6

725 41 1
                                    

Pagi ini Eun datang lebih lama dibanding hari biasanya, tepat 5 menit lagi dosen olahraganya akan masuk ke kelas.

"Hy Marcena. Wah beruntung sekali kita sekelas hari ini" sapa Anne–teman Eun, ia mengambil posisi duduk sebelah Eun.

"Hay." balas Eun seraya mengulaskan senyum tipis.

"Ku dengar dosen olahraga kita diganti." kata Anne setelah selesai meletakkan tasnya.

Alis Eun terangkat, "Benarkah?" tanyanya penuh harap–mengingat dosen olahraganya yang sangat tegas dan selalu memaksa setiap mahasiswanya agar bisa menuntas nilai praktik bagaimana pun caranya.

Eun, ia selalu payah dalam olahraga, saat berenang ia tenggelam, saat bermain bisbol kepalanya terhantam bola, untung saja bukan tolak peluru. Kerap kali Eun jatuh sakit seusai berolahraga, karena ia harus memaksakan diri agar bisa mendapat nilai B.

"Ya, kuharap itu benar. Kita tunggu saja nanti." Jawab Anne santai.

"Aku tahu seperti apapun dosennya kau selalu bisa menuntaskan setiap tugas praktik. Ku rasa tidak  diganti juga tidak masalah 'kan?" kata Eun setengah frustasi, karena dirinya tak bisa seperti Anne yang sama sekali tidak memiliki secuil pun masalah dalam mengatasi praktik olahraga.

Anne terkekeh kecil, "Aku tahu itu." ucapnya.

Anne, dia sudah berteman dengan Eun mulai dari High School, dulu ia tetangga Eun. Tetapi mereka hanya sekedar teman biasa, tidak terlalu akrab.

"Morning." suara berat namun terdengar tenang dari ambang pintu–membuat manusia di dalamnya menoleh kepada pemilik suara yang baru pertama mereka dengar.

"Hey, aku bilang juga apa." celetuk Anne, yang membuat Eun menoleh dari ambang pintu.

"Sssssttt." desis Eun melihat dosen baru itu mendekati meja miliknya.

Eun menelan ludah, persis di hadapannya kini, tersenyumlah seorang dosen muda yang berkarismatik.

"Seperti yang kalian ketahui, dosen pembimbing olahraga kalian digantikan oleh seorang yang baru saja wisuda, yaitu aku. Aku harap kalian bisa menerima saya dengan baik disini." dosen muda itu berhenti sejenak, tersenyum.

"Aku akan memulai dengan perkenalan terlebih dahulu. Namaku Bram Milios, kalian boleh memangil dengan sebutan Bram. Tidak perlu pak, karena kita hanya berbeda beberapa tahun saja bukan?" dosen itu terkekeh kecil.

"Mulai dari sana," menunjuk bangku pertama dekat daun pintu.
"Sebutkan nama dan hobi, kalau kalian pemale boleh menyebut nomor handphone atau kontak yang lainnya."

Kelas dipenuhi tawa kecil, sepertinya banyak yang menyukai dosen yang satu itu. Tidak hanya bersahabat, namun wajah tampan dan rambut emasnya berhasil memikat sebagian mahasiswi berlaku genit dan salah tingkah.

"Nama saya Melin, hobi memasak." gadis itu mengangguk kecil lantas duduk kembali. Dosen bernama Bram itu tersenyum menghargai.

"Saya Jimmy, dan saya sangat suka menggoda wanita." itu perkenalkan dari Jimmy, si laki-laki yang terkenal playboy  se-seantero kampus.

"Itu keren Jim, lain kali kita bisa menggoda wanita bersama-sama." canda Bram.

Tak lama suara tawa terdengar bergantungan di langit-langit.

Light Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang