18

1.4K 84 2
                                    

Author ---

"Masanya telah habis barangkali. Musim semi menjadi musim gugur. Tak melupakan indahnya semi dengan sendu musim gugur. Aku tetap mencintai musim gugur yang kini menyapa. Meski kadang sesak tak tertahankan" Tulis Ale didiary kecilnya yang usang itu. Menatap nanar pohon yang berguguran diatasnya. Menatap sendu danau kecil di depannya dengan desiran darah yang kian emosi. Enyahlah semua masalah dipikirannya sejenak, pikirnya.

Tapi nyatanya, malah menguak kisah pahit hidupnya. Semua memori terjatuh dipikirannya. Seolah menjadi kaset yang kembali terputar. Sesak, emosi, sedih, benci, kecewa menjadi satu didalam hatinya. Tak ada kata apapun yang mampu dia lontarkan untuk menggambarkan kegundahannya. Seakan semuanya telah hilang dan pergi menjauh seperti daun yang tak lagi dengan ranting. Begitu juga dengan hidupnya yang tak lagi merasakan cinta dan kasih sayang.

Ale mengambil napas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan sambil memeluk diary kecilnya. "I know, everything has changed" bisiknya. Kembali dibukanya diary kecil itu. Tak sengaja membuka halaman yang 'haram' dibukanya. 'Leo Syahditya' tertulis dibagian atas diary itu.

"Leo?" lirihnya sambil mengusap fotonya bersama Leo diacara pensi sebelum perpisahan mereka. Leo tampak bahagia.

"Apakah dia sebahagia itu pergi dari ku? Sedangkan aku hingga kini terluka?" bisik Ale lagi. Yang kemudian kembali menitikkan air mata yang entah kesekian kalinya.

"Gu-gue masih nunggu lo Yo, gue masih sayang sama lo! Gue nyerah, gue nggak bisa lupain lo, sekalipun gue tertarik sama yang lain. Enggak sedikitpun hati gue pindah dari lo!!" teriak Ale sambil meremas tas yang ada disampingnya.

Ale hanya butuh tempat yang tenang. Sampai ponselnya berdering nyaring didalam tasnya.

"Sina?" bisiknya sambil mengusap pipinya dengan cepat. Dan sedikit menghela napasnya.

"Halo?" sapa Ale.

"Aly balik ke indo kan? Ayo dong ketemu. Aku kangen!" teriak Sina --Sina adalah sepupu Ale, yang sangat dekat dengan Ale sejak kecil.-- diseberang telepon.

"Iya Aly di indo, ngejenguk mama nih. Tentuin aja tempat dan harinya" kata Ale.

"Besok siang, di Cafelarina, gimana?" tanya Sina.

"Oke, bareng sama Kak Evi kan?"

"Pastilah, yaudah sampai jumpa besok honey!!" kata Sina kemudian menutup teleponnya. Ale senang besok ada lagi hal yang akan menghiburnya setelah pesta semalam.

Ale memutuskan untuk pulang. Rumahnya dengan danau kecil ini terlampau cukup jauh. Diambilnya headphone hitam miliknya yang baru dibelinya sebelum pulang ke indo. Kemudian dipasangkannya dikedua telinga dan mulai melangkahkan kakinya sambil bersenandung.

10 menit berjalan, kini Ale telah sampai dirumahnya. Bukan, lebih tepatnya neraka kecil baginya. Begitu satu kaki Ale menyentuh lantai didalam rumah. Tampak terdengar dehaman dari Reyga. Tampak mama dan ayahnya tengah duduk dan disana juga ada Feyli.
Ya, mungkin mama dan ayahnya baru saja pulang dari rumah sakit. Entahlah, Ale kini belajar untuk tidak perduli dengan siapapun lagi. Karena nyatanya memang Ale yang asli seperti itulah.

"Dari mana?!" tanyanya tegas.

"Danau" jawab Ale singkat lalu menuju kamarnya di lantai 2.

"TURUN LO!!" teriak Reyga yang membuat Ale berbalik dengan malas.

"Duduk!" kata Reyga mengintruksi. Yang kemudian Ale duduk menghadap didepan ayahnya.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang