Aku mencoba berlari sekencang mungkin. Menyusuri hutan lebat yang sangat gelap. Aku tak tahu kapan pagi akan datang. Aku merasa malam ini sangat panjang.
Suara-suara aneh muncul dari berbagai penjuru hutan ini tetapi yang paling aku takutkan adalah suara langkah seseorang yang kini mengejarku. Aku takut dia dapat menyusulku. Dan bugh aku terjatuh karna tidak memperhatikan jalan. Kakiku sangat sakit, aku tidak kuat untuk berdiri.
Kudengar suara langkah itu semakin mendekat. Aku terus berusaha bangkit tapi nihil, sekarang kakiku tidak dapat di gerakkan. Aku merangkak, berusah pergi dari tempat itu.
"Kenapa kau lari dariku sayang" dia berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan wajahku.
"Pergi kau!!! Aku tidak mau mati di tangan makhluk sepertimu" aku berteriak sekencang mungkin berharap makhluk di depanku ini pergi dan mengurungkan niat nya membunuhku.
"Tenang saja sayang, aku akan melakukannya perlahan dan penuh cinta. Kau tidak akan merasa kesakitan" dia mengeles rambutku lembut seolah-olah dia sangat menyayangiku. Tapi setelah itu dia tersenyum, bukan senyuman hangat melainkan senyuman kejam senyum seorang pembunuh berdarah dingin.
Air mataku menetes saat kurasakan tangannya mulai turun dan mengelus leherku perlahan. Apa harus begini? Apa aku harus mati di tangan makhluk menjijikan ini yang sialnya sangat aku cintai.
"Damian...." aku meringis menyebut namanya saat kurasakan taringnya yang tajam menembus pembuluh darah di leherku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Jessica sayang kau kenapa?" Kulihat ibu sudah duduk di sisi ranjang ku. Tatapannya begitu terlihat khawatir.Kulihat keadaan sekelilingku, aku masih dikamarku. Ternyata itu semua hanya mimpi. Tapi kenapa begitu terasa nyata? Bahkan sakit di hatiku masih sangat nyeri.
"Sayang, kau baik-baik saja kan? Kenapa kau melamun?" Ibu kembali mengelus rambutku.
"Aku tak apa bu hanya mimpi buruk" aku mencoba sebisa mungkin terlihat tenang.
"Yasudah kembalilah tidur" ibu mengecup keningku singkat dan keluar dari kamar ku.
******
"Jessy tunggu" seseorang menarik pergelangan tangan ku dan membawaku ke lorong kampus yang sepi.
"Lepaskan aku Damian. Aku benci kau. Aku benci kalian" aku meronta sebisa mungkin mencoba melepaskan diri.
"Please Jessy dengarkan aku, aku tidak akan menyakitimu, aku mencintaimu" Damian menggenggam kedua pergelangan tanganku. Aku dapat melihat kejujuran dimatanya. Tapi aku takut, takut dia menghianati ku dan menyakiti aku dan keluargaku.
"Aku...aku tidak mau percaya dengan kalian" tanpa bia aku tahan air mataku jatuh kepipiku.
"Aku sungguh mencintaimu Jessica" Damian memelukku. Awalnyaaku berontak dan berusaha meloloskan diri. Tapi tubuhku mengkhianatiku.
Tubuh ini meras sangat nyaman didalam pelukannya. Pelukan yang sangat dirindukan. Akupun perlahan berhenti berontqk dan menerima pelukannya.
Cukup lama kami berpelukan hingga dia melepas pelukannya dan menarik daguku.
"Aku sangat mencintaimu Jessica. Kumohon percaya padaku, dan jangan pernah kau meninggalkanku" nada bicaranya sungguh terdengar sangat tulus. Lalu dia mencium bibirku dengan lembut, sangat lembut hingga membuatku seperti terbang kelangit ketujuh.
_________Maaf baru update trus pendek bnget. Aku dah berusaha bnget update hari ini tapi apa daya mata ini tak mendukung.
Aku harap kalian gx kecewa yah dan terus baca cerita ini.
Thanks buat kalian yg udah kasih voment, love u so much ♥♡♥
Ayo dong yang belum kasih voment, tinggalkan jejak kalian.
See you next part...
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Vampire
Vampire"Aku benar-benar benci dengan makhluk bernama Vampire. Bagiku meraka hanya monster yang tak punya hati yang telah membunuh ayahku" ~Jessica Pears~