Angin sejuk menyerbu tubuh dua orang remaja yang tengah berjalan bersama ditaman. Sejuk dirasa menelusup kecelah jahitan pakaian yang mereka pakai.
Chanyeol menatap gadis disampingnya yang tengah memakan ice cream coklat. Rambut panjang yang tergerai itu terbang dengan penuh irama karena tertiup angin, memperlihatkan betapa cantiknya gadis itu dengan wajah berpoles make up tipis. Bibir merah muda yang bernoda ice cream coklat hingga lidah kecil itu mengusapnya. Hidung mungil yang terbentuk alami namun menarik. Mata yang tak terlalu bulat namun terlihat indah. Ia sadar jika selama ini ia tidak pernah melihat gadis sesederhana Eunji dengan hati dan sikap yang baik.
Bibir itu tersenyum memandang lekuk wajah disampingnya hingga ia salah tingkah karena sipemilik wajah menatapnya balik.
"Wae? Apa ada yang salah dengan wajahku?" Tanya Eunji terlihat sedikit panik.
Chanyeol dengan rasa tertangkap basahnya itu mencoba bersikap normal dan seketika tertawa melihat tingkah lucu Eunji, ditambah noda ice cream dibibir Eunji.
Pria itu menggeleng, tapi tangan kanannya mengusap noda ice cream itu dibibir Eunji.Terang saja Eunji terpaku dibuatnya. Jatungnya berpacu dengan cepat. Ini lebih dari permainan double speed menurutnya. Pikirannya beku, bahkan tangannya untuk menepis perlakuan Chanyeol saja begitu susah dilakukan.
"Kau ini seperti anak kecil saja" kata Chanyeol geli seraya mengacak rambut Eunji.
Lagi lagi Chanyeol membuat Eunji beku. Beku akan segalanya. Hatinya beku untuk Chanyeol seorang.
➰
"Kau tunggu disini lebih dulu, aku akan membeli tiket, minuman, dan popcorn, tidak apa-apa bukan?" Tanya Chanyeol yang diangguki oleh Eunji.
Eunji tersenyum menatap punggung Chanyeol yang menjauh. Ada rasa disana. Rasa dimana ada perhatian, peduli, dan kasih sayang.
Eunji melamun, ia harus menepis dengan kuat rasa ingin memiliki Chanyeol. Tidak mudah bagi seseorang untuk berpindah ke lain hati hanya dalam kurun waktu beberapa minggu. Luka mungkin saja ia dapat saat kenyataan pahit bahwa hati Chanyeol bukanlah untuknya namun untuk orang lain.Saat waktu itu tiba mungkin ia sudah tak lagi bisa berharap pada siapapun. Harapannya sudah tertimbun pada Chanyeol. Saat itu perih akan ia rasa pada harapannya sendiri yang tak terwujud. Kecewa mendalam akan angan yang penuh dengan kekukuhan untuk memiliki Chanyeol. Ia tak ingin menelan pahit karena sebelah mata Chanyeol masih memandang orang lain dan bukan menggunakan dua matanya untuk memandang dirinya.
Hati tak semudah itu untuk berpindah.
"Tidak masalah bukan jika kita menonton film romance? Aku pikir kau akan menyukainya" celetuk Chanyeol berhasil mengusir angan Eunji.
Gadis itu tersenyum seraya mengangguk.
Dengan senyum indahnya Chanyeol mengambil duduk didepan Eunji. "Kita akan menonton sepuluh menit lagi" katanya seraya meletakkan tiket di atas meja.
"Apa film yang kau sukai? Maaf aku tidak bertanya lebih dulu padamu" kata Chanyeol membuka pembicaraan. Sepuluh menit bukan waktu yang singkat untuk menunggu.
"Tidak apa-apa, aku juga menyukai romance" tanggap Eunji.
Jujur saja ia tidak terlalu menyukai film romance. Membosankan menurutnya. Kisah yang sama selalu diulang kembali dan akhir yang didapat tidak jauh beda. Menjengkelkan juga menurut Eunji, ketika kehidupan dilayar kaca lebih manis ketimbang kisah cintanya membuatnya berontak kenapa kisahnya tak semulus itu. Kenapa harus luka dan perih yang sering ia dapat?.
Tidakkah hati juga merasakan lelah?. Lelah untuk berharap dan terus menunggu.
"Aku begitu gugup sekarang" kata Chanyeol sambil mengetukkan jarinya diatas meja, sedangkan senyum manis tak pernah luntur dari wajahnya. "Aku tidak pernah secanggung ini sebelumnya" lanjutnya lagi.
Eunji tersenyum simpul. Ada rasa untuk mengerti disana. Ia dan Chanyeol baru dekat beberapa hari dan selama itu tak ada hal yang biasa mereka perbincangkan selain mengingat masa lalu. Masa lalu yang tak pernah surut untuk dibicarakan dan jemu untuk diingat kembali.
Laki-laki itu terlihat menilik arlojinya. Lima menit lagi sebelum dirinya dan Eunji menonton, tapi kenapa terasa lama sekali.
"Aku tidak tahu apa yang harus aku katakan sekarang, bukankah membosankan?" Tanya Chanyeol disertai tawa garingnya. Ia benar-benar gugup sekarang ini."Kau benar" jawab Eunji seraya tersenyum kaku.
Hening beberapa saat. Ini keadaan yang tidak mengasyikkan. Keduanya benci keadaan seperti ini. Kenapa mulut mereka terus diam sementara hati dan fikiran mereka bekerja terlalu keras. Kenapa bibir itu tak mampu menyampaikan semuanya, ketika sesuatu mendesak untuk untuk diucapkan.
"Film akan dimulai, ayo" ajak Chanyeol setelah sebelumnya menilik benda yang melekat dipergelangan tangan kirinya.
Eunji mengangguk, lalu bangkit bersamaan dengan Chanyeol.
➰
"Oppa, apa kau masih menyukai film action?" Tanya Chorong menatap Suho yang duduk dimobil kemudi.
Suho melirik tunangannya sejenak lalu kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan. "Tentu saja, aku merasa aku harus memiliki kekuatan untuk melindungi seseorang"
"Siapa yang kau maksud?" Tanya Chorong menatap Suho dan berharapa ia-lah orang yang ingin Suho jaga selalu.
"Tentu saja... Park Chanyeol, dia namja yang cengeng, hanya aku yang dia miliki"
Chorong mempoutkan bibirnya. Ada kecewa disana. Ada ketidakrelaan disana, tapi disaat yang bersamaan ada sesuatu yang ia mengerti betul maksud Suho.
Suho memandang Chorong, ada bahagia yang tak terukur. Benang merah yang hampir putus kini sudah mengikat dengan kuat kembali. Melihat ekspresi Chorong membuat namja itu terkekeh pelan.
"Aigoo uri Chorong cemburu" katanya seraya mengacak poni milik gadis itu.
"Oppa, hentikan" protesnya berusaha menyingkirkan tangan Suho.
Suho tertawa geli sambil menjauhkan tangannya dari Chorong, sesekali matanya menatap kearah jalanan didepannya.
"Ingatlah, dua tangan ini tidak akan pernah lagi melepaskanmu, dua tangan ini sudah lelah merasakan kekosongan dalam genggamannya"
Chorong menatap intens Suho. Ia ingat saat bagaimana ia juga merasakan kekosongan dalam genggamannya. Ada separuh rasa yang hilang dalam benaknya. Dan itulah Suho.
Gadis itu tersenyum sambil berkata, "Aku juga merasakan hal yang sama""Bukankah ada Adikku yang menggenggamnya?" Itu sebuah sindiran yang cukup sensitif untuk dirasakan oleh Chorong.
"Kenapa kau mengungkitnya lagi?, sebentar lagi dia akan menjadi adik iparku jadi berhentilah mengungkitnya"
"Kau percaya diri sekali" kekeh Suho lagi.
"Apa? Maksudmu, kau tidak berniat menikahiku?" Tanya Chorong menyelidik.
➰
"Bagaimana menurutmu filmnya?" Tanya Chanyeol berjalan beriringan keluar dari area Bioskop.
"Aku suka"
Chanyeol menatap wajah Eunji. Ada satu hal yang ia tahu, Eunji tidak suka.
"Kau berbohong"
Gadis itu tertegun, dan langsung menatap Chanyeol. Apa rasa kecewanya terlalu kentara untuk disadari oleh Chanyeol?