Part 7

339 48 0
                                    

Part 7
“Berhenti disini!” perintah Jeje.
“Kenapa kita berhenti disini?” tanya salah seorang pengawal.
“Sudah ikuti saja perkataanku” kata Jeje sambil menodongkn pistolnya. Mereka berhenti, kemudian Jeje melepas ikatan Hankyung.
“Apa yang kau lakukan? Hero-san?? Apa kau akan melepaskan sandera? Kau mau mati?”
“Sudah diam!” kata Jeje lalu menembak kepala dua pengawalnya. Hankyung hanya terkejut melihat hal itu.
“Nah kalau kalian diam itu kan lebih bagus, kalau kalian diam dari tadi aku tidak perlu melakukan ini pada kalian” kata Jeje sambil tersenyum lalu mengajak Hankyung keluar. 
“Tenanglah aku tidak akan membunuhmu, tadi aku hanya menggertak mereka hahaha.....” kata Jaejoong sambil tertawa.
“Kemana kita akan pergi?” tanya Hankyung bingung dan ngeri melihat aksi Jeje barusan.
“Mencari tempat yang aman untuk menyembunyikanmu sampai Leeteuk hyung menjemputmu” jelas Jeje.
“Mwo? Hyung akan menjemputku?”
“Ne, aku sudah memberitahunya dimana dia bisa menemukanmu”
“Wae? Kenapa kau melakukan ini?”
“Hyungku sudah selamat jadi aku harus mencari waktu yang tepat untuk membebaskanmu” jelas Jeje.
“Mwo??? Lalu apa yang akan kau lakukan??”
“Balas dendam” jawab Jaejoong singkat.

BUKKK seseorang memukul Jeje dari belakang, tapi Jeje masih bisa bertahan meski rasa sakit bekas cambuk terasa kembali.
“Jaejoong” teriak Hankyung yang kemudian menolong Jaejoong.
“Cih, sialan kau” kata Jaejoong.
“Rupanya kau berkhianat Hero-san” kata wanita itu.
“Ah rupanya kau Sonoko-san”
“Aku tidak percaya seorang Hero, anak kesayangan otusan berkhianat. Kecemasan otousan memang benar, jadi otousan mengutusku untuk mengawasimu”
“Ah, baguslah kalau begitu”
“Bagus apanya, dasar kau tidak tahu terima kasih, kau harusnya tahu pengorbanan otousan padamu”
“Ya ya ya, aku memang berterima kasih pada otousan karena merawat, membesarkan , dan mengajariku banyak hal, tapi perlu kau ketahui aku tidak akan mau melakukan pekerjaan untuk orang yang sudah menghancurkan keluargaku” jawab Jeje sedikit kesal. Hankyung pun terkejut mendengar penuturan Jeje.
“Rupanya kau sudah tahu ya, baguslah dan tempat ini akan menjadi kuburan bagimu dan anak dari keluarga Tan itu” kata wanita yang disebut Sonoko itu.
“Ah itu menurutmu, tapi menurutku ini akan jadi kuburan bagimu dan anak buahmu. Mundurlah Hankyung, ini perkelahianku dengannya!”  kata Jaejoog dan Hankyung mundur menjauh.

Kemudian mereka berkelahi hebat, mereka sama-sama kuat Hankyung hanya dapat melihat mereka berkelahi.

“Hah kau hebat juga” kata Jaejoong.
“Jangan anggap remeh aku, hanya karena aku seorang wanita” jawab wanita itu.

Kemudian mereka melanjutkan perkelahian mereka, Jeje nampak sudah kewalahan terkapar di tanah.
“Hanya segitukah kekuatanmu?? Ternyata kau tidak sekuat apa yang dikatakan semua orang, hahaha “ kata wanita itu dengan tertawa, lalu wanita itu mengambil pistol dan mengarahkannya pada Hankyung. Dengan cepat Jeje menyelamatkan Hankyung agar tidak tertembak.
“Awassss” teriak Jaejoong sambil mendorong Hankyung untuk melindunginya, Jaejoong melihat pistolnya tergeletak tak jauh lalu mengambil pistol dan menembak kepala wanita itu. DOORRRRR......
“Tepat sasaran” kata Jaejoong dengan bangga. Lalu datangalah anak buah otousan lainnya.
“Ayo cepat lari!” kata Jeje lalu mereka berlari bersama, saat sampai di tempat yang dimaksud.
“Aku rasa mereka tidak dapat menyusul kita” kata Jaejoong.
“Lalu dimana Leeteuk hyung?”
“Mungkin sedang dalam perjalanan, kau tunggulah di rumah itu. Jangan keluar sampai Leeteuk hyung menjemputmu!” kata Jeje lalu meninggalkan Hankyung.
“Kau mau kemana?” tanya Hankyung.
“Aku harus menyelesaikan urusanku”
“Ne, berhati-hatilah!” jawab Hankyung, Jeje menoleh dan mengangguk, lalu pergi meninggalkan Hankyung sendirian.

DOORRRR.... DOORRRR.... DOOORRRRR....... Dari jauh terdengar suara tembakan, entah milik polisi atau milik Jeje.
“Semoga Jeje baik-baik saja, Ya Tuhan lindungilah Jaejoong, jangan biarkan dia mati” doa Hankyung untuk Jeje.

Dengan luka cambuk yang terasa sakit ditambah luka tembah di pundak kirinya Jeje menembaki anak buah otousan. Baku tembak antara Jeje dengan anak buah Otousan terdengar menggema ke seluruh hutan. Ia mendapatkan luka tembak lagi di punggung dan perut dari anak buah otousan, tapi Jeje berhasil membunuh mereka semua. Jeje terbaring di tanah dan melihat masih ada satu anak buah otousan yang masih bertahan dan menodongkan pistol ke arahnya.
DORRR.... terdengar suara tembakan.

“Astaga, itu suara tembakan, semoga mereka berdua baik-baik saja” gumam Leeteuk yang berhenti sejenak saat mendengar suara tembakan berkali-kali. Perasaan cemas mendatangai mereka, berharap cemas semoga mereka baik-baik saja.
“Ayo hyung, kita harus segera sampai di tempat yang dimaksudkan Jaejoong!” kata Yunho, kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju tempat yang dimaksud Jaejoong.

“Hankyung” teriak Leeteuk lalu Hankyung membuka pintu lalu keluar dan memeluk Leeteuk, Kyu , Yunho, dan Max. Mereka nampak lega.
“Syukurlah kau selamat” kata Leeteuk.
“Ne, hyung, aku baik-baik saja, Jeje melindungiku, kalian harusnya lihat bagaimana dia menghabisi dua pengawalnya, berkelahi dengan wanita itu dan menembak kepalanya” kata Hanyung.
“Mwo??? Itu ngeri tahu” jawab Kyuhyun sedikit takut.
“Sudah ini bukan waktunya untuk itu, sekarang dimana Jeje?” tanya Leeteuk.
“Entahlah, dia keluar lagi setelah mengantarkanku kemari”
“Hangeng” teriak ayahnya yang tiba bersama pengawalnya.
“Papa” teriak Hankyung lalu mereka berpelukan.
“Kau baik-baik saja?”
“Iya papa, Jeje menyelamatkanku. Dia tidak pernah punya niat membunuhku”
“Ya, papa sudah tahu semuanya”
“Mwo? Darimana papa tahu?” tanya Hankyung
“Sudahlah ceritanya panjang, sekarang kita cari dulu temanmu itu ayah sedikit khawatir karena tadi terdengar suara baku tembak” kata ayah Hankyung sedikit cemas lalu mereka mencari bersama-sama.
Setiap mayat yang dikumpulkan polisi dilihatnya, mereka berharap bahwa itu bukan Jeje. Setiap sudut juga mereka cari. 
“Bagaimana?” tanya Leeteuk.
“Tidak ada” jawab mereka bertiga bersamaan.
“Coba hyung telpon dia” pinta Hankyung
“Ne” lalu Leeteuk menelpon Jeje.
“Tunggu sebentar, apa kalian mendengar sesuatu?” tanya Yunho mereka semua hening dan samar-samar mereka mendengar suara dering.
“Itu suara dering HP Jeje” teriak Kyu girang.
“Benar, cepat cari!” suruh Leeteuk.
Mereka mencari sumber suara tersebut. Saat suara semakin jelas mereka yakin itu adalah Jeje. Dan benar saja mereka menemukan Jeje terbaring di tanah dengan berlumuran darah.
“Ketemu” teriak Kyu kemudian semua datang.
“Jeje” kata Leeteuk.
“Ah hyung, Hankyung selamatkan? Dia baik-baik saja kan??” tanya Jeje.
“Ne”
“Kau memang bodoh Jeje” kata Hankyung kesal.
“Mianhae, tapi setidaknya aku berhasil menembak orang terakhir. Bisakah kalian singkirkan orang ini, dia berat sekali tahu” kata Jeje yang membuat semua orang tersenyum.
“Kau memang ceroboh, tapi pemberani” kata Tuan Tan tiba-tiba.
“Ah Tuan Tan, mianhae Tuan aku hampir melukai anakmu”
“Aku tahu, aku sudah bertemu dengan hyungmu” jawabnya.
“Mwo??? Jadi hyung pergi ke China. Ah sepertinya hyung sudah selamat”
“Ya, dan aku sudah memberi kabar padanya dan dia sedang dalam perjalanan”
“Ah gamsahamnida, aku benar-benar minta maaf Hankyung dan kalian semua, maaf aku merepotkan kalian dan hampir mencelakaimu Hankyung...” jawab Jeje.
“Gwencana, yang penting sekarang aku baik-baik saja” jawab Hankyung dengan tersenyum.
“Pukulanmu waktu itu lumayan juga” kata Jeje
“Mwo?? Kalian sempat berkelahi??” tanya Max dan Hankyung mengangguk.
“Sudah, sudah, jangan banyak bicara, kita harus segera membawa Jeje ke rumah sakit” potong Leeteuk.
“Aku baik-baik saja....” kata Jeje mencoba berdiri tapi terjatuh lagi
“Hei, Jeje.... Jeje” panggil Leeteuk sambil menangkap tubuh Jeje yang terjatuh, namun Jeje terdiam, Leeteuk melihat darah di tangannya. Mereka bergegas membawanya ke rumah sakit.
Semua merasa khawatir karena Jeje mengeluarkan banyak darah. Semuanya menunggu Jeje di luar ruang operasi. Semua nampak cemas. Jeje mendapat luka tembak di tiga tempat, meski lukanya tidak fatal tapi Jeje kekurangan banyak darah. Dokter sempat keluar.
“Dokter?”  tanya Hankyung.
“Dia mendapat tiga luka tembak dan mengeluarkan banyak darah, kami membutuhkan darah lagi, apa dari kalian ada yang bergolongan darah O?” tanya dokter.
“Aku” jawab Max lalu mengikuti dokter masuk untuk mendonorkan darahnya untuk Jeje.
Mereka kembali menunggu operasinya, Hankyung terus berdoa untuk keselamatan Jeje.
“Bagaimana keadaan adikku, ahjussi?” tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba datang dan berhenti dihadapan ayah Hankyung.
“Dia masih di dalam ruang operasi” jawab ayah Hankyung sambil menatap laki-laki itu, semua menatap ke arah pemuda yang baru saja datang.
“Ashhh, dasar bodoh” gerutu Yeye.
“Jongwoon? Kim Jong Woon?” kata Leeteuk sambil medekat ke arah Yeye dan Yeye pun menoleh.
“Park Jung Soo?” jawab Yeye.
“Aaaaa lama sekali kita tidak bertemu” kata Leeteuk lalu mereka berpelukan.
“Kau kenal hyung?” tanya Hankyung yang bingung dengan keadaan ini.
“Ne, dia dulu adalah teman bermainku saat kecil dulu, tapi dia tiba-tiba menghilang bak di telan bumi” Jawab Leeteuk
“Hyaaa!!! Sembarangan kau mengatakan aku hilang bak ditelan bumi” gerutu Yeye.
“Hahaha.... mianhae”
“Ya, dan mungkin kalian sudah tahu kemana aku pergi” jawab Yeye lesu.
“Karna itukah hyung merasa pernah bertemu dengan Jeje” kata Kyu dan Leeteuk mengangguk.
“Mwo? Kalian memanggil dongsaengku apa?” tanya Yeye.
“Jeje” jawab mereka bersamaan.
“Ash, aku bahkan sudah lama sekali tidak memanggilnya begitu”
“Jeje dan Yeye, sebuah nama yang bagus bukan?” kata Kyu sambil menganggu-angguk.
“Ahs bahkan kau sudah tahu nama panggilanku”
“Ne, Jeje yang menceritakannya, ternyata hyungnya Jeje kecil” kata Kyu polos.
“Mwo???? Kenapa kau bilang begitu? Ashhh kenapa dia berteman denganmu...” gumam Yeye.
“Hyaaa!!! Kenapa kau suka sekali menggerutu! Jangan salah, begini-begini aku pemberi warna dalam kehidupan, setidaknya itu yang dikatakan Hankyung hyung” kata Kyu sambil senyum-senyum.
“Hyaaa....” teriak Hankyung
“Sssstttt.... ini rumah sakit bukan taman bermain” kata ayah Hankyung. Lalu semua diam.

Leeteuk dan Yeye saling melepas rindu sambil menunggu operasi Jeje selesai.
“Lalu apa yang akan kau lakukan?” tanya Leeteuk pada Yeye.
“Membunuh otousan, membelaskan dendam orang tua kami” jawab Yeye tegas.
“Apa kau yakin?”
“Ne” jawab Yesung.
“Sebenarnya siapa Otousan itu, karena Jeje pernah mengatakan bahwa otousan itu adalah orang yang menghancurkan keluarganya?” tanya Hankyung.
“Ashhh kau tahu itu??? Dia adalah orang yang membunuh orang tua kami”
“Mwo???” jawab mereka serempak.
“Ne, mungkin Jeje tidak ingat karena waktu itu dia masih berusia dua tahun. Setelah mereka membunuh kedua orang tua kami dan menghancurkan perusahaan ayah, dia membawa kami ke Jepang, membesarkan kami, melatih kami beladiri, menggunakan pistol dan banyak hal. Kami dididik untuk menjadi senjata pembunuh baginya, aku hanya bisa diam dan mengikutinya karena aku tidak ingin mereka menyakiti Jeje dan menunggu waktu yang tepat untuk membalaskan dendam kami. Tapi, aku membuat kesalahan. Ketika tugas untuk menghancurkan keluarga Tuan Tan, otousan mengetahui bahwa aku diam-diam menyelidiki tentang kematian orang tua kami. Karena itulah mereka menyekapku dan menggunakanku untuk mengancam Jeje, dan Jeje lah yang harus menggantikan tugasku. Saat itu umur Jeje baru 12 tahun, aku tidak bisa membiarkan itu. Tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa. Jeje yang masih remaja harus melakukan tugasku. Sampai akhirnya ada kabar bahwa putra tunggal Tan Corp’s akan sekkolah di Korea. Maka rencana itu akan dilaksanakan di Korea dimana jauh dari pengawalnya. Aku sedikit lega karena itu membutuhkan waktu yang cukup lama, aku sendiri memikirkan bagaimana cara untuk pergi dari otousan tanpa harus Jeje melakukan misi itu, dan kalian pasti tahu yang selanjutnya” jelas Yesung panjang lebar. Semua mendengar dengan cermat, bahkan Leeteuk meneteskan air mata mendengar cerita itu.
“Hyaaaa!!! Kenapa kau menangis” bentak Yesung lalu Leeteuk mengusap air matanya.
“Ah, dia kan cengeng” celetup Kyu.
“Hyaaa!!! Diam kau Kyu” jawab Leeteuk sambil memukul kepala Kyu.
“Aiisshhh....” rintih Kyu sambil memegangi kepalanya yang dipukul Leeteuk.
“Lalu apa kau akan pergi sekarang?” tanya Leeteuk.
“Ne, aku titip Jeje padamu. Aku akan pergi mencarinya sampai ketemu, anak buahnya sudah aku bunuh sampai sepertiga, aku kira anak buahnya yang terkuat sudah tidak ada, jadi akan sedikit lebih mudah membunuhnya, lagipula aku yakin kau orang baik dan akan menjaga Jeje untukku, sampai aku kembali” kata Yeye yang membuat Kyu menghardik ngeri.
“Tapi.....”
“Sudahlah Jungsu aku hanya menitipkan sebentar saja”
“Tapi aku takut jika kau pergi bagaimana dengan Jeje?”
“Jika aku tidak kembali, rawatlah Jeje dengan baik, aku tahu kau dari keluarga baik-baik, apalagi setelah kasus ini, Tuan Tan memohon pada ayahmu untuk menyatakan bahwa Hero bersaudara meninggal dalam baku tembak dengan pengawal Tuan Tan. Selama ini hanya pihak kepolisian saja yang mengetahui wajah kami, karena Tuan Tan ini kami bebas bahkan ayahmu masih mengenaliku. Jadi mereka menyetujuinya dengan syarat aku membantu dalam penangkapan Otousan”
“Tapi...”
“Tenang, aku tidak akan mati justru otousan lah yang akan mati. Yah meski ayahmu memintanya hidup, tapi aku tidak yakin dia akan ditemukan hidup” kata Yeye dengan tersenyum.
“Apa yang akan kau lakukan, kau sudah bekerja sama dengan appa, kenapa kau tidak serahkan itu semua pada appa, dan kau bisa menemani Jeje disini”
“Tidak bisa Jungsu, aku harus melakukan ini sendiri, Jeje sudah banyak menderita” jawab Yeye sedih lalu bangkit berdiri.
“Kau akan pergi sekarang?” tanya Leeteuk lagi.
“Ne, aku titip Jeje pada kalian, kalau aku tidak kembali jaga Jeje untukku” kata Yeye lalu pergi, Leeteuk meneteskan air mata.
“Dia pasti kembali” kata Kyu tiba-tiba.
“Sebaiknya hyung mengatakan pada ahjussi, kalau Yesung hyung berencana membunuh Otousan” kata Hankyung.
“Ah, benar juga” jawab Leeteuk lalu mengeluarkan ponselnya.

“Halo, appa?? Appa tolong hentikan Jongwoon, dia berusaha membunuh otousan sendirian, dia tidak ingin otousan hidup makanya dia ingin membunuh otousan itu” jelas Leeteuk.
...................
“Hmmtt, arraseo” jawab Leeteuk lalu menutup teleponnya.
“Eotokke hyung?” tanya Hankyung.
“Appa akan berusaha mencegah Yesung untuk tidak melakukan itu sendirian”
“Somoga ahjussi tidak terlambat” kata Hankyung sedikit khawatir.

Friendship (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang