Chapter 26

918 129 11
                                    

Depresi memang bisa menjelma dalam berbagai bentuk. Ia tidak akan dikenali dan bisa menyelinap dalam berbagai rupa. Bisa dikatakan bayangan gelap yang merubung segala warna menjadi gelap gulita.

Percayalah, dunia akan semakin gelap, kata-kata motivasi saja tak cukup untuk membantu, yang membantu adalah dengan cara bersikap logis dan kritis.

Bagaimana tidak jika seseorang mengatakan tentang hal aku lelah dengan hidup ini? Dan semua itu adalah perkataan yang selalu diucapkan oleh Taehyung hingga akhirnya Jimin menyadari bahwa Taehyung sesungguhnya depresi.

Pelan dan perlahan, tapi pemuda itu berada di arah yang benar.

Dalam perjuangan tersebut ada rasa putus asa, itu hal yang wajar. Ini bukan perjuangan yang cepat usai. Ini adalah pertaruhan daya tahan dengan perasaan, wajar jika rasa marah dan putus asa kadang menyergap secara tiba-tiba.

Taehyung tidak sepenuhnya sendiri. Tapi ada Namjoon, Soojung, dan Jimin yang selalu berusaha untuk hadir.

Menurut psikolog ini adalah kunci penanganan penyakit mentalnya. Memastikan seseorang terdekat hadir dan mendengar. Hal sederhana yang sepertinya mudah untuk dilakukan tapi ternyata berat sekali dilaksanakan dalam kenyataanya.

Dalam proses ini mereka tak tahu berapa lama pergulatan yang harus mereka lakukan, hari demi hari terus mereka lewati. Hingga pada akhirnya Taehyung memutuskan untuk melakukan aktivitas baru yang berada di luar zona nyaman.

Taehyung memilih untuk menjadi penjaga kasir di minimarket dekat sekolahnya.

Bukan hal buruk, selama kegiatan itu masih bisa membuat Taehyung nyaman dan tidak merasa tertekan. Jimin kira mungkin Taehyung akan mengambil kursus menari untuk melanjutkan pendidikannya dibidang seni panggung atau meluangkan waktunya dengan traveling ke berbagai daerah yang belum ia kunjungi.

"Meluangkan waktu malamku dengan menjaga kasir di minimarket setidaknya ada hal-hal yang kulakukan daripada mengurung diri di kamar seorang diri. Aku belum membayar uang sewa apartemenku. Jadi, hal ini tentu ada gunanya, bukan? Bagaimana menurutmu?"

"Kau tidak ingin mencoba sesuatu yang lain?" tanya Jimin seraya mendengarkan pidato upacara kelulusan yang dibacakan oleh perwakilan siswa di podium.

Memberinya ruang dengan cara tidak melarangnya, membebaskan Taehyung untuk melakukan apa yang ia inginkan. Ia ingin bebas dari hal-hal buruk yang selama ini ia alami, maka jangan sampai orang terdekatnya membuat tindakan yang mengekang. Dengan demikian perhatiannya akan teralihkan.

Taehyung menggeleng samar dengan tatapan datar. "Tidak. Itu bisa dilakukan dilain waktu."

Jimin bergumam diiringi dengan anggukan paham. "Kapan kau mulai bekerja di sana?"

"Hari ini. Aku mendapat bagian shift malam."

"Hei. Bagaimana jika nanti malam kalian datang ke rumahku? Aku akan mengadakan pesta untuk memperingati hari kelulusan kita. Bagaimana? Kalian tidak ingin bersenang-senang?" ucap Soojung dengan menopang dagunya di atas kursi antara Jimin dan Taehyung yang mereka duduki.

"Bagaimana jika dilain hari saja? Taehyung tidak bisa. Malam ini dia mengambil shift malam di minimarket dekat sekolah." ujar Jimin.

"Wow! Kau tidak pernah bercerita padaku, Taehyung." ungkap Soojung seraya menepuk bahu Taehyung. Sedang Taehyung hanya tersenyum ketika mendengar ucapan itu.

End Of SorrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang