Sadis

2.7K 80 11
                                    

Stop Plagiat!!! Hargailah saya sebagai author walaupun tulisan saya masih jelek. Sudah dijelaskan di UUD No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta.

maaf kalau ceritanya nggak bagus. ini cerpen yang saya buat sudah lama sekali dan tidak ada edit-editan. :D

--------------------------------------------------------------------------------

Kuhirup teh manis yang kubuat sendiri sambil menikmati pagi dengan mata masih mengantuk. Sepagi ini mungkin jam empat pagi, nenekku sudah menyapu pelataran dan kebun belakang. Susah sekali membujuk orangtua itu untuk duduk manis saja di rumah. Aku berniat ingin membantunya malah berakhir memandanginya yang sibuk membersihkan daun-daun berserakan.

“Sampai jam berapa mba?” Tanya sepupuku Niza.

Aku memandangi Niza yang duduk disampingku. Gayanya tidak pernah berubah. Tomboy dan sangat laki-laki.

“Loh ditanya kok malah bengong sih?” Ucapnya menghirup kopi mix yang dibawanya.

Aku mendesah pelan. “Sampai tadi malam Niz.”

“Bagaimana Jakarta mba?” Tanya Niza lagi.

“Panas. Enakan disini.” Jawabku mengangkat bahu.

“Terima kasih ya mba sudah mau datang ke acara nikahan aku.” Ucapnya tersenyum memandangku.

Aku merangkulnya dan tersenyum. “Ya sama-sama. Kebetulan tempatku kerja lagi libur Niz. Jadi aku bisa pulang.”

“Iya. Kalau bukan karena nikahan aku juga mba nggak bakalan pulang.” Tawanya. Aku hanya tersenyum pada ucapannya.

Niza yang tomboy ini ternyata tidak disangka-sangka akan menikah, mendahuluiku. Usia kami sama hanya berbeda dua bulan. Aku lahir bulan Mei dan dia lahir bulan Juli.

“Mba?” Tanya Niza pelan.

“Ya?” Jawabku sambil menyeruput teh manisku yang sudah agak dingin.

“Kenapa sih mba sekarang jarang pulang?”

 “Aku sibuk sama kerjaan Niz. Jadi aku jarang pulang sekarang.” Jawabku merangkul bahu Niza. “Tapi sekarang aku pulang kan.”

Niza mengangguk-angguk kepala mengerti. “Mana pacar mba? Kok nggak diajak?” Tanya Niza sambil menyilangkan kaki diatas kursi.

“Aku belum punya pacar lagi Niz. Masih mencari-cari.” Jawabku.

Kenangan itu kembali lagi. Kenangan ketika aku bersama orang yang aku cintai disini. Inilah alasan aku tidak ingin pulang, aku masih tidak ingin bertemu dengannya.

 “Sudah mandi mba?” Tanya Niza sambil berdiri.

“Sudah tadi sekalian sholat subuh.” Kataku memandang langit yang berangsur cerah.

“Aku masuk dulu ya mba.” Ucapnya berjalan masuk ke dalam rumah. Meninggalkan aku sendirian lagi.

“Ya. Mandi dulu sana.” Sahutku mengusirnya. Dijawabnya dengan tertawa terkekeh.

***

Kunikmati semangkok bakso yang kupesan sambil sesekali memandang suasana pasar Wonogiri yang ramai.

“Najwa? kamu Najwa kan?” Tanya seorang laki-laki menunjuk kearahku ketika dia telah selesai memesan bakso.

Kuamati dia dari atas sampai bawah. Postur tubuhnya tinggi tegap. Hidungnya yang mancung, bibirnya yang tipis dan mata hitamnya yang tajam. Aku seperti pernah melihatnya tapi entah dimana.

“Lupa ya? ini aku Robby, adiknya mas Randy.” Ucapnya dengan semangat duduk di depanku.

“Oh.” Jawabku mencoba tersenyum.

Ini Cuma Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang