"Would you be my girlfriend?"
Bagai di sambar petir di siang bolong, Berkali-kali fafa menepis jika ini nyata. -ini gue mimpi atau apa sih? Baru kenal sehari udah nembak gue aja-
"Hahahahaaa". Tiba-tiba tawa fafa pecah memenuhi seisi ruangan, ia bangkit dari duduknya dan berdiri menuju pintu keluar ruangan ini
"Lu lagi latihan nembak cewek ya? Menurut gua usaha lu cukup gentlemen". Fafa menoleh ke arah bias sebelum menarik knop pintu yang sudah di pegangnya
"Are you seriously? Dan gimana perasaan lu kalo ada cowok yang nembak lu kayak gini?"
Bias sangat membuat fafa semakin salah tingkah dengan ulahnya, pertama dia menemuinya di balkon depan kelasnya, ke dua menarik paksa fafa untuk mengikutinya dan sampailah di ruangan ini, ke tiga fafa di kejutkan dengan bakat suaranya yang begitu menyentuh hati, ke empat bias megucapkan kalimat yang membuatnya mati kutu. Walaupun fafa tidak yakin jika kalimat itu untuknya
Tapi tetap saja setiap orang jika di lontarkan dengan kalimat seperti itu pasti akan merasa shock dan nervous. Angger, mantan kekasih terbaik fafa saja menembaknya hanya lewat via BBM wajar jika fafa kaget."Ya gua senenglah kalo ada yang nembak pake cara beginian, secara kan jarang lho yang gentleman di jaman sekarang"
Bias tersenyum hangat dan tangannya menggenggam kedua tangan fafa yang sudah basah oleh keringat dingin itu.
"Dan ini gua kasih buat lu". Ucap angger tepat di telinga fafa, hembusan nafas hangatnya begitu menggelikan membuat fafa sedikit merinding
"Once more, would you be my girlfriend? Just say yes or no!" Ulang bias lagi menegaskan keseriusannya yang hampir di anggap leluconan oleh fafa
"Ye--yes" Jawab fafa terbata-bata
Entah mengapa kalimat itu keluar dari mulutnya. Seharusnya fafa memastikan dulu apakah bias serius atau tidak, tapi jika di lihat di matanya fafa tidak menemukan kebohongan atau main-main atas kalimat yang di ucapkannyaBibir bias semakin melebarkan senyumannya dan menangkup wajah fafa dengan kedua tangan yang tadi ia gunakan untuk menggenggam tangan fafa
"Thanks, now you're mine". Fafa mendongak melihat wajah bias yang lebih tinggi dari kepalanya lalu mengangguk pelan
Mereka keluar bersama dan bergandengan tangan, bias nampak sangat senang hari ini mendapatkan gadis yang di incarnya, tapi fafa masih ragu atas pilihannya
♡♡
[Line]
Fathwa Abiasakhti
Fafa tersenyum setelah menggeser screenlock ponselnya dan mendapati pesan yang di kirim dari seseorang yang bernama fathwa abisakhti itu, dengan cepat ia berlari kecil menuju kamarnya dan meninggalkan piring-piring yang baru di cucinya
Boleh gak gua nelpon lu lewat video call?
Dengan cepat tangan fafa mengetikkan balasan via line kepada bias.
Sya'bania Fahrein
Boleh -->sending
Tidak lama kemudian bias benar-benar menelpon fafa lewat video call, dua hari ini mereka tidak melakukan tukar kontekan. Mereka hanya saling berpapasan di sekolah, bias selalu menunggu fafa saat jam pulang sekolah, atau fafa menunggu bias selesai dari kelas musiknya.
Ternyata bias lebih senior dari fafa, jadi waktu yang mereka lakukan untuk berkencan mungkin akan sedikit, sampai sekarang saja bias belum pernah mengajak fafa untuk jalan bareng walaupun dalam hatinya, fafa ingin sekali seperti orang lain yang selalu keluar bareng pacarnya di hari libur. Tapi fafa mengerti dengan keadaan bias sekarang, ia tidak boleh egois. Seharusnya ia mensupport kekasih barunya itu, agar lebih giat belajarnya untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai macam ujian yang akan membukakan pintu gerbang kelulusannya.
Fathwa Abiasakhti
Hallo fa, lagi apa lu?Bias bertanya dengan bahasa seperti biasanya, yang jarang digunakan oleh para pasangan muda jarang sekarang. Terlihat dia sedang duduk di atas balkon rumahnya dan menampilkan pemandangan sore hari yang cukup indah.
Sya'bania Fahrein
Gua lagi tiduran aja, ada apa?Tanya balik fafa, seraya menyandarkan tubuhnya di kepala queen size bed bergambar kartun mickey and minnie mouse itu.
Fathwa Abiasakhti
Duh gimana ya ngomongnya? Gua jadi nervous giniSya'bania Fahrein
Ngomong apa? Santai aja kaliDi raihnya bantal berbentuk kepala minnie mouse yang langsung di himpit oleh tubuhnya.
Fathwa Abiasakhti
Kayaknya lu suka sama kartun itu ya?Bias mengalihkan pembicaraan dengan membahas kartun kesukaan fafa. Namun fafa tidak menghiraukannya
Sya'bania Fahrein
Udah deh lu mau ngomong apa? Gak usah nanya yang gak pentingTerdengar helaan nafas panjang dari sana, bias berdehem pelan dan menatap layar ponselnya yang sudah di penuhi oleh wajah fafa yang sedang bersender di ranjangnya.
Fathwa Abiasakhti
Kita kan pacaran, masa masih pake lu-gua an sih? Mau gak kita ganti aja pake aku kamu?Fafa nampak sedang berpikir keras untuk menyetujui permintaan bias, inilah yang membuatnya malas dengan lelaki jaman sekarang. Alayers
Fafa kira bias tidak seperti ini tapi apa? Sama saja. Mungkin lebih baik jika di coba duluSya'bania Fahrein
Up to youFathwa Abiasakhti
Kok terserah aku sih? Kan perlu kesepakatan dari kamu jugaKomentar bias yang sudah dengan ber-aku-kamunya. Fafa semakin ingin muntah mendengar dua kata itu.
Sya'bania Fahrein
Udah sepakat kok, ka-kamu nya aja udah ngeduluinTimpal fafa dengan memelankan saat mengatakan kata 'kamu' pada bias
Fathwa Abiasakhti
Yaudah kalo gitu, udah dulu ya! Bye see you next time my princesUntung saja bias mematikan telepon nya dengan sepihak, kalau tidak pasti dia akan melihat fafa yang bergidik ngeri dan merasa jijik. Padahal fafa mulai nyaman dengan bias jika seperti semula, tapi ia bisa apa jika kekasihnya yang meminta?
Lelaki memang selalu mempunyai karakter yang berbeda dan fafa tidak mungkin menyamakan bias dengan karakter lelaki yang sedang ia lupakan semua kenangan-kenangan manis bersama mantan lamanya yang di jakarta itu, ini akan membuat dirinya semakin susah untuk move on jika menemukan lelaki yang mempunyai sosok seperti angger. Seharusnya fafa bersyukur bias tidak mengingatkan angger dengan karakter yang dia punyaSaat itu juga suara adzan magrib berkumandang memerintahkan umat muslim untuk menunaikan sholat tapi fafa masih enggan untuk merangkak dari ranjangnya. 'selagi gak ada siapa-siapa' hatinya bersorak gembira karena abinya yang belum pulang dari hongkong, sedangkan bunda dan adiknya pergi ke jakarta untuk menjenguk neneknya yang sedang sakit.
Tiba-tiba ponselnya berdering memaksa fafa untuk segera mengambil kembali yang tergeletak di meja belajarnya
Bunda is calling..
"Assalamu'alaikum kak?"
Suara bunda fafa di seberang sana"Wa'alaikum salam"
"Jangan lupa sholat magrib nya ya nak!"
Fafa memutarkan kedua bola matanya seraya mencibir mengulang kata-kata yang bundanya ucapkan dalam hati
"Iya, ini juga mau kok". Jawabnya bohong, terdengar hembusan nafas lega di sana
"Yaudah, bunda matiin ya! Pintu depan jangan dulu di kunci, bentar lagi bunda pulang"
"Iya iya.."
"Wassalamualaikum"
"Wa'alaikum salam"
-maafin fafa bun, karena udah bohong sama bunda.. suatu saat nanti fafa pasti dapet hidayah entah melalui cara seperti apa, itu pasti terjadi. Tunggu aja waktunya-
KAMU SEDANG MEMBACA
Adolescent Syndrome
Teen FictionKisah seorang gadis pindahan dari kota jakarta yang terpaksa harus mengikuti kedua orangtuanya yang di tugaskan bekerja di luar kota jakarta gadis itu harus rela meninggalkan kekasih hatinya yang baru saja belum lama menjalani kisah asmaranya yang h...