Lee Je Hoon menyudahi semua perannya. Pulang malam itulah kesehariannya. Seperti biasa ia pergi ke bar untuk melepaskan bebannya sebagai aktor. Di larut malam begini ia mengajak Kwon Yool untuk menemaninya.
"Je Hoon! Mau berapa lama hidupmu begini terus! Sudahlah jangan minum-minum lagi. Tak baik untuk kesehatanmu. Apalagi kamu itu aktor! Bagaimana untuk syuting besok jika kondisi kamu begini!" Kwon Yool menasehati Je Hoon saat hendak pergi ke bar,
"Dasar! Aku sudah lelah mendengar ocehanmu! Menurutku kau percuma menasehatiku, karena pada akhirnya kamu akan menemaniku!"
Mereka pun pergi ke bar untuk yang kesekian kalinya, namun Kwon Yool tidak pernah meminumnya. Sedari tadi, ia hanya memperhatikan sikap Je Hoon, yang semakin lama tidak terkendali.
"Hei! Kwon Yool! Jadi orang jangan terlalu munafik! Habiskanlah minumanmu, maka beban hidupmu terasa lebih ringan." sahut Je Hoon sembari meminum kembali,
"Kau ini sedang tidar sadar! Lebih baik tinggalkan ini semua." Kwon Yool mengambil botol bir yang dipegang oleh Je Hoon dan meletakkannya di atas meja.
Je Hoon murka padanya. Seketika satu pukulan mendarat di wajah Kwon Yool. Setetes darah segar mengalir di ujung bibirnya.
"Kau gila, Je Hoon! Apa kata fansmu bila kamu seperti ini!" menarik tangan Je Hoon untuk membawanya pulang,
"Ya! Aku memang gila! Aku tak peduli apa kata mereka! Biarlah mereka berkata apa, memang ini semua takdirku!" mencoba melepaskan genggamannya,
Pada akhirnya, Kwon Yool berhasil membawa Je Hoon ke mobil. Tak lama Je Hoon tertidur di kabin mobilnya. Kwon Yool merebahkan tubuhnya, mendongakkan kepalanya dan memikirkan sahabatnya.
Kwon Yool berusaha mengetahui masalah apa yang dideranya, tapi Je Hoon tak pernah berterus terang. Apa mungkin masalah keluarganya? Tapi itu mustahil! Terakhir kali ia bicara pada keluarganya dan sepertinya dalam kondisi baik.
Ia memandang wajah Je Hoon sebentar dan berkata dalam hatinya,
Sebernarnya, aku kasihan padamu! Dahulu kau tidak pernah begini. Bahkan perubahanmu sudah 180° dari yang aku kenal.
Selang beberapa waktu, Je Hoon melindur membuat Kwon Yool tercengang.
"Tidak, Eomeoni! Jangan pernah melakukan itu padaku. Abeoji jangan melakukan itu pada kakakku. Aku tahu itu semua salahku, maka hukumlah aku jangan kakakku, apalagi orang terdekatku. Ak-aku berjanji tidak akan memberitahukan siapa aku sebenarnya. Aku akan bersandiwara. Tolong! Tolong!"
Kwon Yool awalnya hendak membangunkan dia. Tapi Je Hoon terlihat begitu lelah. Sebenarnya apa yang dirahasiakan Je Hoon sampai harus bersandiwara. Tidak mungkin, apabila selama perubahan sikapnya itu hanyalah sandiwara. Mustahil bila dia harus berakting dikehidupan nyata.
Ah, Je Hoon sudah membuat Kwon Yool sakit kepala.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mentari telah datang membelah malam yang begitu kelam. Je Hoon sudah terbangun dalam mimpi yang menghantuinya. Ia benar-benar tidak ingat apa yang dilakukannya semalam yang jelas ia pergi ke bar bersama Kwon Yool.
Sarapan pagi, berangkat syuting. Baginya sudah tidak ada lagi kegiatan yang lain. Meski itu bukan dirinya, sesuatu telah membuat Je Hoon menderita.
Setibanya di lokasi syuting...
"Kwon Yool! Ada apa dengan wajahmu? Apa kau terlibat perkelahian?" tanya Ahn Jae-hyun,
"Tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil saja." singkat Kwon Yool
"Benarkah? Mencurigakan." dengan tatapan sinisnya
"Ah!! Je Hoon! Kemarilah! Kita berbincang dulu!" teriak Jae-hyun dari kejauhan,
Lee Je Hoon hanya menatap dirinya dingin lantas pergi dan menghafalkan skripsinya.
"Ada apa dengan dirinya? Bukankah ini terlihat aneh? Bukan begitu Kwon Yool?" sembari menengok ke sebelah kanan,
"Yak! Dasar bajingan! Kenapa dia harus pergi! Aishh!!" mengacak-acak rambutnya.
Aku berhasil mendapatkan kuncinya Dong gi. Kita harus cepat-cepat pergi sebelum pria itu datang! Ayo!
Cepatlah! Kita harus mencapai dimensi ruang! Dong gi!!! Dong gi!!!
Tiba-tiba Kwon Yool datang dan membuyarkan dialog yang harus Je Hoon hafalkan.
"Kau sudah merusak semuanya! Kau menghancurkan konsentrasiku! Pergilah sebelum aku menghajarmu."
"Pukul saja! Ini untuk yang kedua kalinya jika kamu memukulku?"
"Benarkah? Kapan aku melakukan itu padamu? Lupakan saja!" Je Hoon pergi meninggalkan Kwon Yool, baru beberapa langkah dia berbicara membuat dirinya berhenti melangkah.
"Sebenarnya kau siapa? Apa dan kenapa kamu harus bersandiwara?" tanya Kwon Yool yang membuat Je Hoon membeku,
Je Hoon hanya mendengarkannya saja, setelah itu ia melanjutkan langkahnya dan pergi begitu saja.
Suatu hari aku pasti mengetahui kebenaranmu, batin Kwon Yool
Sementara itu, Je Hoon mendengus kesal atas apa yang telah Kwon Yool katakan. Jika dirinya mengetahui segalanya maka, hidupnya dalam bahaya. Bukan hanya dia saja tapi, Je Hoon pun akan tersiksa melihatnya.
Beberapa saat kemudian, syuting dimulai. Je Hoon tampil dan memulai sandiwaranya.
"Ini sudah yang kesekian kalinya aku bicarakan! Beri tahu kami di mana lokasi kunci itu berada? Cepat! Sebelum senjata ini menembus kepalamu!" bentak Shin Dong Wook yang diperankan oleh Lee Je Hoon kepada Joong Ho yang diperankan oleh Rain.
"A-aku tidak tahu! Sungguh aku tak tahu! Jika kamu menginginkan kunci itu, nyawamu dalam bahaya! Dan kau tidak bisa kembali ke masa depan! Dan itu sangat membahayakan!"
"Hentikan ocehanmu! Membahayakan atau tidak aku harus melakukannya!" kata Sung Bin yang diperankan oleh Kim Soo Hyun
"Ba-baiklah! Apa kalian melihat sinar itu!" seraya menunjukkan telunjuknya sementara tangan kanannya mengambil pistol dan bersiap menembak mereka.
Sung Bin terkejut karena Joong Ho sedang menodongkan pistol ke arah Dong Wook. Ia lalu berteriak dan menyarankan dia untuk menghindar.
"Dong Wook menghindar!!!" teriak Lee Sung Bin
Shin Dong Wook menoleh ke arah Joong Ho. Begitu pistol itu akan ditarik pelatuknya, Dong Wook berhasil menghindar. Nahasnya peluru itu mengenai bahu kirinya.
"Agrhhh!" rintih Dong Wook dan kehilangan keseimbangan.
Sung Bin menghampiri Dong Wook mencoba membantunya duduk. Tapi, ia malah mengatakan bahwa Sung Bin harus menangkap Park Joong Ho. Karena hanya beliaulah yang tahu di mana kunci untuk membuka masa depan.
"Lalu, bagaimana dengan kondisimu, Dong Wook?" tanya Sung Bin,
"Tinggalkan saja! Ini hanya sementara, lebih baik cepat kau kejar dia sebelum ketinggalan jauh!"
"Ye..."
Cutt... teriak sutradara.
"Bagus!! Kita lanjutkan lagi setelah break!"
Sebenarnya Lee Je Hoon kesal karena harus berakting terus. Namun, apa daya ini memang pekerjaannya. Lihatlah dia sampai mendapatkan luka di telapak tangannya saat terjatuh tadi.
Saat memainkan film Je Hoon tidak memantapkan dirinya sebagai tokoh utama. Pikirannya begitu kacau. Ia terasa dihantui oleh perkataan Kwon Yool.
Dia sudah membuat Je Hoon menggila. Seandainya dia tidak mengatakan hal itu pasti dia tidak akan begitu memikirkannya.
"Mengapa dia mengetahui hal itu? Dan apa yang harus ku perbuat?"
.
.
.
.
.
.
.
TBC...
Happy reading guys... dont forget to read my story for this section plus vote and comment..