Tujuh

7K 199 53
                                    

Hihihi maaf yaa update nya lama bangeet soalnya aku lagi sibuk dan baru bisa post sekarangg :( maaf kalo byk typo bersebaran dan ceritanya kependekkan. Selamat membaca aja deeh hehehe :*

*****

Nathan

Hari ini aku ada lembur dan baru bisa pulang ke rumah jam 8 malam. Padahal biasanya jam 3 juga sudah bisa pulang ke rumah. Aku cepat-cepat memasuki rumah karena tidak sabar untuk bertemu Sera. ia moodboosterku. disaat aku sangat pusing akan kerjaan, dengan melihat wajahnya saja sudah meringankan bebanku. rasanya sangat teduh...

ketika aku masuk ke rumah, aku menemukan Sera sedang duduk di ruang tamu. Tumben sekali..biasanya jika menungguku pulang kerja ia akan berada dikamar atau perpustakaan? Aku berjalan menghampirinya dan duduk disampingnya. Aku peluk dirinya dengan sangat erat dan mencium pipinya. Pelukan Sera sangat berpengaruh untukku. Bisa menghilangkan penat dan menambah kehangatan. Beban seakan terangkat semua ketika memeluknya. Tapi ntah kenapa aku rasa ada yang berbeda dengan dirinya hari ini. Sera tidak merespon sama sekali dan malah memasang wajah dingin. Ada apa dengannya?

"Sayang..." Kataku sambil mengelus lengannya. Tidak ada tanggapan.

"Yang, kamu kenapa?" Tiba-tiba dia menghembuskan nafas kencang dan melirik keatas meja. Aku menemukan dua bingkisan kotak diatas sana. "Itu apa?" Tanyaku.

"Buka aja." Jawab dia seadanya. Aku langsung membuka dan menemukan sepasang dasi. Satunya yang berwarna abu-abu mewah dan satunya berwarna biru laut. Sangat indah...

"Pilih salah satu sukanya yang mana." Ia berkata ketus. Aku langsung memilah-milih. Sebenarnya aku ingin mengambil yang abu-abu, tetapi aku berfikir bahwa yang biru laut pasti kesukaan Sera. Jadi dengan mantap aku memilih yang biru.

"Yang ini." Kataku semangat lalu mengacungkan dasi berwarna biru laut itu. Tiba-tiba ekspresi wajah Sera berbeda. Matanya seperti menyorotkan kebencian dan ia tertawa sinis.

"Tanggung jawab, sana." Katanya lalu membuang mukanya dari arahku.

"Tanggung jawab? Tanggung jawab kenapa?"

"Masih bisa pura-pura gatau? Udah hamilin anak orang terus lupa, gitu? Segampang itukah?" Hamilin anak orang? Kapan?

"Hah?"

"Candice." Aku seakan-akan tersambar petir. Apa yang Sera bicarakan? Candice? Bagaimana dia tahu tentang Candice?

"Candice?"

"Iya. Wanita yang sedang hamil 7 bulan yang baru tadi siang aku temui di mall. Dan dasi yang kamu pilih, itu pilihannya. Bahkan walaupun kalian sudah berpisah tapi hatimu tetap memilihnya. Cih." Katanya dengan wajah yang sangat sinis dan sorot mata yg penuh kebencian.

"Ser, aku kira kamu yang beli warna biru ini. Ini warna kesukaan kamu-"

"Yang biru? Apa setelah aku menyerahkan semuanya ke kamu, kamu masih berfikir kalo aku lebih mentingin selera aku? Gitu? Kamu pikir aku gatau apa yang kamu suka? iya?!" Sera memotong ucapanku dan nada bicaranya sedikit kasar. Benar-benar mengerikan..

"Sera, bukan maksud aku gitu..sekarang gini deh, percaya atau ga percaya, bukan aku yang ngehamilin Candice!"

"Terus siapa? Jawab jujur. Mantan terakhir kamu siapa dan kapan waktu kamu putus?"

"Aku putus sama dia 3 bulan sebelum nikah sama kamu."

"REALLY??? Oh my God...what should i do? Harusnya gue gausah mau dijodohin sama lo!!! Lo itu penuh kepalsuan. Muka dua!!" Katanya lalu beranjak dari sofa. Aku langsung mencegat tangannya. Hey, aku bukan orang yang seperti itu!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Are We Real?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang