ia tak dapat menyembunyikan keterkejutannya, matanya membesar, mulutnya terbuka lebar, kakinya bergetar. Namun kemudian ia teringat akan keberadaan pemuda lusuh yang selalu mengajukan pertanyaan aneh padanya. Arka menolehkan wajahnya kearah pemuda tadi tapi ia sudah tidak ada, sebuah suara memanggilnya dari arah berlawanan dan Arka melihat sebuah senyum lebar yang sinis diwajah sang pemuda tersebut.

“Aku masih disini Arka, tidak perlu terkejut seperti itu, yang kulakukan hanya memunculkan sebuah berlian. Kau sendiri melakukan hal yang jauh lebih hebat bukan? Kau menghentikan waktu...”

Perkataan pemuda yang mengaku sebagai dewa tersebut memang benar. Waktu memang berhenti saat itu, dunia dan alam semesta tidak bergerak sedikitpun dan semuanya terjadi akibat tindakan Arka.

Bersamaan dengan berhentinya kalimat terakhir,  sebuah kristal timbul tidak jauh dari lokasi Arka. Pada bagian ujungnya seorang perempuan terhunus tak bernyawa dan sang pemuda mengeluarkan senyum menyeringainya.

Arka menjauhi pemuda misterius di depannya dan dengan panik ia segera berlari menjauh.  Namun, Arka terjatuh karena menabrak seorang pria yang duduk tidak jauh dari tempat Arka berdiri sebelumnya.

  “Hati-hati Arka. Itu temanmu bukan? Waktu memang berhenti, namun kau tetap dapat melukainya. Seperti wanita itu.” Sang pemuda menunjuk ke arah kristal berlumuran darah dengan seorang perempuan yang terhunus dibagian ujungnya.

“Apa yang kau lakukan?! Apa yang sebenarnya sedang terjadi?!”

“Pertanyaanku mengenai apa yang sebaiknya dewa lakukan tadi...sebenarnya bukan hanya untuk bangunan itu saja tetapi untuk semua manusia di dunia...”

“Apa maksudmu?”

“Jawabanmu ku aplikasikan pada semua manusia...artinya, saat ini juga, semua manusia di dunia telah mati terhunus berlian.”

Bersamaan dengan itu, miliaran berlian berbentuk seperti pedang muncul dari dalam bumi dan menghunus semua manusia, termasuk lelaki yang ditabrak oleh Arka sebelumnya. Hanya Arka dan pemuda misterius di depannya yang selamat.

“Whoaa! Kau lihat itu Arka?! Sungguh pemandangan yang indah!”

Arka terdiam. Jiwanya terguncang menyaksikkan pembantaian yang terjadi. Wajahnya menunjukkan perasaan takut yang luar biasa akan kekuatan mengerikan yang dimiliki oleh pemuda di depannya. Sedangkan sang pemuda masih menikmati pemandangan pembantaian manusia yang baru saja dilakukannya.

.....................................

Satu hari telah terlewati. Arka masih tidur terdiam memeluk tubuhnya sendiri. Jiwanya masih terguncang akan kejadian yang terjadi kemarin. Pemuda misterius sebelumnya duduk tidak jauh dari Arka, perlahan ia berjalan mendekati Arka. Ia berdiri terdiam memandangi Arka dari dekat dan tiba-tiba menjambak rambut Arka dan menyeretnya ke ujung bangunan.

“Lihat itu Arka. Miliaran manusia sombong yang selama ini menciptakan kekacauan, kini hanya tubuh tak bernyawa. Tugasmu adalah menciptakan dunia baru yang dihuni manusia yang lebih baik dari mayat yang kau saksikan sekarang."

“aku tidak mengerti....” ucap Arka dengan suara serak.

“Akan kutunjukkan hal menarik lainnya padamu.”

Lantai bangunan tempat mereka berpijak tercerabut dan mulai melayang.

“Oh ya, namaku Gagana Gagrayan..” ucap pemuda misterius penuh senyum terhadap Arka

Keduanya terus terbang ke langit hingga melewati gumpalan awan hingga melampaui atmosfer bumi. Tidak ada yang berubah dengan keadaan mereka berdua. Bernapas dan berpijak pada lantai bangunan yang melayang. Arka terkejut dengan keadaan tersebut namun tidak dapat mengekspresikannya karena keadaannya yang masih dalam keadaan trauma.

“Terkejut kau tetap dapat bernafas meski kita sudah di luar atmosfer bumi? Ada hal yang akan membuatmu lebih terkejut lagi Arka....”

Gagana membuka telapak tangannya dan seketika muncul asap yang entah dari mana datangnya di atas telapak tangan tersebut. Semakin lama asap yang terhisap dan menggumpal di telapak tangan Gagrayan semakin besar jumlahnya dan kini dapat terlihat bahwa asap tersebut berasal dari lingkungan sekitarnya. Seiring banyaknya asap yang terkumpul di telapak tangan Gagana, pemandangan langit hitam yang dipenuhi benda langit mulai berkurang dan memunculkan bayangan pemandangan baru dan tidak asing.

“Ini adalah dunia penuh kebohongan yang selama ini kau tinggali Arka...”

Mata Arka terbelalak. Pemandangan yang disaksikkannya adalah bumi dilihat dari atas, ia melihat bumi yang bundar hanya saja tidak seperti yang biasa ia saksikkan di berbagai media. Arka menatap bumi yang menyelubunginya, atas, bawah, kanan dan kiri merupakan permukaan bumi.

DEMENTIA : The BeginningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang