6. Geng Koprol

5.5K 513 28
                                    


Flashback

"Ayolah bang. Sekali ini aja. Minta tolonglah aku." Bongak memohon-mohon pada Lanang. Tapi sejak tadi Lanang mengabaikan, dia tetap
asyik mengetik.

"Kenapa harus aku Ngak? Banyak yang masih bujang. Aku ini udah beranak istri."

"Masalahnya Karista ngasih syarat itu bang. Dia nggak mau nonton kalo nggak ngajak Septi. Sedangkan si Septi nggak mau ikut kalo nggak ada abang. Dia itu kan tergila-gila sama kau bang. "

"Bodo amat. Bilang ke Septi aku nggak ikut."

"Jangan gitulah bang. Terus macam mana nasib aku? Bisa nggak kawin-kawin aku. Abang nggak kasihan?"

"Cari cewek lain apa susahnya sih? Karista itu ribet. Mau kencan aja banyak syarat dan nyusahin. Apalagi kalo udah kawin."

"Andai hati aku semudah itu berpaling. Masalahnya hati aku sudah terlanjur jatuh pada Karista." Ucap Bongak dengan wajah sendu dan melankonis. Punggungnya bersandar ke kursi dalam ruang kerja Lanang.

Sudah setengah jam berlalu, rayuan Bongak belum membuahkan hasil. Lanang tetap pada pendirian, menolak double date nonton film horror terbaru di bioskop kota.

"Pret." Lanang mencibir. Kini dia sibuk memasukkan kertas ke dalam mesin printer.

"Beneran ini bang. Kayak nggak pernah jatuh cinta aja Abang ini."

"Pernah. Tapi nggak sampe ngorbanin temen kayak kamu." Suara mesin printer mulai berderit dan memuntahkan kertas satu per satu.

Tiba-tiba hape Lanang berdering. Nama "my lovely wife" muncul di layar.

"Bentar ya. Biniku telpon." Bongak mengangguk. Dia masih setia duduk di depan meja kerja Lanang. Bongak pantang menyerah. Dia tidak akan pernah meninggalkan ruangan itu tanpa jawaban "iya" dari Lanang.

Kisah cinta Bongak memang cukup rumit. Dia jatuh cinta pada bawahannya sendiri, Karista. Gadis ramah, polos dan pendiam. Tapi naas, Karista malah akrab dengan Septi. Manager perempuan satu-satunya di kantor mereka --yang terkenal judes, galak tapi takluk pada satu lelaki; Lanang.

Entah memang sudah dalam perhitungan Septi atau tidak, perempuan berjulukan perawan tua itu akhir-akhir ini mendekati Karista. Menyatakan diri sudi sebagai sahabat terbaiknya. Menawarkan berbagai kebaikan serta penghormatan dari banyak karyawan. Karista dicintai oleh manager area, sekaligus menjadi sahabat manager personalia. Staf mana sekarang yang tidak segan pada Karista?

"Hallo? Assalamualaikum sayang."

"Waalaikumsalam. Mas aku butuh uang." Suara Nara terdengar buru-buru.

"Butuh uang lagi?"

"Iya mas. Delapan juta."

"Buat apa?"

"Dokter Haris bilang, program kemoterapi sitostatika Nayla harus segera dimulai. Untuk itu aku butuh obat buat injeksi intratekalnya. Obat itu harus ku beli di Yasmia daerah Brumbungan. Setelah itu transfusi darah dan trombosit, masing-masing seratus lima puluh cc. Total biaya delapan juta."

"Oh gitu ... tapi aku sekarang belum ada uang sayang. Nanti aku cari pinjaman dulu ke teman-teman kantor ya."

"Usahain cepat ya mas. Kondisi Nayla makin drop."

"Iya. Iya. Nanti aku cari pinjaman dulu."

"Makasih mas. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Lanang meletakkan hape di atas meja, lebih keras dari yang dia maksudkan. Lalu mengacak rambut sampai berantakan. Hancur sudah tatanan rambut bergel yang beberapa menit lalu masih tersisir rapi ke samping.

Biduk TerbelahWhere stories live. Discover now