002

26 6 1
                                    

Halohaaa.. kembali lagi sama penulis amatiran ini hihi.
Yang di mulmed itu anggap aja Maurin Bunga Putri yaaa.
-
Sebelumnya masih sama aku minta bintang, kritik dan sarannya yaa.
Masih penulis awal.Masih butuh masukan untuk menjadi penulis yang baik.
-
-
-
-
-
-

"Ke Cafe Bintang pukul 10.00 WIB, kakak mau ngomong sama kamu sebentar."
Begitulah pesan singkat yang tertera pada telepon genggam Aylena.

Aylena membuang nafas perlahan,
"Tuhan.. apalagi ini ? " Lena bergumam dalam hati.

Pikiran dan hatinya memang sudah gelisah sejak waktu ia melihat Dennis bertemu Maurin kemarin.

Ia bukannya tidak mau melihat Maurin bahagia. Namun dia juga manusia, punya rasa egois untuk memiliki orang yang dicintainya. Semua manusia pun begitu bukan ?

Dan kali ini Aylena tidak akan mundur begitu saja, kecuali Dennis lah yang meminta nya menjauh.
Dia hanya ingin mempertahankan apa yang patut ia pertahankan.

Aylena pun beranjak menuju dapur untuk membuat pancake untuk sarapannya.
-
-

@Cafe Bintang

Mata Lena mengitari setiap sudut cafe mencari keberadaan sang kakak.
Matanya tertuju pada meja sudut dekat kaca yang memperlihatkan air mancur yang terletak di parkiran kendaraan.
"Lena. Sudah lama ya kita tidak bertemu ?" Ucap Maurin
"Ada apa ?" sahut Lena datar

"God. Ayolah, jangan terlalu kaku begitu adikku TERSAYANG." Maurin sengaja menekan kata tersayang tersebut. Aylena hanya diam, dalam hati ia sudah gelisah.

"Dennis lagi mau ke sini.." Maurin tersenyum puas melihat wajah Aylena menjadi cemas.

"Hari ini aku akan membantumu mengetahui isi hati seorang Dennis kepadamu, aku tau kalau dia masih mencintai seorang Maurin ."

Entah kenapa tenggorokan Lena tercekat tidak bisa mengeluarkan suaranya sama sekali.

"Tuh, dia sudah diparkiran. Aku akan membuktikannya." Maurin menunjuk ke arah parkiran.

"Aku percaya pada kak Dennis, terima kasih. Aku pergi." Lena berdiri dan meninggalkan Maurin yang tersenyum puas.

Aylena side

Jujur, aku ingin mengetahui siapa yang ada di hati kak Dennis, walaupun aku tau kemungkinan kecil aku ada dihatinya. Tapi aku berharap. Tak ada salahnya kan ?

Dadaku saat ini terasa sesak. Mataku melirik kak Dennis yang sedang berjalan ke arah meja kak Maurin.

Ya, aku tidak pergi dari restaurant itu. Aku hanya bersembunyi di dinding terdekat.
Aku takut, tapi aku ingin tau.

"Halo Dennis. Aku tau kau pasti datang. " suara lembut itu terdengar menyakitkan di telingaku
Aku melihat gerak gerik kak Dennis. Sorot matanya memperlihatkan bahwa ia merindukan kak Maurin.

"Apa yang mau kau bicarakan. "
"Aku hanya ingin memastikan."
Terlihat dahi kak Dennis mengerut .

"Ohh ayolah Dennis, aku tau kalau kau masih mencintaiku. Kau hanya menjadikan adikku pelampiasan bukan ? Kau tidak benar benar mencintainya. Katakan saja, aku akan menyimpan rapat semuanya. Aku akan menunggu kau putus dengan Lena. Aku bersedia."

Aku hanya harap harap cemas mendengar jawaban kak Dennis. Mataku mulai memanas setelah melihat tatapan penuh sayang kakak kepada kak Maurin. Apa mungkin ?

"Ya. Memang aku menjadikannya pelampiasan setelah kau lebih memilih pergi dariku dulu." Jawaban kak Dennis membuat hatiku sesak. Memang sejak awal aku telah mengetahuinya tetapi entah mengapa dadaku masih sesak dan perih.

"Aku mencintai seorang Maurin.." ucapan kak Dennis terhenti, dia berdiri.

Kak Maurin terlihat bahagia dan ikut berdiri ingin memeluk kak Dennis.

Aku menunduk dan menutup mata tak ingin melihat mereka. Sudah cukup. Hatiku sakit.

"Tapi itu dulu, tahun tahun sebelumnya. Sekarang, saya mencintai seorang Aylena. Jadi jangan mengganggu Aylena dan saya"

Terlihat Maurin berdiri mematung melihat Dennis menghampiri Lena dan menariknya keluar.

Tes! Air mata Maurin menetes dengan sendirinya.
"Aku sudah terlambat, untuk memperjuangkanmu Dennis. Semoga kau bahagia dengan adikku."

Side off

Dennis menarik tangan Lena lembut dan membawanya keluar café.
"Udah puas mengupingnya ?"

Lena tertunduk malu, uhh.. ternyata sang pujaan hati tau ia mendengarnya.

"Lena, tatap aku."
"Gamau ak.. aku .. malu"

Dennis terkekeh geli. Dennis memegang kedua pipi Lena.
Terlihat Lena memejamkan matanya rapat.

"Buka matanya sayang.."
Perlahan Lena membuka matanya, tapi..

"Kamu nangis ? Aku ada salah apa ? Aku minta ma.." ucapan Dennis terhenti karena Lena memeluknya tiba tiba.

"Aku sayang kakak."
"Aku sayang Lena."

"Kakak kenapa tau aku ada disana ?"
"Hati aku yang kasih tau.." "Hati aku tau di mana kesayangan aku berada.."
Blush! Pipi Lena memerah.

"Pipinya merah uhh.. gemes aku " Ucap Dennis dengan lebaynya sembari mencubit pipi Lena.
"Kakak bisa alay juga yaa.." Jawab Lena nyengir. Mobil Dennis pun melaju perlahan.
..........

"Seperti kata pepatah, bahagia itu sederhana."

"Aku sangat beruntung, aku tidak terlambat menyatakan rasaku padanya. Aku sangat beruntung memilikinya. Sungguh" =Dennis=

"Ini bukan happy ending kisah kami tetapi ini awal kebahagian kami. Terima kasih Kakak!!"

End

Seandainya (Re-post)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang