3. Midnight

17.8K 1.9K 155
                                    

BITA tidak bisa memejamkan mata dan memaksa dirinya sendiri untuk terbang ke alam mimpi. Perempuan yang rambutnya dibiarkan tergerai dan tumpah ruah di atas bantal itu berulang kali merubah posisi tidurnya.

Jam dinding warna putih yang menempel di samping kiri pintu bercat cokelat itu masih terus berputar. Detik ke menit, menit ke jam. Dan detak jarumnya adalah ritme kedua yang bisa di dengan Bita selain detak jantungnya sendiri.

Perempuan itu tiba-tiba merasa bosan.

Seandainya saja, dia tidak bertemu si pembuat masalah, yang entah siapa namanya itu, pasti ponselnya tadi pagi tidak jatuh dari lantai lima sekolah barunya. Seandainya lelaki grusah-grusuh itu tidak dengan bodoh menarik tangannya dan mengira dia akan lompat bunuh diri, pasti sekarang Bita tidak akan sebosan ini.

Mungkin dia bisa main The Sims.

Mendengarkan lagu-lagu milik The 1975, 5SOS, dan sederet band favoritnya yang lain.

Atau mungkin Bita bisa bertukar kabar dengan teman-temannya, saudaranya, mantan kekasihnya. Terserah ke pada siapa saja.

Asal dia tidak diam, terbaring menghadap atap kamar begini. Dan yang membuatnya kesal adalah ucapan Anisa —Ibunya— tadi siang.

Kamu kan udah kelas dua belas, Neng. Mungkin itu cara Allah biar kamu fokus belajar. Nggak main HP mulu.

Bita memutuskan mendudukkan dirinya dan turun dari tempat tidur. Selanjutnya dia menyalakan televisi LED yang menempel di dinding dan mulai mencari acara yang bagus untuk ditonton. Setelah layar ajaib itu menyala, Bita memutuskan duduk di bibir tempat tidur dengan leher sedikit mendongak, mengamati satu persatu acara yang bermunculan.

Tapi, sepersekian menit mencari, tidak ada acara yang menarik perhatiannya. Bita lalu melemparkan remote yang dia pegang ke arah samping. Dan memutuskan menonton TV, entah apapun acaranya.

"You said some day we might
When I'm closer to your height
'Til then we'll knock around, endlessly... You're all I need"

Mata Bita menyipit begitu mendengar suara genjrengan gitar yang begitu piawai dibarengi dengan suara seorang anak lelaki dari arah luar jendela. Lalu dia melirik ke arah jam di dinding kamar.

Pukul 23.59 malam.

Dengan rasa penasaran dan takut sekaligus, Bita menghampiri jendela dan mengintip dari balik tirai yang tertutup sempurna itu.

"Don't you see me now? I think I'm falling, I'm falling for you,
Don't you need me?
I, I think I'm falling, I'm falling for you,
And on this night and in this light, I think I'm falling, I'm falling for you
Maybe you'll change your mind
I think I'm falling, I think I'm falling,"

Dahi Bita berkerut begitu lelaki yang tadi juga dia temui di sekolah menyanyikan sebaris lirik lagu yang sudah dia hafal di luar kepala.

Lelaki yang sama, yang menyanyikan lagu milik The Narrative yang bejudul Eyes Closed kemarin malam. Setelah mengamati cukup lama, perempuan itu lalu memperlebar jangkau pandangannya dengan menyingkap tirai lebih lebar.

"Bita," panggil anak lelaki itu semakin membuat kepala Bita dipenuhi tanda tanya dan tanda seru. Dengan satu gerakkan sponsan, gadis itu menarik tirai jendela lagi dan menutupnya rapat-rapat.

Somebody ElseWhere stories live. Discover now