Sebuah cerita pendek tentang dendam masa lalu

246 29 5
                                    

Iblis dan Sepotong Roti

Apa yang kau rasakan ketika kau memutuskan untuk menghadiri acara reuni sekolahmu? Berkumpul dengan teman-teman lama lalu mengenang masa-masa indah bersama mereka, setelah itu sesekali kalian membahas apa saja yang terjadi setelah lulus.

Senang. Jika itu jawabanmu, sayang sekali kawan, kita tidak sependapat dalam hal itu. Hampir tak ada kenangan indah selama tiga tahun aku bersekolah di tempat itu.

Satu-satunya yang membuatku sudi untuk tetap datang adalah dia, gadis bermata bulat dengan senyum merekah yang membuat lesung di pipinya terbentuk. Dia gadis yang pertama kali membuat jantungku tak berdegup normal saat tatap mata kami beradu, dia adalah alasan kenapa aku tak pernah rela untuk bolos sekolah. Dia Ariana sang cinta pertama.

"Hai Petra, apa kabar?"

Tidak, dia menyapaku. Itu artinya namaku masih tersimpan dalam memorinya. Setelah bertahun-tahun ternyata senyum itu masih mampu menghipnotisku.

"Petra?"

Bodoh sekali aku, lidah ini tak pernah mau membantu, selalu saja begini. Mudah sekali, aku tinggal menjawab 'Baik, kamu sendiri apa kabar, Ari?' tetapi dia malah rapat seperti ditempeli lem korea. Sial. Kaki ini juga, apa-apaan bukannya membantu untuk berdiri tegap dia malah gemetaran. Argh, aku benci semua bagian dari diriku.

"Kau masih sama seperti dulu ya, Pet. Loser!" Itu bukan suara Ari, itu suara seorang lelaki. Lelaki itu sekarang berdiri di samping Ariana, tampang angkuhnya sama sekali tak berubah, hanya saja bagian wajahnya kini dihiasi jambang. Dia Thomas, sang ketua kelas. Lelaki tampan, cerdas, gagah dan kaya raya. Jelas, semua orang di sekolah menyukainya, termasuk Ariana. Thomas dan Ariana berpacaran dari kelas satu, hubungan mereka sangat harmonis dan tak pernah bertengkar. Thomas dan Ariana adalah pasangan populer waktu itu. Ariana gadis yang setia, sayangnya tidak dengan Thomas. Aku pernah memergoki Thomas menggandeng gadis lain di luar sekolah dan memberitahu Ariana soal itu. Akibatnya, Ariana tak lagi menganggapku teman. Dimatanya, aku hanya seorang perusak hubungan orang.

"Bekerja dimana sekarang?" tanya Thomas tiba-tiba. Tatap matanya mengintimidasi seolah berkata 'Kau hanya semut kecil bagiku'.

"A ... Aku?"

"Ya iyalah, memangnya ada orang lain di sampingmu?"

"Thomas," bisik Ariana, ia menyikut pelan perut Thomas.

"Aku cuma karyawan biasa," jawabku lemah.

"Karyawan biasa?" Thomas tertawa kecil, namun entah kenapa itu berhasil menyakitiku. "Sudah kuduga orang sepertimu paling cuma bisa jadi karyawan biasa," tambahnya dengan menekan pada kata 'Karyawan biasa'.

Ariana menarik tangan Thomas, ia sepertinya tak enak kepadaku dan hendak membawa Thomas menjauh. Thomas tak bergerak, ia justru menarik kembali gadis itu. Kini tangan kanannya ia rangkulkan pada pundak Ariana.

"Thomas, kau tahu? Gedung ini milikku, dan aku yang merencanakan acara ini. Reuni bukan satu-satunya acara yang akan diselenggarakan malam ini. Lebih tepatnya, acara pengantar untuk acara lain yang lebih penting." Thomas sengaja berhenti pada kalimat itu. Ia mendekap tubuh Ariana, membelai rambut dengan tangan kiri terus turun hingga tangannya berhenti untuk menggenggam jemari gadis bermata bulat itu. Rupanya ia berniat untuk menunjukkan cincin yang melingkar di jemari lentik Ariana.

"Kami akan mengadakan pesta tunangan malam ini," sambung Thomas.

"Tunangan?"

"Kenapa? Kau nampak begitu terkejut?"

"Bukankah empat bulan yang lalu kalian putus?" tanyaku spontan. Dan aku sadar, aku telah melakukan kesalahan.

Ariana terkejut, ia seperti ingin berkata sesuatu tetapi tertahan. Cukup lama ia dan Thomas saling pandang. Thomas menyelidik mataku. "Darimana kau tahu?"

Iblis dan Sepotong RotiWhere stories live. Discover now