.

.

.

"Wahh, Natsume-kun hebat sekali. Aku masih belum bisa di bagian itu" kataku memandangnya kagum setelah kami bermain dengan banyak lagu klasik.

"Hahaha, Terima kasih" dia menjawab dengan tersenyum.

Aku yang melihat nya hanya tersipu. Kenapa para pria sangat tampan jika tersenyum?

 Kenapa para pria sangat tampan jika tersenyum?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya Natsume Jouji. Kelas 2-C. Meskipun tubuhnya tidak setinggi Kenichi, namun dia tetap kukategorikan sebagai pria tinggi, kulitnya yang putih, matanya hitam, rambutnya yang hitam dan di light cokelat terang di tiap ujungnya, pandangannya yang tenang, senyumannya yang teduh, pribadinya yang ramah, membuat semua orang merasa nyaman dekat dengannya.

Tidak heran, dia menjadi cowok populer di sekolah. Dan rumornya, dia itu adalah putra dari keluarga yang memegang perusahaan besar.

BRAK!

Tiba-tiba pintu ruang musik terbuka. Terlihat sosok besar dengan wajah yang sangat menyeramkan. Dia melihatku marah.

"Disini kau rupanya. Aku mencarimu kemana-mana" kata Kenichi dengan kesal.

Kulihat dia terengah-engah, dengan jas gakuran nya yang tidak dipakai dan kemeja putihnya yang agak kotor, tanda bahwa dia sudah berurusan dengan debu dari peralatan.

"pffttt, ternyata kau. Kukira ada monster raksasa jelek yang mau memakanku hidup-hidup" aku pun membalas dengan menahan tawa.

Kulihat alisnya menukik tajam. Tanda bahwa dia benar-benar kesal.

"Mau sampai kapan kau terus disini hah?! Hari sudah sore" kata Kenichi dengan nada yang sedikit tinggi. Mungkin leluconku menyinggung nya tadi. Dan...aku tidak sadar bahwa hari sudah sore. Langit sudah berwarna jingga.

"Wahh benar juga. Tidak terasa ya" ujar Natsume-kun.

"Lebih baik kau pulang, Ishika-san. Terima kasih untuk permainannya hari ini"

"Um" Aku membalasnya dengan senyum kecil.

Dia pun keluar dari ruang musik. Aku segera membereskan semua alat musik dan keluar ruangan. Kenichi sudah menungguku di depan pintu.

"Kau bermain gitar seharian dengannya?" Tanya Kenichi curiga.

"Iya" jawabku.

"Heee, sou ka".Dia hanya menjawab sekedarnya.

Entah hanya aku, apa nada bicaranya tadi seperti tidak suka? Entahlah...

.

.

.

Hari festival pun tiba. Semua kelas sibuk menyiapkan persiapan terakhir untuk stand mereka. Kelas kami pun sudah dirombak menjadi lorong-lorong penuh liku dengan cahaya yang redup sekali dan dihiasi segala bentuk yang menyeramkan.

Bass, Love & DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang