Dara memandang pantulannya di depan cermin mengamati setiap bagian dari tubuhnya, mata bulat hitam yang sama dengan mata sang ayah, hidung yang tidak bisa di bilang mancung namun tidak bisa juga di bilang pesek, bibir dan.. kalung.
Dara menatap benda yang tergantung di lehernya dengan senyum, semakin lama senyumnya berganti dengan tawa.
"Nah kan, dia ketawa-ketawa sendiri, mama... Dara kemasukan maaa!!" Teriak Zaki yang langsung mendapat delikan tajam dari dara.
"Dengan siapa dan dari mana? Password!!" Kata Zaki dengan tangan mengarah pada Dara berlagak seperti paranormal.
"Dasar gila!!" Kata Dara memutar bola matanya jengah dan berlalu menuju tempat tidur, Zaki yang melihat itu mengikuti dan berbaring dengan tangan di belakang kepalanya.
"Lagian senyum-senyum sendiri, gue kira setan dari rumah hantu ikut pulang ke rumah ini." kata Zaki asal yang langsung di hadiahi jitakan dari tangan mungil Dara.
"Heh bocah, jitak-jitak orang tua ya, ga sopan banget ni tangan!!" Semprot Zaki seraya menyentil tangan Dara yang masih berada di kepalanya.
"Bodo amat, lagian ngomong ga di fikir lagi, kalo jadi kenyataan gimana huh? Tau deh yang udah tua." balas Dara seraya bangkit dan berjalan ke arah lemari.
"Kalungnya bagus tuh, semalem lo di tembak bian kan?" Tanya Zaki menghentikan kegiatan Dara yang sibuk memilih-milih baju.
"Gue setuju deh kalo loe sama bian, gue udah tau dia juga, anaknya baik, cuma otaknya aja yang aga geser." Lanjut Zaki membuat Dara membalikan badannya.
"Pertama.. kalung ini emang dari Bian, kedua.. dia ga nembak gue, buktinya gue masih idup dan ada di depan loe, ketiga otak loe ga kalah gesernya dari Bian, keempat gue sama Bian itu sahabatan jadi ga mungkin pacaran. Udah ah hus hus sana keluar gue mau mandi" usir Dara seraya melambai-lambaikan tangannya.
"dih songong nih bocah, jangan bilang ga mungkin, kalo seandainya diantara kalian ada yang nyimpen perasaan gimana? Denger ya de, laki-laki dan perempuan itu engga di takdirin jadi sahabat, cepat atau lambat di antara kalian pasti ada yang nyimpen perasaan, kalo ga dua-duanya suka yaaa cintanya bertepuk sebelah tangan, dan asal loe tau ya de, mencintai dalam diam itu lebih menyakitkan di banding mencintai terang-terangan kemudian di tolak" jelas Zaki panjang lebar.
"Teori dari mana si itu? So tau banget, udah ah sana keluar, gue bilangin mama nih" balas dara kemudian menarik Zaki agar bangun dan mendorongnya keluar kamar.
Setelah memastikan Zaki telah kembali ke asalnya dan pintu kamarnya terkunci rapat, Dara pun berjalan menuju kamar mandi dan berhenti di depan westafel, matanya kembali memandangi kalung yang tergantung dilehernya, kata-kata yang di ucapkan Zaki tadi menyita fikirannya, bagaimana bila zaki benar mengenai teori bahwa laki-laki dan perempuan tidak di takdirkan untuk bersahabat, apa mungkin suatu saat nanti Bian akan menyukainya atau bahkan ia yang menyukai Bian, bagaimana jika cinta mereka bertepuk sebelah tangan atau bahkan lebih buruknya mencintai dalam diam yang menurut penjelasan Zaki itu lebih menyakitkan di banding mencintai terang-terangan namun di tolak, seandainya diantara mereka ada yang mengungkapkan isi hatinya apa situasinya akan sama? Atau malah menjadi canggung? Entahlah Dara pusing dengan semua pertanyaan yang ada di kepalanya, yang saat ini ia tau, ia nyaman berada di dekat Bian, dan ia beruntung memiliki sahabat sebaik Bian.
***
Alhamdulillah, setelah sekian lamaaaa...
Maaf ya baru update *kaya ada yang nungguin aja😂
Soalnya otaknya buntu, gatau lanjutinnya harus gimana, ini aja tiba-tiba dapet ide nya, dan ini pun langsung aku ketik keburu lupa *lah ko curhat😧Oke deh selamat membaca, jangan lupa vote dan comment nya😘
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE..LOSE..
Teen Fictionbagaimana jika seseorang mencintaimu tanpa kamu sadari? mencintaimu dalam diam.. menjadikanmu prioritas.. dan tanpa kamu sadari dia selalu menjadi alasanmu tersenyum bahagia.. dia.. berharga tanpa kamu duga.. *** Cerita ini bisa di hapus kapan saja