24

152 8 0
                                    

Author POV

Pagi itu Tian pergi ke sekolah dengan suasana hati yang berbeda. Ia sangat senang hari ini. Walaupun ia dan teman-teman lainnya harus berjalan menuju sekolah itu. Begitu juga dengan Dea. Sepertinya ia tidur nyenyak tadi malam. Setelah menaruh tas di kelas ia memilih berjalan-jalan di koridor sekolah. Dari kejauhan ia melihat sekelompok wanita dan ia menduga itu adalah geng di sekolah ini. Tian berhenti berjalan. Mereka semakin dekat.

"Haii, Tian kan?" Kata salah seorang dari mereka yang ia yakin itu adalah ketuanya.

"I-i-i-iyaa," kata Tian. Jujur Tian akui bahwa perempuan ini memiliki postur tubuh yang ideal. Hanya saja ia tidak menyukai pakaian yang perempuan itu pakai. Terlihat alay menurut Tian.

"Boleh minta selfie?" Katanya.

"Boleh, sama temen lo juga atau sama lo aja?"

"Sama gue aja, nanti temen gue akan dapet bagiannya," katanya dengan sedikit menggoda.

"Dapet bagiannya?"

"Iya," katanya halus.

Di sisi lain Dea mencari Tian di segala penjuru namun ia tidak menemukan orang itu. Ia yakin betul bahwa tadi Ia melihat Tian berjalan ke arah ini. Ia mencari Tian karena ia telah melihat sesuatu di mading dan ia berniat memberi tahu Tian. Akhirnya ia menemukannya. Tian sedang dikerubungi geng centil di sekolah ini. Dea tau itu dari temannya yang sekelas dengan mereka. Dea sedikit terkekeh melihat hal itu. Ia memutuskan untuk mengahampiri Tian saat tingkahnya mulai aneh.

"Heii, ada apa ini?" Tanya Dea lembut.
"Ohh lo Dea kan? lebih baik lo pergi, gue gak ada urusan sama lo,"

"Aku juga gak punya urusan sama kamu, aku punya urusan sama Tian, ayo Tian kita pergi,"

"Ett Dea, apa yang lo lakuin? Urusan gue sama Tian belum selesai. Temen-temen gue belum selfie sama Tian. Tian please satu foto aja,"

"Dea sebentar aja yaa," kata Tian. Akhirnya Dea harus menunggu Tian.

"Sudah?" Tanya Dea.

"Sudah memangnya ada urusan apa?"

"Kamu harus lihat ini," kata Dea sambil pergi.

"Lihat apa?"

"Sudah ayo ikut saja,"

Perjalanan mereka tidak begitu mulus sepanjang jalan banyak yang meminta selfie pada Tian. Pagi itu Tian bagaikan seorang artis dadakan.

"Wow, masih pagi dan sudah banyak yang meminta selfie denganmu," kata Dea.

"Entah, sejak aku mengajak selfie salah seorang murid padaku jadi banyak yang meminta selfie," kata Tian.

"Baiklah, kita sudah sampai, kamu harus melihatnya," kata Dea. Tian langsung melihatnya.

"Ada apa? Ini hanya angket,"

"Kamu baca nominasinya," kata Dea. Tian langsung membacanya.

Putra

Nominasi

Ter-ganteng : Adam, Tian, Alif, Ricky
Ter-pintar : Adam, Tian, Rio, Ronald
Ter-rajin : Tian, Alif, Rio, Ronald
Ter-bandel : -
Ter-baik : Adam, Tian, Rio, Alif

Putri

Nominasi

Ter-cantik : Dea, Novi, Salma, Irene
Ter-pintar : Dea, Novi, Nabila, Putri
Ter-rajin : Dea, Irene, Nabila, Putri
Ter-centil : Novi
Ter-baik : Dea, Nabila, Salma, Irene

Kamu akan menyukai ini

          

"Kenapa ter-bandel tidak ada?" Tanya Tian.

"Karena yang masuk nominasi hanya orang yang ikut pertukaran pelajar dari jakarta, sudah tau kan kalau yang ikut hanya yang baik dan pintar?"

"Ohh begitu, lalu apa masalahnya Dea?"

Dea menghela nafas "Tiann, fokus! Lihat di paling bawah," Tian melihat di paling bawah. Masih ada satu kategori lagi.

Ter-couple : Tian-Dea, Adam-Dea,
Tian-Novi, Adam-Novi

Tian terkejut melihat ini.

"Kira-kira siapa yang memasang mading ini?" Tanya Tian.

"Kalau di sekolah kita urusan mading ditangani oleh osis. Mungkin di sini juga begitu,"

"Aku harus bertemu ketua osisnya," Kata Tian yang langsung pergi meninggalkan Dea.

"Eh Tian, tunggu aku ikut," kata Dea sambil mengejar Tian.

Tian masuk ke ruang osis. Namun, ia hanya menemukan seseorang yang sedang duduk.

"Maaf gue mau cari ketua osis,"

"Itu gue? Ada apa?"

"Gue mau-"

"Stop gue tau lo mau apa, dan pasti lo Tian kan? Dan lo pasti Dea?" Katanya sambil menunjuk Tian dan Dea.

"Iya,"

"Kenalin gue Radit, dan gue tau kenaoa kalian datang menemui gue. Pasti masalah angket yang ada di mading. Katakan apa masalahnya," kata Radit.

"Gue kira lo udah tau. Kenapa di angket ter-couple gue dan Dea masuk sebagai nominasi?" Tanya Tian.

"Itu berdasarkan hasil pengamatan anggota osis selama kalian di sini. Sayangnya kami belum mendapatkan ter-bandel karena sepertinya tidak ada,"

"Apakah bisa diubah?" Tanya Dea.

"Kalau peserta nominasinya bertambah akan saya rubah. Tapi jika orang yang sudah dapat nominasi tidak akan berubah. Jadi kalian harus menerimanya. Karena apa yang ditempel di mading itu sudah keputusan final," Katanya.

"Dea apa yang harus kita lakukan? Adam pasti akan sangat marah jika tau hal ini," kata Tian.

"Tidak apa-apa aku akan berusaha meyakinkanya,"

"Terima kasih Dea,"

"Kalau begitu gue mau ke kelas dulu, makasih infonya,"

***

Jam istirahat Tian memutuskan untuk menemui Radit untuk mempertimbangkan hal ini. Tian sengaja tidak mengajak Dea karena Dea pasti akan melarang Tian. Dari ujung koridor sayup-sayup terdengar suara minta tolong. Itu dari gudang. Dengan sedikit ragu Tian menghampiri suara itu. Ia membuka pintu gudang dan masuk ke dalam. Ia tidak menemukan apa-apa. Dengan cepat ia keluar dari gudang. Namun, belum sempat ia keluar pandanganya sudah menjadi gelap dengan rasa sakit di belakang kepala.

***

Tian terbangun dan menyadari ia sudah ada di tengah hutan yang sangat lebat. Ia menyandarkan tubuhnya di sebuah pohon yang cukup besar. Sesekali ia memegang belakang kepala yang masih terasa sakit. Ia melihat sekeliling. Ada Dea juga di sana, sepertinya dia masih pingsan. Tian sangat bingung karena kenapa ia dan Dea bisa ada di sini? Apakah ini salah satu bagian rencana jahat Aldi? Yaa tidak salah lagi. Dea terbangun Tian segera mengahampirinya.

"Dea kamu baik-baik saja?"

"Iyaa,"

"Mengapa kita ada di hutan ini?" Tanya Dea.

The Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang