Rasa Kagum

8.3K 312 4
                                    

"Kenapa mas Naga mau pindah kesini?"

Suara nyaring Rianna membuyarkan lamunan Naga yang terlihat kikuk. Mau jawab apa, toh alasan dia mau pindah kemari adalah si pemberi pertanyaan.

"Hmm... Anu..." mata sayu Naga memutar, bibir bawah nya ia gigit pelan, otak kanannya terasa terasah dengan cepat. Pemuda itu harus mencari alasan yang tepat agar Rianna yakin pada ucapannya "... Suka aja"

Naga melengos tanda kesal dengan ucapannya. Sementara Rianna hanya terdiam seolah dia mengiyakan jawaban Naga

"Maksud mas, mas suka dengan jakarta, dan mas suka dengan hal baru, jadi tidak salah kalau mas ambil tawaran om Herman saat dia ajak mas tugas disini"

Kini Naga terasa mantap dengan jawabannya. Dia menarik sudut bibirnya seolah tersenyum. Sementara wanita dihadapannya hanya mengangguk pelan tanpa ada reaksi.

***

Pukul 7 pagi di daerah Senayan.

Rianna dan Naga berjalan beriringan sambil terus mengawasi keadaan sekitar. Tugas Bripda Tengku mengharuskan mereka berdua bekerja terlalu pagi. Bahkan langit pun masih terasa malas untuk menyapa bumi Pertiwi.

"Mas yakin mereka disini?" suara Rianna menghentikan langkah mereka

"Yakin. Teman-teman mas sudah memata-matai mereka dan lokasi kita sudah sangat dekat"

Mata Rianna mengedar melihat sekitar. Nampak beberapa orang sedang lari pagi karna kebetulan hari ini hari minggu. Tidak jauh dari tempat mereka beridiri, mata Rianna menangkap sosok tak asing. Baron. Dia sedang duduk santai di sebuah warung tak jauh dari gajebo di pelataran taman.

"Mereka disana" ucap pelan Rianna sambil matanya menatap lurus tepat ke arah Baron

"Sebaiknya kita berpencar. Mas yakin disekitar sini anak buah Baron bersembunyi. Mas takut kalau-kalau mereka tau keberadaan kita"

Tanpa di komando Rianna memilih jalur kiri sementara Naga memilih jalur kanan.

Perlahan Rianna mencoba mendekati Baron. Sementara itu dari kejauhan nampak sepasang mata mengawasi Rianna dengan bidikan senjata api. Untungnya mata Naga berhasil melihat itu dan menyuruh Rianna merunduk. Alhasil bidikan anak buah Baron meleset dan hanya mengenai pohon yang tidak jauh dari tempat Rianna berdiri.

Baron sadar kalau ada dua polisi yang sedang mengincarnya. Dia lari menjauh tanpa sepengetahuan Rianna dan Naga. Suara tembakan dari senjata Rianna dan Naga memecah kedamaian pagi di Jakarta. Tidak lupa beberapa anak buah Baron ikut mengejar Rianna dan Naga, lengkap dengan senjata api Laras panjang dengan sebuah lensa bidikan di mulut senapan.

***

Langkah mereka terhenti tepat didepan sebuah bangunan besar namun nampak tak terurus. Di pelataran bangunan tersebut banyak sekali ilalang yang tumbuh. Sudut-sudut bangunan di penuhi balok-balok kayu serta dus-dus bekas yang sudah nampak berdebu. Di depan pintu bangunan nampak dua sepeda motor terparkir dengan satu penjaga yang sedang mondar mandir.

Markas Baron sudah didepan mata. Hati Rianna murka saat ingat kalau Baron pernah berhasil lolos dari incarannya. Tangannya mengepal dan sudut bibirnya mengerucut seakan dia sangat marah pada sosok bernama Baron.

"Kita lewat belakang saja" suara Naga membuyarkan kemarahan Rianna. Sedetik kemudian Rianna mengekor di belakang Naga. Banyak semak dan ilalang yang harus ia lewati untuk sampai di pintu belakang. Rupanya selain ilalang dan semak liar, disana pun banyak sekali rongsokan mobil-mobil bekas. Mata Rianna dan Naga mengedar mencari keberadaan pintu belakang. Dan yup! Pintu berwarna perak itu berada di pojok bangunan, beberapa bagian nya sudah berkarat karna usia. Naga berpikir pasti akan berdecit kalau mereka memaksa untuk membuka. Naga memutar otaknya sementara Rianna mengamati keadaan sekitar.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang