"Hai Nur" sapa Anas kepada Nur setelah sampai dikelasnya.
"Anas kenapa? Kok mukanya cemberut gitu?" tanya Nur yang sepertinya tahu apa yang terjadi pada sahabatnya.
"Gue kesel. Kesel banget" jawab Anas dengan nada kesal.
"Kenapa lagi sih Anas? Ih kesel mulu"
"Pertama, Dian gamau ngasih tahu dimana dan kapan dia ketemu dan sampai bisa kenal sama Daniel. Kedua, siapa yang sms gue kemaren siang dan siapa juga yang ngasih tahu nomor gue. Ketiga, kenapa Daniel bisa tahu rumah gue? Aih, kesel banget gue"
"Oh, tentang Daniel" jawab Nur santai.
"Oh doang? Ih nyebelin" jawab Anas
"Terus Nur harus bilang apa? Anasnya aja yang baper. Kenapa pengen tahu banget tentang Daniel dan Dian, Anas suka Daniel ya? Kan baru sehari" jawab Nur dengan polosnya.
Eh iya juga sih, ih ogah amat suka sama dia, harusnya kan gak gini. tanya Anas dalam hati.
"Ya kagaklah, jijay amat gue sama dia" jawab Anas dengan nada seperti jijik.
"Yakali Nas, iya enggak sekarang, nanti-nanti? kan gaada orang yang tahu"
"Gaakan ya gue suka sama cowo kayak dia"
"Dipegang loh omongannya Nas"
"Iyaiya"
----------------
Hari ini Anas pulang hanya sendiri, dikarenakan teman-temannya ada kesibukan masing-masing.
Saat Anas berjalan menuju halte untuk menunggu angkutan umum, ada motor berhenti tepat disebelahnya. Jelas, Anas tak mengetahui siapa pengemudi motor itu sampai dia membuka helmnya.
"Daniel?!!" pekik Anas.
"Yes, my queen. Ayo naik" ajak Daniel.
"Naik?!! Naik kemana?" tanya Anas.
"Naik ke motor lah, ayo gue anter"
"Gausah, gue bisa pulang sendiri" tolak Anas.
"Anak perempuan gabaik pulang sendiri, walaupun gue tahu lu bisa pulang sendiri, tapi lebih baik lu pulang bareng gue aja"
"Ngocehnya udahan? Kalo udah mending lu pergi aja"
"Yaudah kalo gitu, gue duluan yaa. Hati-hati my queen"
"Geli tay"
Lalu, Daniel pun mengemudikan motornya dan melaju cepat dijalanan meninggalkan Anas sendiri.
Ah,masih jam 3, pasti masih ada angkot kok. Pikir Anas kenapa dia tidak mau diantar oleh Daniel.
Berjam-jam ia menunggu sampai jam menunjukkan pukul set6 sore, tetapi tidak ada angkot yang lewat dan terpaksa, dia harus berjalan kaki menuju rumahnya.
Dan ternyata, ada yang mengikuti dia. Beberapa orang yang berbadan tinggi dan terlihat seram. Tentu Anas takut karna mereka secara terang-terangan mengikuti Anas. Langsung saja Anas mempercepat langkah kakinya.
Sampai dibelokan menuju rumahnya, Orang-orang yang berbadan besar itu menghentikan Anas, memang ditempat itu sepi dan jarang orang lewat, apalagi ini sudah mau maghrib, apalah daya Anas melawan mereka.
Saat hendak terjadi 'pertengkaran' seseorang pun datang seperti pahlawan(asek). Dia menghadang preman-preman itu dan melawannya. Anas tidak bisa melihat siapa laki-laki itu karna dia memakai masker. Anas takut. Sangat takut. Dia duduk dipojok sambil menangis dan melihat pertengkaran terjadi. Dan, setelah hampir 10menit mereka bertengkar, akhirnya pertengkaran dimenangkan oleh laki-laki misterius itu. Dia menemui Anas dan menenangkan Anas.
"Lo gak papa? Muka lo pucet gitu?" tanya laki-laki itu.
"Gu-gue gapapa kok. Makasih ya" jawab Anas dengan suara yang masih ketakutan.
"Selaw aja lo udah aman kok. Gue anterin pulang ya? Rumah lo dimana"
"Eh eh gausah, gue bisa pulang sendiri kok" tolak Anas.
"Ini kan udah mau maghrib, apalagi ini jalanan sepi kayak gini, nanti kalo orang-orang itu balik lagi gimana?"
hm, iya juga sih ya. Etapi kalo dia jahat juga gimana? Anas bimbang.
"Gue bukan orang jahat kok, gausah takut gitu" kata laki-laki itu lagi
"Eh yaudadeh, gue bareng lo, makasih yaaa" jawab Anas, lalu laki-laki itu tersenyum.
Lalu, mereka pulang bersama. Tidak ada percakapan sepanjang perjalanan. Anas yang didepan dan laki-laki itu dibelakang mengikuti kemana perginya Anas. Dan sampailah dia di rumah Anas.
"Yeay nyampe. Makasih loh ya udah mau nolongin dan nganterin gue" kata Anas.
"Ah,iya sama-sama"
"Ngerepotin ya?hehe,maaf ya. Oh,iya, kenalin, nama gue Anas, lo?"
"Gue Dikta. And then, salam kenal!!" ucap Dikta bersemangat.
"Yaudah ya gue pulang, udah maghrib soalnya" ucap Dikta lagi.
"Ah iya. Maaf ganawarin mampir, soalnya mama-papa pasti belum pada pulang"
"Lain kali hati-hati. See you!!" Jawab Dikta sambil mendadah-dadahkan tangannya lalu pulang.
Setelah itu Anas pun masuk ke dalam rumahnya. Diam-diam ada yang melihatnya dari kejauhan. Melihat semua yang terjadi pada Anas hari ini. Laki-laki itu tampak kesal dan ingin marah. Tapi, marah kepada siapa? Lantas karna apa?
Wonogiri, 10 Juli 2016. 20.34
-------------
Maaf kalo ga dapet feel-nya. Semoga suka!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Apakah ini Takdir?
Teen FictionAnastasia Husna. Daniel Wiratama. Apakah mereka bisa bersatu? Apakah mereka akan selalu bersama? Apakah mereka akan baik-baik saja setelah semua yang terjadi di hidup mereka? Apakah mereka memang di takdirkan untuk bersama? Atau bahkan itu hanyalah...