Hihihi maaf yaa update nya lama bangeet soalnya aku lagi sibuk dan baru bisa post sekarangg :( maaf kalo byk typo bersebaran dan ceritanya kependekkan. Selamat membaca aja deeh hehehe :*
*****
Nathan
Hari ini aku ada lembur dan baru bisa pulang ke rumah jam 8 malam. Padahal biasanya jam 3 juga sudah bisa pulang ke rumah. Aku cepat-cepat memasuki rumah karena tidak sabar untuk bertemu Sera. ia moodboosterku. disaat aku sangat pusing akan kerjaan, dengan melihat wajahnya saja sudah meringankan bebanku. rasanya sangat teduh...
ketika aku masuk ke rumah, aku menemukan Sera sedang duduk di ruang tamu. Tumben sekali..biasanya jika menungguku pulang kerja ia akan berada dikamar atau perpustakaan? Aku berjalan menghampirinya dan duduk disampingnya. Aku peluk dirinya dengan sangat erat dan mencium pipinya. Pelukan Sera sangat berpengaruh untukku. Bisa menghilangkan penat dan menambah kehangatan. Beban seakan terangkat semua ketika memeluknya. Tapi ntah kenapa aku rasa ada yang berbeda dengan dirinya hari ini. Sera tidak merespon sama sekali dan malah memasang wajah dingin. Ada apa dengannya?
"Sayang..." Kataku sambil mengelus lengannya. Tidak ada tanggapan.
"Yang, kamu kenapa?" Tiba-tiba dia menghembuskan nafas kencang dan melirik keatas meja. Aku menemukan dua bingkisan kotak diatas sana. "Itu apa?" Tanyaku.
"Buka aja." Jawab dia seadanya. Aku langsung membuka dan menemukan sepasang dasi. Satunya yang berwarna abu-abu mewah dan satunya berwarna biru laut. Sangat indah...
"Pilih salah satu sukanya yang mana." Ia berkata ketus. Aku langsung memilah-milih. Sebenarnya aku ingin mengambil yang abu-abu, tetapi aku berfikir bahwa yang biru laut pasti kesukaan Sera. Jadi dengan mantap aku memilih yang biru.
"Yang ini." Kataku semangat lalu mengacungkan dasi berwarna biru laut itu. Tiba-tiba ekspresi wajah Sera berbeda. Matanya seperti menyorotkan kebencian dan ia tertawa sinis.
"Tanggung jawab, sana." Katanya lalu membuang mukanya dari arahku.
"Tanggung jawab? Tanggung jawab kenapa?"
"Masih bisa pura-pura gatau? Udah hamilin anak orang terus lupa, gitu? Segampang itukah?" Hamilin anak orang? Kapan?
"Hah?"
"Candice." Aku seakan-akan tersambar petir. Apa yang Sera bicarakan? Candice? Bagaimana dia tahu tentang Candice?
"Candice?"
"Iya. Wanita yang sedang hamil 7 bulan yang baru tadi siang aku temui di mall. Dan dasi yang kamu pilih, itu pilihannya. Bahkan walaupun kalian sudah berpisah tapi hatimu tetap memilihnya. Cih." Katanya dengan wajah yang sangat sinis dan sorot mata yg penuh kebencian.
"Ser, aku kira kamu yang beli warna biru ini. Ini warna kesukaan kamu-"
"Yang biru? Apa setelah aku menyerahkan semuanya ke kamu, kamu masih berfikir kalo aku lebih mentingin selera aku? Gitu? Kamu pikir aku gatau apa yang kamu suka? iya?!" Sera memotong ucapanku dan nada bicaranya sedikit kasar. Benar-benar mengerikan..
"Sera, bukan maksud aku gitu..sekarang gini deh, percaya atau ga percaya, bukan aku yang ngehamilin Candice!"
"Terus siapa? Jawab jujur. Mantan terakhir kamu siapa dan kapan waktu kamu putus?"
"Aku putus sama dia 3 bulan sebelum nikah sama kamu."
"REALLY??? Oh my God...what should i do? Harusnya gue gausah mau dijodohin sama lo!!! Lo itu penuh kepalsuan. Muka dua!!" Katanya lalu beranjak dari sofa. Aku langsung mencegat tangannya. Hey, aku bukan orang yang seperti itu!
"Ser, what should i do to make you believe in me that im not the one who make Candice pregnant??"
"Answer my question. Do you ever sleep with her? Be honest, please." Tanyanya sambil menatap mataku tajam.
"Yes i have but--" aku tidak bisa berbohong dan harus memberitahu Sera tentang yang sebenarnya.
"Right. Its done." Sera melepas paksa tanganku dari pergelangan tangannya dan berjalan menuju kamar kami.
"Sera, aku bisa jelasin!" Kataku setengah berteriak. Memohon dia untuk mendengarkan penjelasanku dan kembali. Sera akhirnya menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kamar. Ia tidak menoleh kebelakang.
"Apalagi yang mau dijelasin, liar? Kamu udah boong sama aku dan ngapain aku harus percaya sama kamu? Kamu bilang aku cewek pertama yang making love sama kamu. Tapi nyatanya? Youre a liar and how can i believe in you? Aku kecewa." Blam! Pintu kamar kami terbanting cukup keras dan itu membuatku termenung.
Candice sialan! Anak di dalam kandungannya itu pasti bukan anakku! Dia itu parasit yang akan tidur dengan siapapun jika orang itu cukup menarik perhatiannya. Cewek sialan! Aku baru tahu kelakuannya itu setelah 1 tahun pacaran dengannya. Aku sangat menyesal dan aku langsung memutuskannya saat itu juga. Apalagi aku tahu saat dia sedang tidur bersama..... Sudahlah! Itu terlalu kelam untuk diingat kembali. Rasa sakitnya masih terasa sampai ke ulu hati. Pengkhianatannya sungguh masih berbekas.
Sekarang apa yang harus aku lakukan? Sera marah besar. Bagaimana ini?
*****
Sekarang jam 11 malam dan aku mencoba masuk ke kamarku dan Sera. Aku menemukan Sera tertidur dikasur dengan tangan yang menutupi wajahnya. Aku bisa melihat air mata yang mengering disana. Apakah ia menangisiku? Apakah Sera sudah benar-benar mencintaiku hingga dia menangis untukku? Sera...maafkan aku telah membuatmu seperti ini. Aku bisa menjelaskan semuanya. Aku bisa menjelaskan bahwa bukan aku yang menghamili perempuan brengsek itu. Tapi apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu mendengarkan ucapanku dan mempercayaiku? Aku tahu ini salahku karena tidak menceritakan semuanya dari awal. Salahku karena telah berbohong padamu. Maafkan aku, Sera....
Aku mengusap pelan pipinya dan menyingkirkan beberapa helai rambut dari wajah cantiknya. Tanpa sadar aku mulai tersenyum. Betapa cantiknya Sera ketika ia sedang tidur. Betapa beruntungnya aku bisa menjadi suaminya..oh ya, sebelum Sera bangun aku harus cepat pergi dari kamar kami. Aku takut jika Sera tau, ia akan bertambah marah padaku. Aku mendekatkan diriku sekali lagi dan mencium pelan dahinya. Goodnight Ser. Sweet dreams ya :) aku pun mulai beranjak bangun dari kasur sampai kurasakan ada yang menggenggam pergelangan tanganku. Dan ketika aku lihat, itu Sera. Ia terbangun?
"Nath, jangan pergi.." Katanya lirih. Aku pun langsung terduduk lagi di kasur.
"Kamu ke bangun gara-gara aku, ya? Tidur lagi, ya.." Kataku sambil mengelus-ngelus pelan rambut Sera.
"Kamu jangan pergi..aku gamau....aku gamau sendiri lagi.." Sera mulai meneteskan air matanya. Astaga... Aku merasa sangat bersalah sekali. Awas saja Candice, lo bakal liat apa yang lo dapet kalo berani ngeganggu rumah tangga gue. Apalagi Sera! Aku langsung memeluk erat tubuh istrikku itu. Terasa sangat rapuh..
"Sayang, maafin aku..aku bisa jelasin semuanya ke kamu--"
"Ssst." Sera memotong kalimatku. "Tidur aja..udah malem kan? Kamu pasti capek. Istirahat ya.." Katanya tersenyum dipaksakan lalu ia bangkit sebentar untuk menyelimutiku dan Sera berbaring di sampingku sambil memeluk pinggangku. Ia menyandarkan kepalanya di dadaku. Aku langsung balas memeluknya dan mengecup dahinya penuh cinta. Kami berdua terdiam. Begitu banyak pertanyaan berkelibat di benakku. Apa yang sekarang dirasakkan Sera? Mengapa tiba-tiba sikapnya berbeda? Aku pun mencoba mengabaikan pertanyaan-pertanyaan itu dan mencoba untuk tertidur sampai aku merasakan sesuatu membasahi kausku. Ya. Sera menangis.