Lee Hyeri harus merelakan cinta pertamanya yang berakhir menyedihkan. Ia pun pindah ke seoul untuk memulai hidup baru dengan Ayah serta kakak tirinya. Namun, sang kakak sangat sulit ditemukan.
Berbagai kejadian berlangsung di sekolah barunya. Ia sec...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Semakin lama alunan Beethoven itu mengalun lembut memanjakan telinga siapa pun yang mendengarnya. Memori-memori kecil yang Indah, namun mengandung kesedihan berkumpul dan mulai memutarkan bayangannya.
"Deng!"
Suara piano itu terhenti. Para penonton dibuat bingung karena belum siap dengan akhir dari permainan itu, memori mereka belum berhenti berputar, mereka meminta lebih. Pandangan itu jelas ditunjukan pada Taehyung yang berubah menjadi seorang pianis untuk sementara waktu. Lelaki itu tersenyum, jemari-jemari panjang miliknya mulai menekan kembali tuts putih.
"Ting." Dia menggoda para penonton yang penasaran.
"Apa yang dia lakukan? Itu bukan moonlight sonata, apa dia berniat mengacaukannya?" gumam Hyeri yang terus mengamati.
Alunan piano berganti cepat, dari beethoven menjadi sebuah lagu yang berbeda. Taehyung mengedipkan sebelah matanya, membuat para penonton berteriak histeris.
I heard that you've settled down
That you found a boy
And you married now...
Piano itu terus dimainkan, walau bukan lagi moonlight sonata, tapi tak ada yang berubah, permainannya masih menyentuh hati. Terlebih dengan dipadukan suara berat dan penuh perasaan milik Taehyung, ia semakin sempurna menyanyikan lagu populer Someone like you dari Adele.
Suaranya berat dan penuh penghayatan, itu terdengar seperti dia terluka ketika bernyanyi. Suaranya membuat merinding melalui tulang belakang, itu menyentuh hati.
Sometimes it last in love
But sometimes it hurt instead
Ooohhh....
Semua yang menyaksikan berdiri memberi tepuk tangan, bahkan sang guru yang sempat melarangnya tampil hanya bisa terdiam, begitu juga dengan Hyeri, ia merasa kalah telak. Ia memang telah salah menuduh Taehyung. Hanya dengan permainan piano serta suara yang begitu merdu, bukankah sudah cukup sebagai bukti betapa Taehyung itu berbakat. Hyeri tidak akan menutup mata dan telinga hanya karena tidak ingin mengakui kesalahan.
Taehyung beranjak dari duduknya, kembali melangkah mendekat pada Hyeri yang termangu.
"Kau melihatnya 'kan?"
"Huh?"
"Bakatku." Pamernya
"Engg ... " Hyeri masih saja ragu untuk menjawab, meski di dalam hati telah berteriak jika Taehyung memang memiliki bakat yang luar biasa. Lidahnya kelu, mulutnya seakan membeku. Ia tak dapat mengeluarkan jawaban apa pun.
"Baiklah, aku anggap itu sebagai anggkukan." Taehyung tersenyum, tangannya meraih wajah halus Hyeri yang bersemu merah. "Kalau begitu kau menjadi pacarku sekarang," suruhnya.
"Apa?" Hyeri berusaha mundur, tapi tangan Taehyung masih kuat memegangi wajahnya. "Apa maksudmu, itu tidak mungkin. Aku tidak mau!" tolak Hyeri mentah-mentah.
Taehyung kembali tersenyum, ia menarik lagi Hyeri agar semakin mendekat padanya. Jarak mereka hanya beberapa senti saja, Taehyung mendekatkan wajahnya di samping telinga kanan Hyeri. Ia dapat mendengar desahan napas Taehyung, ia masih kelelahan setelah bermain piano.
"Kau tak mungkin bisa menghindariku, itu adalah sebuah negosiasi yang aku tawarkan. Yakinlah setelah semua keadaan ini kau akan sangat menderita, tapi jika kau menjadi pacarku hal itu tidak akan terjadi," bisik Taehyung.
"Haishh, tidak, aku tidak memerlukan bantuanmu." Hyeri menyingkirkan tangan Taehyung, lalu mundur dua langkah untuk menjauhinya.
Taehyung tertawa dan sungguh itu membuat Hyeri kesal.
"Kita lihat saja nanti. Datanglah padaku, aku hanya memberimu waktu 1 minggu. Lebih dari itu, kau akan merasakan neraka dariku!" Ancamnya, lalu ia pun pergi bersama Jimin.
Gerombolan siswi-siswi yang mengakui sebagai fans dari Wangja pun ikut angkat kaki dan menyisakan ruangan kesenian menjadi lengang. Hyeri masih berdiam diri sendirian. Tubuhnya enggan untuk beranjak, ia masih dipenuhi rasa penasaran. Bahkan, sempat terkecoh dengan penawaran Taehyung. Alasan Taehyung yang tiba-tiba ingin menjadikan Hyeri sebagai pacar sungguh tidak wajar, mungkin menolak adalah pilihan terbaik. Pun belum tentu setelah menjadi pasangan Taehyung ia bisa lebih aman.
"Hyeri-ah," tegur Jihee.
"Kau masih di sini, aku pikir semua orang sudah pergi."
"Tidak, bukan hanya aku, tapi Suga Sunbae-nim pun dari tadi terus memperhatikanmu. Tatapannya juga menyeramkan, apa kau bermasalah juga dengannya?" tanya Jihee khawatir.
"Yoongi," gumam Hyeri.
Lalu Hyeri menoleh dan mencari di mana sosok lelaki yang masih ia cintai itu. Mengapa Jihee tak memberitahunya sejak tadi, tapi bukankah semua itu sudah tak penting lagi. Yoongi sudah memperjelas mengenai hubungan mereka berdua tadi, lalu apa sebenarnya yang masih Hyeri harapkan.
"Jihee, Maaf, kau duluan saja ke kelas," suruh Hyeri sopan.
"Kenapa?"
"Ada beberapa hal, pergilah."
Jihee mengangguk.
Jihee telah pergi dan kini hanya tersisa Hyeri dan juga Yoongi yang sibuk saling bertatapan. Dengan ragu Hyeri mendekat pada kakak tirinya itu.
Ia merasa bingung dengan pandangan yang diberikan oleh Yoongi, bahkan ia tak bersuara sedikit pun. Itu membuat Hyeri merasa tak nyaman dan seakan telah membuat kesalahan besar terhadapnya.
Tak berniat mengatakan apa pun, Yoongi kemudian meninggalkan Hyeri.
"Tunggu," cegat Hyeri.
"Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau berniat menolongku dari Taehyung? kau tahu dia tidak baik dan kau mengkhawatirkanku kan?" tanya Hyeri penuh harap.
"Kau mendengar apa yang Taehyung katakan padaku 'kan?" karena terlalu khawatir Hyeri tak sadar memegang tangan Yoongi.
"Maaf." Sesalnya.
Yoongi masih tak bergeming, ia hanya kembali menatap Hyeri tanpa berbicara satu kata pun.
"Sebenarnya apa mau, huh?" kesal Hyeri.
Hyeri berusaha untuk mengerti, menahan emosinya dan berbicara dengan nada yang sopan. Namun, lelaki itu malah mempersulitnya, malah membuatnya bertambah kesal saja. Jika tak ada satu kata pun yang ingin disampaikan, lalu apa tujuan ia datang ke tempat ini? Membuat Hyeri kebingungan saja—semakin sulit membenci Yoongi.