Ruang Interogasi

256 29 25
                                    


Jalanan begitu lengang dan basah, pepohonan berdansa dibimbing hembusan angin. Hujan menjadi saksi apa yang menimpa sosok mungil yang terbujur kaku dengan genangan merah disekelilingnya itu. Gadis malang itu terkapar di antara rimbunan pepohonan, sendirian.

*****
Room 1

"Nama saya Jun, Arjun Birulaut. Aku dan kedua temanku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi pada gadis itu. Kami menemukannya tergeletak di pinggir jalan."

Inspektur Haris tampak memperhatikan gerak bibir pemuda kurus itu. "Jam berapa kau menemukannya?"

"Maksudmu kami? Sekitar pukul 10 malam," jawab Arjun, mimiknya seperti mengingat-ingat. "Lagipula kalau kami membunuhnya, untuk apa kami melaporkannya kesini?"

"Saya tidak menuduh anda."

"Lalu, untuk apa pertanyaan itu?"

"Interogasi, itu biasa kami lakukan kepada saksi, bukan saya yang menuduh anda pembunuh, tapi anda sendiri."

*****

Room 2

"Aku menyetir dalam keadaan sadar waktu itu, ya walaupun kami habis berpesta, tapi aku tidak mabuk. Cahaya lampu mobilku menyinari sesuatu, tubuh seorang gadis, Refleks aku menginjak rem," jelas pemuda berhidung mancung itu.

"Oke, saudara Romi..."

"Sorry, my name is Romeo not Romi, Romeo Rajabumi. Orang bilang apalah arti sebuah nama, tapi menurutku itu penting, sangat penting. Nama anda Harris, apakah anda mau dipanggil Harry?"

Inspektur Harris terkekeh, "Sayangnya, saya akan bilang mau."

"Berarti kita berbeda."

"Oke saudara Romeo, kembali ke topik, Jam berapa anda menemukan mayat itu?"

"Jam sepuluh. well, kurang lebih. Terakhir aku melihat jam beberapa menit sebelumnya, saat rintik hujan membasahi tanganku."

"Atap mobil anda terbuka?"

"Ya, dan kututup sebelum hujan semakin deras."

*****

Room 3

"Anda tau, Pak. Bumi ini ada di galaksi apa?"

"Hei, jangan main-main. Saya tanya nama anda, jangan coba mengalihkan pertanyaan," sungut Inspektur Haris kesal. Pemuda yang ini, lebih terlihat urakan dari tiga pemuda sebelumnya; Jaket jeans lusuh, celana belel dengan sobek di lutut dan rambut tak jelas kemana arah sisirnya.

"Pertanyaan saya ada hubungannya dengan pertanyaan anda," pemuda itu menatap kedua mata Haris begitu lekat, "Bimasakti, itu nama belakangku. Pertanyaan kedua, kecoa termasuk dalam jenis hewan?"

"Cukup!" bentak Harris dengan wajah memerah. "Lupakan soal namamu, ceritakan bagaimana kalian menemukan mayat gadis itu?"

"Wow, anda cukup tempramental rupanya. Mengingatkan saya pada Romeo, itu loh teman saya yang paling tampan, yang punya mobil."

"Saudara Bima! Ceritakan kronologinya, cepat!"

"Oke, Pak, maaf. Saya akan ceritakan,"--Pemuda itu mengangkat kedua tangannya menghadapkan kedua telapak tangan ke arah Haris--"tapi sebelumnya, nama saya Rengga. Jangan panggil saya Bima, keberatan nama, hehe,"

"Oke, Rengga. Cepat ceritakan."

Rengga tampak melihat kebawah beberapa saat, entah apa yang dia lihat, atau mungkin itu caranya untuk mengingat sesuatu. "Kedua temanku duduk di bangku depan, aku di belakang. Kami baru selesai berpesta, Arjun dan Romeo menjadi pendengar yang baik, mereka tertawa sepanjang perjalanan mendengar celotehku. Lalu tiba-tiba Romeo mengerem mendadak mobilnya, aku sempat memarahi anak itu. Waktu itu hujan deras, kupikir Romeo menabrak kucing atau sejenisnya.

Mayat di Tengah HujanWhere stories live. Discover now