Chapt 2

12 3 0
                                        

BRUKKK

Gebrakan tangan seseorang mengagetkan cewek yang sedang asyik memandangi ponselnya itu. Sontak dia pun terkejut dan langsung menghadap ke pelaku dengan tatapan membunuhnya.

"Heh lo ngalamun aja terus liatin ponsel mulu, kalo jodoh mah gak kemana," ucap pelaku tanpa menghiraukan tatapan cewek itu.
"Syirik itu tanda tak mampu kawanku," balas si cewek itu dengan nada membunuhnya.
"Buat apa juga gue iri sama lo, lo mah stuck nya disitu doang. Ngomong ama orangnya aja gak berani, cupu amat sih lo," si pelaku tak mau mengalah dengan ucapan si cewek itu. Walaupun emang kenyataannya dia juga ingin merasakan jatuh cinta seperti cewek itu juga.

"Lo laper kan? Udah ayo ke kantin gue traktir apa mau lo,"

"Apaan lo mah ngibulnya banyak, kemarin juga ngomongnya gitu ternyata apaan? Lo cuma ke kantin buat liatin doi lo makan," sewot si pelaku. Ini tidak sekali dua kali dikibulin sahabatnya itu, dia sudah tau persis apa yang akan dilakukan cewek itu ketika di kantin. Hanya dengan bertemankan segelas es teh dan memandangi gebetannya , dia gak pernah mau beranjak dari tempat duduk itu, sampai-sampai dia lupa bahwa dia memesan es teh.

"Kali ini enggak deh, tapi makannya di Pak Alek ya, kan porsinya banyak. Gue tau lo kan kalo makan gak kenal kenyang," cewek itu sudah berdiri siap untuk meluncur ke kantin.
"Lo punya kaca gak? Gue pinjemin kalo gak punya. Apa mau gue beliin?"  Walaupun masih menggerutu namun dia juga berdiri dan siap meluncur ke kantin.

***
"Pak, nasi rames satu. Es teh nya tiga,"  ucap enteng pelaku pada Pak Alek. Sontak si cewek pun menoleh, dia heran dengan perkataan temannya tadi yang memesan es teh tiga. Padahal mereka hanya berdua pergi ke kantin.

"Ngapain es teh nya tiga?"

"Gue mah kalo cuma segelas seret banget, segelas itu cuma lewat doang," jawabnya enteng si pelaku.
"Dasar gentong lo," temannya yang satu ini emang gak pernah minum selayaknya orang biasa.

***
Cewek itu, Gema namanya. Mencari tempat duduk untuk menemani temannya Rara makan. Dia mendapat tempat dekat pojok karena hanya itu yang tersisa, jam segini sudah tak ada lagi yang namanya meja kosong. Sambil menunggu temannya itu mengantri makanan, dia memainan ponselnya.

Saat sedang fokusnya memainkan hape, dia mendengar suara yang sudah dihafalnya luar kepala sedang mengobrolkan pertandingan futsal dengan teman disampingnya itu. Dia ingin mencari sumber suara itu, namun dia tak berani, dia tak tau alasan mengapa dia tak berani namun dalam hati kecilnya sangat takut untuk sekedar menengok.

"Es teh nya di minum dulu kalik, gak usah serius amat liatin hape. Itu orang nya ada disamping kanan meja kita," Rara datang meletakkan pesanan mereka dan memberitahu letak dimana gebetan si Gema berada. Gema tak tau mengapa memanggilnya gebetan, bahkan suruh ngomong sama si gebetan aja gak berani.

"Banyak omong lo, ini minum yang banyak biar otak lo sehat," balas Gema sambil mendorong es teh nya kepada Rara.
"Songong lo, emang gue gentong apa minum banyak gini?" Gema pun terkekeh dengan pertanyaan sahabatnya itu.

Gema sudah tak nafsu lagi untuk minum atau apapun dia hanya fokus kepada percakapan yang tadi dengarnya, walaupun dia tak tau apapun tentang futsal namun dia tetap fokus mendengarnya.
Tak lama suara kedua anak itu hilang, dan kemudian lewatlah dua anak manusia itu di samping Gema.
Gema yang melihatnya pun langsung mengambil napas dalam, dia lantas melihat punggung kedua anak itu. Salah satunya adalah punggung favorit Gema yang katanya gebetannya.

"Itu mata udah kering kalik kalo gak lo kedepin," ucap Rara.
"Apasih lo iri aja," sahut Gema sambil menyeruput es tehnya.
"Basi lo ah, udah yuk balik kelas gue kenyang. Sono lo bayarin gue tunggu sini," Rara masih berusaha menghabiskan es teh keduanya, walaupun perutnya kenyang namun menurutnya es teh itu mubazir kalo gak dihabiskan.
"Wuu dasar lo, temen beneran lo," sahut Gema dan sudah siap berdiri untuk membayar pesanan.

***

Be YoursWhere stories live. Discover now