Khawatir

74 7 2
                                    

Selesai mencuci piring, Alexa mengganti bajunya, bersiap untuk pergi ke cafe mencari udara segar. Diruang tengah, Kevin penasaran dengan Alexa yang memakai pakaian rapi, walaupun hanya dengan kaus berlengan panjang, celana jeans, dan juga jam tangan yang dipasang ditangan kiri.

"Sayang, kau mau pergi kemana?" Kevin beranjak kearah Alexa.

"Sudah kubilang jangan panggil sayang!, kita tidak ada hubungan apapun. Aku mau pergi keluar untuk mencari udara segar" Alexa membelakangi Kevin dan melangkahkan kakinya tapi tangannya ditahan oleh Kevin. 

"Kenapa lagi?" Alexa memutar badannya bosan, menatap Kevin agar berhenti dengan tingkahnya.

"Kenapa tidak dirumah? Kau bisa bermain denganku. Lagipula cuaca diluar sedang sangat panas, kulitmu bisa hitam nanti" Kevin menatap Alexa dengan mata puppy eyes andalannya berusaha agar Alexa mau menerima ajakannya.

"Tidak. Aku lebih baik keluar dengan cuaca yang panas itu daripada bersamamu"

"Kalau begitu, apa aku boleh ikut?"

"Maaf Kevin. Kau tidak bisa, diluar sangat panas nanti kulitmu jadi hitam" Alexa mengulang kembali perkataan Kevin padanya sehingga disini Kevin merasa ucapannya berubah menjadi senjata makan tuan. Alexa pergi meninggalkan Kevin sendirian.

Sesampainya di cafe, Alexa menyapa karyawan yang lain, duduk disalah satu bangku pengunjung. Joshua menghampiri Alexa mengajak dirinya untuk berbincang-bincang lagipula pelanggan sedang sepi.

"Hai Alexa. Kurasa kau hanya bekerja satu hari saja disini"

Itu memang benar, Alexa sempat bekerja satu hari dicafe karena Carla yang menyuruhnya bekerja terlebih dahulu sebelum memberikan jawaban atas tawaran yang diberikan.

"Hahaa, iya. Aku bekerja ditempat lain sekarang. Pekerjaannya tidak terlalu sibuk dan tidak terlalu melelahkan"

"Wow. Kau sangat beruntung. Di zaman sekarang sangat susah mencari kerja paruh waktu di Indonesia" ucap Joshua.

"Ah, iya. Aku memang beruntung"

Sinta, salah satu karyawan di cafe memperhatikan dengan saksama kedekatan Joshua dengan Alexa. Ia sangat sedih ketika melihat Joshua tertawa bukan karena dirinya melainkan karena wanita lain.

Joshua adalah pria yang selalu Sinta kejar cintanya, walaupun Joshua tidak pernah memberikan harapan ataupun tanggapan kepada Sinta biarpun begitu ia tidak pernah merasa putus asa sehingga ia berjuang lebih keras berharap Joshua akan luluh dengan perjuangan yang Sinta lakukan.

Tapi itu semua sia-sia karena sekarang Sinta sadar bahwa tidak ada harapan sama sekali, Joshua terlihat bahagia saat berada didekat Alexa.

"Joshua! Kau bisa membantuku mengangkat barang ini? Ini sangat berat" panggil Tristan yang juga salah satu karyawan di cafe. Joshua pamit pergi kepada Alexa.

Setelah Joshua pergi, Alexa mengangkat tangannya, memanggil Sinta untuk memesan minuman.

"Mau pesan apa?" Sinta mengeluarkan catatan kecilnya bersiap untuk menerima pesanan dari Alexa.

"Aku pesan chocolate latte 2" Sinta membacakan ulang pesanan Alexa lalu pergi untuk membuatkan pesanan tersebut.

Selesai menyiapkan, Sinta mengantarkan pesanan Alexa ketika mau pergi Alexa menghentikannya.

"Kau Sintakan? Kemarilah, temani aku minum. Aku tidak bisa minum 2 gelas coklat" ajak Alexa pada Sinta.

"Maaf, tapi tidak bisa. Aku harus bersikap profesional disini" Alexa cemberut mendengar penolakan dari Sinta.

Puzzle About LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang