Edelweiss 1

249 9 32
                                    

17-Juni-2007

Story begin...

Sekumpulan anak remaja sedang asik mengelilingi api unggun sambil saling bercerita satu sama lain. Mereka melenyapkan rasa dingin yang menusuk hingga ke sumsum dengan bercerita kisah sedih, dan juga cerita-cerita lucu dan konyol sampai mereka tertawa tanpa henti, hingga tak terasa larut pun menjemput.

'Kupetik bintang, untuk kau simpan. Cahayanya tenang berikan kau perlindungan. Sebagai pengingat teman, dan juga s'bagai jawaban semua tantangaaaan....'

Lantunan lagu band kesayangan mereka terdengar dari tape mini compo yang tak pernah tertinggal kemanapun mereka berpetualang.

"Tri, si Bagas ke mana?" tanya seorang pemuda kira-kira berumur 24 tahun pada pemuda yang berada di sebelahnya.

"Katanya sih, tadi dia mau kencing, Yon." jawabnya dengan dialek khas jawa yang kental. "Tapi ndak tau juga yo, kok lama gini." lanjutnya sembari celingukan mencari-cari pemuda yang dimaksud, Bagas.

"Lo tau nggak, Re?"

"Nggak tau kak Dion, mungkin masih di toilet." gadis itu mengendikkan bahu.

"Masa ndak tau, kamu kan pacarnya, Re." sambar Triyono.

"Mas Tri, aku kan dari tadi di sini. Gimana sih." ucapnya sedikit sewot. Ia membenahi letak ujung syalnya yang barusan terjatuh.

Pemuda yang bernama Dion itu pun berdiri dan menarik resleting jaket tebalnya hingga ke leher.

"Kalian masuklah ke tenda masing-masing, biar gue sama Triyono yang nyari Bagas." lalu dia beralih pada pemuda seumuran dengannya yang masih menikmati kopi moka kesukaannya. "Ris, wooy Risman!"

"Kagak usah tereak napa, gue kan lagi minum, makanya nggak nyaut. Nggak punya mata lo ye? Ck." Risman menyimpan gelas stainless-nya di atas bebatuan, dan mendongak menatap Dion sang ketua grup hiking kali ini.

"Gue harap lo bisa jaga sendirian selama gue ama Triyono ninggalin tempat kemah."

"Siap bro, tenang aja sir Dion putra mahendra." ujar Risman sambil menempelkan tangan kanannya ke bagian dahi. Sepertinya dia sudah melupakan rasa dongkolnya barusan pada Dion.

"Hey, Reina. Yakin kamu ndak ikut nyari Bagas toh?" seru Triyono tiba-tiba.

"Tri, lo jangan ngaco! Nggak mungkin Reina ngikut, dia kan cewek, lagian ini udah malem." cerocos Dion.

"Ya kali aja, kan Reina pacarnya. Apa ndak khawatir ama keadaan Bagas, gitu. Siapa tau kan Bagas nyasar."

"Tck, hey jawir! Jangan sembarangan lo kalo ngomong ye, gue beri juga nih anak."

"Iya Yon, lu sewot amat yak." Triyono meringis dan mengambil senter berukuran besar dari dalam tas ranselnya.

~~~~~~~

"Re, lo tau nggak, kemana Bagas pergi?" celetuk Vivi saat sedang membenahi tempat tidur mereka di dalam tenda.

"Mana ku tau, dia udah gede bisa ngurus sendiri."

"Elaaah, ditanya gitu doangan, sewot." hardik Vivi yang kini berada di sebelahnya. "Udah sono, lo belum sholat 'kan?" lanjutnya. Reina nyengir sambil sesekali meniup tangannya yang terasa beku setelah wudhu tadi. Padahal ini sudah hampir jam 12 malam, jangan ditiru ya guys hehe...

Untungnya tenda yang mereka dirikan berukuran tinggi dan bisa untuk berdiri, jadi tidak usah membungkuk bila berada di dalam. Tenda milik Vivi tentunya, dan kemanapun Vivi hiking, dia selalu membawa tenda kesayangannya itu.

EdelweissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang