Title : Meilleur Ami.
Author : Nia
Length : Oneshoot
Rating : PG-13
Genre : Romance
Cast : Gong Chansik, Park Chanyeol, Han Yoo (OC)
Promt : "Aku tak perlu mendengar apapun. Hanya dengan melihat saja aku sudah tahu. Inilah ketakutanku selama ini."-- Hey, Womanizer karya dreamywinter
Summary : Han Yoo-gadis yang terlalu sering dihukum oleh guru-tiba-tiba diajak sahabatnya yang notabene siswa teladan untuk bolos seharian. Dan coba tebak apa yang mereka dapatkan hari itu?
-
"Kau sudah membuat tugas matematika?"
Chansik mengangguk sepintas lalu mengeluarkan buku paling lusuh dari tasnya. Aku langsung merampasnya tanpa anggun mengingat sepuluh menit lagi Gonghyun seonsaengnim akan menghajarku habis-habisan dengan penggaris 60 cm-nya itu jika aku tidak mengumpulkan tugas yang ini. Beliau selalu kejam. Seperti malaikat penunggu neraka paling panas. Dan anehnya menjadi guru kesayangan Chansik si culun.
Ia kembali menyesap teh hangatnya sambil melihat ke jendela luar. Ia selalu melihat ke jendela dan duduk di dekat jendela, entah apa yang ia sukai dari tempat itu. Duduk bersebelahan dengan jendela menurutku adalah hal terhoror di dunia setelah brokoli. Bagaimana kalau di jam tambahan dan tiba-tiba kau melihat "seseorang" dengan rambut panjang dan gaun putih berlari kesana kemari mengganggu konsentrasi belajarmu? God. Belum lagi kalau tiba-tiba-mana tahu saja-ada yang ingin bunuh diri dan terjun dari lantai lima sekolah dan kebetulan kau melihatnya. Siapa tahu.
"Yoo-ssi, kembalikan..."
Aku mencatat sekuat tenaga dan harus mengembalikan buku ini kepada Chansik sebelum malaikat maut meletakkan penggaris kayunya itu diatas meja. Selesai.
"Gomawo," bisikku.
Semua berdiri dan memberikan salam kepada malaikat maut. Belum lagi pantatku bersandar di bangku, kami semua sudah dikejutkan dengan gebrakan penggaris kayunya, terlebih lagi kami-kecuali Chansik sialan itu-merasa telah diberi kejutan karena kami tiba-tiba kuis mendadak.
"Kumpulkan tugas minggu lalu. Han Yoo, berikan tugasmu."
Aku menyeringai kecil. Kali ini aku tak akan dihukum! Hari ini tidak ada dosa yang harus kubayar dengan malaikat maut ini. Aku melenggang santai dan mengumpulkan buku yang hampir tak pernah kusentuh. Tak lupa kuterbangkan senyuman termanisku untuk Gonghyun ssaem karena merasa bahwa kali ini aku menang.
"Keluarkan kertas selembar."
Dan semua menjadi hening, mencekam, seperti diancam oleh pembunuh, kami pun terhipnotis untuk melakukan apa yang beliau katakan. Beliau mulai menulis mantra-mantra sialan yang sama sekali aku tak tahu dari mana datangnya. Aku melirik Chansik yang berada diseberang kiriku. Ia terlalu mahir untuk ukuran kelas ini. Demi larva kuning dan larva merah, ia bahkan langsung menulis jawabannya tanpa berpikir. Ya Tuhan, kapan kau hibahkan otak Chansik kepadaku?
"Psst...Psst..."
Chansik menoleh, syukurlah.
"Kalau kau sudah selesai tuliskan jawabanmu lalu lempar ke arahku. Ok?" Jelas aku mengisyaratkan kalimatku. Kalau malaikat maut itu mendengar suaraku, bisa-bisa aku langsung menemui ajalku.
Chansik mengisyaratkan 'ya'. Dan aku sudah sedikit tenang karena di sebelahku ini terlahir menjadi malaikat penolongku.
Chansik dan aku sejak kecil sudah bersama-maksudku bukan dijodohkan seperti yang kalian bayangkan-kami bertemu di taman bermain kanak-kanak setiap hari Minggu dan ternyata oh ternyata ibunya dan ibuku merupakan teman semasa remaja. Dan berakhirlah kami seperti ini. Klise sekali bukan? Tapi Chansik teman yang manis-berhubung dari dulu hanya dia teman baikku-dan selalu bersikap apa adanya. Terkadang jika ia sedang ceria, ia akan menceritakan segala hal-mulai dari adiknya yang main game seharian sampai materi apa yang baru ia pelajari. Tetapi jika ia sedang merasa flat, jangan harap ia akan menyapamu. Malaikat maut meminta tolong saja mungkin ia tak akan menggubris. Tapi untuk saat ini ia tak pernah tak acuh kepada malaikat maut, sih.
Dan semua siswi di sekolah ini selalu dihebohkan oleh dua siswa-Chansik dan Chanyeol. Satu kubu pendukung Chanyeol dan satu kubu pecinta Chansik. Mereka berdua bukan rival yang seperti kalian bayangkan. No. Mereka berdua adalah sahabat karib-Chanyeol adalah sahabat karib Chansik selain aku-sejak masuk high school. Aku lupa bagaimana mereka bisa akrab, yang kutahu Chansik sangat selektif dalam memilih teman. Pokoknya tiba-tiba saja aku sudah berada di situasi dimana Chansik dan Chanyeol sudah berteman 1000 tahun lamanya. Tapi tetap saja aku tak akan menyangka kalau dua bocah ini bisa berteman baik-maksudku mereka berdua dilihat dari sifat aslinya sangatlah jauh berbeda. Chansik yang sedikit moody dan pendiam dan Chanyeol yang tak bisa diam. Jadi wajar-wajar saja kan aku bingung kenapa mereka berdua jadi sangat dekat sekarang. Atau aku merasa tersaingi karena aku bukanlah teman satu-satunya yang Chansik miliki?
"Ya!"
Aku menoleh sekilas. Chansik sedang menggulung-gulung kertas jawaban yang akan ia berikan kepadaku.
"Mau dilempar atau bagaimana?"
Aku tak mengerti dengan isyarat bocah berotak encer, apa ia menggunakan isyarat Alexander G Bell atau semacamnya aku tak mengerti.
"Berikan saja kepadaku."
"Mwo? Kulempar atau bagaimana?"
Aku menyerah dalam situasi seperti ini. Aku sangat yakin 200% si malaikat maut sedang mengawasi kami-masih dalam tahap pura-pura tak melihat-di depan sana. Aku hanya mengisyaratkan dengan tanganku saja. Dan Chansik menjulurkan tangannya...
"Han Yoo!"
Mati aku.
-
Gonghyun ssaem menggebrak penggaris kayunya ke sebelah kami, "jangan bergerak sedikit pun. Kalian saya awasi selama jam pelajaran saya!" Lalu ia masuk lagi.
Aku tak bisa terlepas dari kesucian ketika belajar matematika bersama malaikat maut. Demi kumbang berotot di serial Larva, sepersekian detik Chansik menjulurkan tangannya ia memergoki kami sedang bekerja sama dalam kuis. Bukan hanya aku yang dihukum atas dosa-dosa busuk ini, Chansik ikut dalam penderitaanku. Tapi-untungnya-Chansik tidak terlihat berat hati menjalankan hukuman ini. Terkadang ia terkekeh ketika aku merasa pegal dengan tangan terangkat seperti ini. Moodnya sedang bagus!
"Berhenti menertawaiku."
"Jadi setiap dua minggu sekali ini kerjaanmu di luar kelas ketika pelajaran matematika berlangsung?"
Aku mendelik.
"Aku hanya ingin merasakannya. Tapi ternyata melihatmu mengangkat tangan di sebelahku membuatku ingin tertawa sekeras-kerasnya."
Aku menyenggol badannya dengan sekali gerakan. Tawanya meledak.
"Padahal aku baru saja minum teh. Tapi mengapa terasa haus sekali ya?"
"Pura-pura saja ke toilet. Lalu membeli minum."
Ia menatapku dalam diam.
"Jangan memandangku seperti itu. Kalau kau tiba-tiba jatuh cinta kepadaku, kan aku yang repot."
"Pintar juga kau."
Lalu ia bangkit dan melongokkan kepalanya, "Ssaem, saya izin ke toilet." Sedetik kemudian ia melenggokkan pantatnya di depan wajahku.
"Jangan lupa jatahku."
Ia mengedipkan mata kanannya. Hahahaha aku tak menyangka Chansik yang culun sudah berubah menjadi sedikit menikmati hidup. Sudah kubilang kan, tiba-tiba saja aku sudah berada di situasi dimana Chansik berteman dekat dengan Chanyeol dan ia membawa perubahan yang lumayan signifikan pada diri Chansik. Lihat saja apa yang ia lakukan tadi, seperti bukan dirinya pada beberapa masa silam ketika ia benar-benar seperti pengecut yang selalu bersembunyi di belakangku. Dan itu sedikit membuatku...ya...suka kepadanya. Maksudku Chanyeol.
Aku mengenalnya baru-baru ini-ketika mereka berteman. Tapi entah mengapa aku sudah merasa-apa ya, susah sekali mengatakannya-tertarik dengannya. Memang sih tertarik, tetapi masih belum bisa membuat kupu-kupu di perutku berterbangan seperti yang telah seseorang lakukan terhadapku.
"Psst..."
Refleks kepalaku mengikuti arah datangnya suara itu. Chanyeol menggelindingkan cola di ujung kelas. Aku memberhentikan dengan salah satu kakiku.
"Chansik ke toilet sebentar. Ia menitipkan itu untukmu."
Aku membalas dengan senyuman yang lebar. Ya gila saja kalau aku menjawab dengan nada sangat bahagia. Bisa-bisa malaikat maut di dalam sana langsung menjebloskanku ke dalam neraka yang paling dalam. Seketika ia pergi, Chansik langsung menampakkan batang hidungnya. Ia merangkak agar tak kelihatan dari dalam kelas.
"Aku akan istirahat sebentar. Kau mau minum?"
Aku menganggukkan kepala dengan antusias.
Chansik membuka cola tersebut perlahan, "minum perlahan." Ia menyodorkan cola tersebut dan menegakkan ketika ujung botol menyentuh bibirku.
Rasanya seperti surga di antara neraka. Chansik memang malaikat penyelamatku. Cola yang baru menyentuh tenggorokanku perlahan mengalir ke segala tubuhku. Benar-benar surga. Sesekali ia menjauhkan cola dari mulutku. Terkekeh melihatku mengomel dalam bisikan dan memberiku cola lagi. Chansik selalu membuatku terlihat bodoh dengan tindakan kecilnya. Dan ketika cola yang tersisa hanya tiga tetes, ia sengaja menegakkan botol 180o sampai leherku sakit sekali demi tetesan terakhir air dari surga. Ia tertawa lagi.
"Cepat angkat tanganmu sebelum-"
Belum sempat kalimatku selesai, suara gebrakan penggaris kayu hampir memecahkan gendang telingaku. Chansik terdiam, begitu pula denganku. Sepersekian detik malaikat maut itu mengeluarkan kata pertamanya, Chansik menarik tanganku dan berlari menyusuri koridor. Matilah aku.
"Kau gila?!"
Demi larva kuning yang suka kentut, larinya kencang sekali. Ia tetap berlari sambil menarikku. Cengkeraman tangannya tak pernah merenggang. Sesekali ia mengembangkan senyum dumpling-nya. Manis sekali. Saking kencangnya kami berlari, aku tak tahu kami sedang menuju kemana. Walaupun angin berbisik-bisik menceritakan tangannya yang begitu erat menggenggam tanganku, aku masih bisa mendengar suara tawa renyahnya di antara napas yang tak sempat ia atur. Ia tetap menggenggam tanganku sampai di halte depan sekolah.
-
Dan tiba-tiba saja kami berdua sedang makan di restoran China dengan kupon pasangan. Untung saja aku selalu rajin mengumpulkan kupon, jadi ketika aku hanya membawa beberapa lembar uang aku tetap bisa makan makanan yang enak. Dan lebih untungnya lagi Chansik membawa kartu kreditnya. Jadi tebak kami akan melakukan apa? Bolos sekolah. Biar kutebak ini kali pertamanya Chansik bolos. Manik matanya bergerak liar sedari tadi. Aku menyeruput teh hangat yang baru saja disajikan.
"Malaikat-maksudku Gonghyun ssaem memang terlihat menakutkan, tapi ia pasti memaafkan perlakuan kita hari ini."
Ia tersenyum simpul.
"Cobalah bersikap bebas setidaknya sekali-"
"Aku sudah pernah bolos kok."
Mataku membulat dan hampir menyemburkan teh yang baru aku sesap. Demi larva merah yang selalu marah, aku tak menyangka Chansik ternyata tak seculun yang aku kira. Well, sebenarnya teman macam apa aku yang tidak tahu perkembangan temannya sendiri. Dan, yah, aku sedikit merasa cemburu dengan Chanyeol yang mungin sekarang lebih dekat dengan Chansik dari pada aku saat ini. Kalau diperhatikan baik-baik, memang sih akhir-akhir ini Chansik sedikit menjauhiku. Maksudku menjaga jarak. Kalau kutanyakan hal ini pasti ia tak merasa menjauhiku. Apa hanya aku yang merasa dijauhinya?
"Omong-omong, kita sudah lama tidak main bersama."
Chansik menatapku lekat lalu tersipu.
"Apa kau sedang menyukai seseorang?"
Ia terkejut. Ekspresinya bisa ditebak 200%.
"Ah jadi benar. Sudah ditahap mana kalian?"
Chansik tersipu malu. Semburat di pipinya menyebar. Aku terus menggodanya tapi entah mengapa ada yang bergejolak di dalam sana.
"Tidak ada apa-apa."
"Ayolah. Kita bukan teman yang baru kemarin bertemu kan?"
Ia menggaruk tengkuknya, "Mau nonton film bersamaku?"
"Kalau kau menceritakannya dulu."
-
Chansik berjanji akan menceritakan apa yang ia ingin ceritakan ketika kami sudah di bioskop. Dan ia yang memilih film-dan aku tahu ia pasti sengaja memilihnya-horor yang notabene tidak kusukai. Tapi faktanya ia malah asyik menikmati pemandangan yang menurutnya indah di depan sana dan aku fokus menutup telinga dan mataku. Hasilnya nihil. Ia tidak jadi menceritakan hutangnya. Dan aku dengan bodohnya terus-terusan terkejut karena background music sialan itu sehingga aku lupa untuk memastikan ia menyukai siapa. Shit. Aku tak suka bermain secret game semacam ini. Daripada terlihat takut ditagih, Chansik malah larut dalam sudut sudut pertokoan Myeong-dong.
"Cokelat diskon hanya untuk hari ini!"
Dan aku baru tersadar besok Valentine, yang artinya cokelat di seantero dunia sedang murah dan aku bisa membeli banyak coklat! Mataku mulai menjelajah tiap lapak cokelat yang terbentang di hadapanku. Cokelat Hershey's sepertinya enak. Ah disana ada yang diskon 35%! Tanpa berpikir panjang, aku langsung menarik lengan Chansik untuk mendekati toko tersebut. Dan langsung saja aku memborong sekitar tiga sampai empat batang Hershey's. Gila saja, uang jajanku akan cepat habis kalau aku berlama-lama di Myeong-dong.
"Boleh aku bertanya sesuatu?"
Aku mengeluarkan uang yang tersisa lalu mengangguk mananggapi pertanyaan Chansik. Sejurus iris kami bertemu, ia mengekori setiap gerakanku. Pertanda apa yang ingin ia tanyakan adalah hal sakral dimana orang lain tidak boleh tahu. Ketika aku selesai bertransaksi ia langsung menarikku menuju halte.
"Kau menyukai Park Chanyeol, kan?"
Aku tidak jadi membuka satu bungkus Hershey's yang baru kubeli. Dan tiba-tiba saja perasaanku tak enak. Chansik mengulang pertanyaannya sekali lagi. Ia tidak seperti bertanya, melainkan hanya memastikan. Heol.
"Bukankah seharusnya kau menceritakan hal lain kepadaku dulu?"
Chansik memutar bola matanya, "Aku akan menceritakannya setelah kau menjawab pertanyaanku."
Bus arah tujuan sekolah kami berhenti tepat di depan kami.
"Aku akan mengantarmu pulang. Urusan tas besok kita bisa mengambilnya berhubung besok hari Minggu."
Aku mengangguk saja.
"Jadi?"
Aku menatap kembali ke manik hitamnya yang berusaha menyelidiki dibalik pertanyaan. Ia terlihat sangat penasaran. Bus tujuan rumahku berhenti. Aku melangkah masuk dan mencari bangku paling belakang, "Ya."
Chansik baru meletakkan pantatnya di bangku dan ia mendelik ke arahku, "ya?"
"Ya."
"Jinjja?"
"Ya."
"Kau benar-benar menyukai Park Chanyeol?"
Aku tersenyum simpul dan mengangguk pelan. Ia masih menatapku seakan tak percaya. Sesekali ia memandang keluar jendela, menikmati jalan Seoul di kala senja dan menatapku lagi. Seperti memastikan apa yang sedang kulakukan saat itu juga. Kami tak ada berbicara setelah itu. Dan aku pun lupa untuk menagih hutangnya. Lagi pula ia terlihat seperti tak ingin bercerita apapun. Aku segan ketika ingin menagihnya. Jadi kami terdiam sampai kami tiba di halte dekat rumahku. Bukannya langsung menuju rumahku, ia malah duduk di sudut halte dan memanggilku untuk bergabung dengannya.
"Baiklah aku akan menceritakannya."
"Ini yang kutunggu."
Ia menggaruk tengkuknya, "Tapi berjanjilah kau akan mendengarkan ceritaku tanpa memotong sedikit pun perkataan dariku."
"Oke."
"Aku tak tau mau mulai dari mana-yang jelas aku baru-baru ini menyadari kalau aku menyukainya."
Ia jelas-jelas menatapku dan aku seperti terhipnotis, setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya mengalir perlahan merasuki otakku.
"Di satu sisi aku tidak tahu apakah ia menyukaiku atau tidak."
"Apa kau sudah mencoba mendekatinya?"
"Ya. Dan jangan potong ucapanku."
"Oh oke."
"Dan aku baru tahu ternyata ia menyukai temanku-"
"Chansik-a..." Tunggu dulu, aku tidak salah dengar, kan? Tetap saja, beribu kupu-kupu sialan itu berterbangan hingga aku mual.
"Aku menyukai...mu, Han Yoo."
Sekelebat kalimat itu terlontar, aku langsung menggerakkan kakiku menuju rumah. Apakah ini benar-benar nyata? Astaga perutku tak berhenti mengeluarkan sensasi aneh dan ditambah lagi kepalaku serasa tak bisa mencerna perkataannya tadi. Dia menyukaiku?
Chansik menahan lenganku ketika aku hampir sampai di depan rumah, "Aku belum selesai."
Aku menatap kedua manik hitam pekat itu dalam-dalam. Berusaha membongkar apa yang ia sembunyikan. Apakah itu benar atau tidak. Sebagian diriku berkecamuk, sebagiannya lagi luluh. Hingga aku tak tahu harus berbuat apa. Kakiku lemas, perutku mual, dadaku sesak. Gejala aneh apa ini?
"Aku-tak mau munafik juga kalau aku tak menuntut apapun. Tapi yang jelas aku memang ingin mengatakan ini kepadamu."
"Lalu setelah ini?"
Ia menggaruk tengkuknya lagi.
"Gong Chansik-ssi, dengar aku baik baik. Mungkin kau merasa nyaman ketika denganku atau semacamnya dan kau mengira kau benar-benar menyukaiku. Kau memikirkan perasaan aneh apa yang tiba-tiba datang kepadamu ketika kau memikirkanku. Dan kalau boleh jujur, aku memang nyaman dan sangat sayang denganmu. Tapi dengan keadaan seperti membuatku tidak yakin-"
"Han Yoo, dengarkan aku sebentar-" Chansik menggenggam tanganku erat sekali.
"Aku tak perlu mendengar apapun. Hanya dengan melihat saja aku sudah tahu. Inilah ketakutanku selama ini. Bagaimana kalau ternyata hubungan yang kita jalin tak sepanjang cerita ketika kita berteman baik? Lalu kita putus dan tak mengabari satu sama lain. Hal itu membuatku semakin sedih. Jadi tolong, tolong jangan jadikan ekspektasi pahitku menjadi realita. Aku tak mau harus berjauhan denganmu-apalagi kau menjauhiku."
Genggamannya mengendur, tapi aku masih bisa merasakan hangat tangannya, "Itu artinya kau tak mau putus?"
Dan entah ada angin apa aku mengangguk.
"Bagaimana dengan Park Chanyeol?"
"Aku hanya menyukainya. Dan untuk saat ini aku tak ingin menjalin hubungan apapun karena ketika aku jatuh di tempat yang salah, aku akan susah untuk berdiri dan berjalan meninggalkan tempat itu."
"Bagaimana kalau ternyata aku bukanlah tempat yang salah?"
"Hanya yang serius yang benar. Tapi terkadang yang serius bisa jadi salah juga."
"Jadi kau hanya ingin hubungan yang serius?"
Sepersekian detik ia berbicara seperti itu, matanya diam terpaku memaut tatapan mataku untuk tidak lari dari tatapannya. Dan kupu-kupu sialan itu berterbangan lagi di perutku.
"Baiklah aku akan mencoba serius dan tak akan pernah meninggalkanmu." Bagaikan mantra super, aku langsung terhipnotis dengan perkataannya. Ia mengecup dahiku sekilas, "Aku pulang dulu. Istirahatlah, besok aku akan menjemputmu."
Aku masih tak sadarkan diri. Apakah ini benar-benar terjadi? Chansik benar-benar mengecup dahiku? Apa Chansik benar-benar mengatakan bahwa ia menyukaiku? Apa ini mimpi? Chansik telah berjalan kurang lebih dua puluh langkah dan aku masih membeku menatap punggungnya yang lebar. Ia membalikkan badannya lalu tersenyum serta melambaikan tangannya.
Jadi mulai saat ini kami...pacaran?
-end-Note : Kalimat "Aku tak perlu mendengar apapun. Hanya dengan melihat saja aku sudah tahu. Inilah ketakutanku selama ini." Diambil dari fanfiction Hey, Womanizer karya dreamywinter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Blended
FanfictionKumpulan challenge ff dari anggota Typeclass kami (kakao a dan kakao b) Feel free to read and give feedback by giving comment and vote^^